Ringkasan
Lina seorang mahasiswi yang pintar namun tidak pintar berdandan. dia tiba-tiba masuk ke dunia lain yang mengharuskannya mencari arti sebuah cinta sejati. Bastian seorang pria tampan yang sangat dingin dan kejam, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut. Dia bertemu dengan Lina dan membuat masalah dengan Lina. Apakah Bastian adalah cinta yang dicari Lina? Apakah Bastian adalah kunci yang akan membawa Lina kembali pulang?
Gadis Cupu
"LINAAAAAA!!!" suara seseorang mamanggil Lina.
"Aduuh mulai lagi dech," ucap Lina yang kaget dengan suara keras barusan.
Lina mengeliat di ranjang sambil meletakkan bantal di kepalanya menutupi mukanya.
Suara derap langkah menaiki tangga dan semakin mendekat di kamar Lina.
Kreeekkkk, suara pintu di buka.
"Lina, bangun ga kamu?" suara yang tadi berteriak makin dekat di telinga Lina.
"10 menit lagi ya, bun" ucap Lina masih di balik bantalnya.
Bunda Lina mendekati ranjang putrinya, dia segera menarik selimut di badan putrinya dan mengambil bantal di kepala Lina.
"Ini sudah 10 menit yang ke 3. Mana ada gadis kaya kamu, males banget kerjanya. Ayo buruan bangun!" kata bunda.
"Bun, Lina kuliah siang, boleh lah bun bangunnya siangan dikit," keluh Lina sambil menatap bundanya memelas.
"Ga bisa! Anak gadis harus bangun pagi. Ga malu kamu sama ayam, ayam aja udah nyari makan. Ayo buruan bangun, di tunggu ayah sarapan di bawah," bunda menarik tangan Lina agar Lina bisa segera bangun dari tidurnya.
Bunda segera mendorong putrinya ke kamar mandi, menyuruhnya cuci muka dan sikat gigi.
"Iya bun, iya. Ga perlu di mandiin juga kali, bun," sungut Lina sambil menutup pintu kamar mandi.
"Jangan lupa bereskan kamar tidur mu!" perintah bunda sebelum meninggalkan kamar Lina.
"Huh, dasar bunda. Ga bisa apa ya liat anaknya seneng dikit. Sukanya di suruh bangun pagi mulu," gerutu Lina di depan kaca wastafel.
Lina mencuci muka dan gosok gigi dengan segera. Dia takut bunda akan marah lagi nanti kalau dia tidak segera turun.
Rutinitas pagi bagi Lina setiap hari selalu mendengar teriakan bundanya dari lantai bawah. Teriakan bunda sudah seperti alarm berjalan buat Lina. Lina tidak akan bangun kalau hanya dengan alarm biasa.
Lina, gadis manis berkaca mata yang saat ini sedang kuliah semester 4 di sebuah perguruan tinggi Bandung. Dia gadis cuek dan periang juga pintar. Hobinya membaca novel dan komik kocak yang bisa membuatnya sedikit lupa dengan tugas-tugas kuliahnya.
Lina memiliki seorang adik laki-laki yang sangat tampan dan dia malu dengan kakaknya yang suka tampil seenaknya. Ayahnya seorang manager di sebuah perusahaan besar dan bundanya seorang guru matematika di sebuah sekolah dasar.
Lina turun dari kamarnya. Dia mencepol rambutnya ke atas sambil berjalan mendekati meja makan.
"Pagi ayah," sapa Lina sopan.
"Pagi sayank. Jam segini anak gadis kok baru bangun ya?" tanya Ayahnya yang sedang menikmati sarapannya.
"Semalem ngerjain tugas ampe hampir pagi, yah" keluh Lina.
"Salah siapa tugas ga di cicil dari lama. Kamu senengannya kalo ada tugas tuh SKS mulu," kata bunda sambil menyajikan teh hangat buat Lina.
# SKS = Sistim Kebut Semalam. Istilah yang biasa di gunakan anak kuliah, yang demen ngerjain tugas dadakan atau belajar ujian semalam suntuk.
"Iiih, tugas kan ga cuma 1, bun. Tugas tiap mata kuliah ada kok," sangkal Lina.
"Kamu yang pinter bagi waktu donk," timpal sang ayah.
"Nah itu, yah. Itu yang Lina belum bisa sampe sekarang. Bagi waktu," kata bunda membenarkan ucapan suaminya.
"Udah di bagi bun, tapi tugasnya sulit kok,"
"Bunda juga pernah kuliah Lin. Tapi bunda ga pernah tuh ampe bangun telat kaya kamu. Tiap hari pula."
"Itu kan karena bunda kuliahnya masih di jaman jadul, ga di jaman sekarang. Era teknologi bunda,"
"Tuuh liat anak mu tuh, yah. Kalo di bilangin ngeyel trus kerjaannya,"
"Kaya siapa ya?" kata ayah sambil terkekeh.
"Alaah, mbak Lina tuh waktunya abis buat baca komik ama ngegame doank, yah. Mana ada dia kuliah beneran," sahut Doni adik Lina yang barusan bergabung di meja makan.
"Eeh anak kecil! Ga usah ikutan ngomong. Nyolot aja kaya bensin," sungut Lina sambil melihat ke adik laki-lakinya.
"Lu tuh yang nyolot. Jadi cewek kok ga ada modelannya gini," sahut Doni sambil mengeluarkan lidahnya mengejek kakaknya.
"Sudah ayo sarapan. Pada telat semua ntar loh," ayah menyudahi pembicaraan diantara keluarganya.
"Lin, kunci pintunya. Nanti tante Anggi kesini anter kue pesenan bunda. Jangan lupa di ambil ya Lin," pesan bunda sebelum berangkat kerja.
"Iya bun, beres pokoknya."
"Rumah di pel, kamar mu di rapiin. Awas, jangan tidur lagi loh!" bunda Lina masih terus mengingatkan putrinya.
"Iya bunda...cerewet banget sih,"
Ayah Lina berangkat menggunakan mobil ke kantor. Bunda selalu di antar Doni dengan motornya. Sekolah tempat bunda mengajar memang tidak seberapa jauh dari rumah, jadi biasanya bunda akan naik ojek dari sekolah saat akan pulang.
"Dah sepi nih rumah, nyantai dulu ah," ucap Lina sambil menjatuhkan dirinya di sofa sambil menonton TV.
Lina memencet-mencet remote TV mencari siaran yang bagus.
Deeerrrt... Deeerrrttt...
Ponsel Lina bergeter di meja. Lina segera memgambil ponselnya dan melihat siapa yang yang menelponnya.
"Ya Des," sapa Lina saat melihat Desti menelponnya.
"Tugas lu udah kelar belum?" tanya Desti di seberang.
"Udah donk, udah gw print. Tinggal ntar di jilid aja. Lu udah kelar Des?" tanya balik Lina.
"Udah dari kemaren kaleee...Lu aja yang lambat. Lin, ntar pulang kuliah anterin gw ke mall ya, mau nyari buku gw." ajak Desti.
"Boleh, tapi ntar setelah beres gw konsul laporan tugas dulu ya. Janjian ama kak Arman jam 4 gw," kata Lina.
"Ikuuuuttt...pengen ngecengin kegantengan kak Arman ah," kata Desti girang.
"Dasar genit lu, orang kaya kak Arman dibilang ganteng,"
"Mata lu tuh yang rabun. Semua orang juga bilang kalo doi ganteng Lin. Lu aja yang ga normal. Periksain tuh mata, kali aja masih error," kata Desti sambil terkekeh.
"Sialan lu. Udah ah, gw mau ngepel dulu. Ntar nyokap gw ngomel ga berenti kalo rumah ga bersih," kata Lina.ingin memutuskan sambungan telepon Desti.
Lina ke kamar mandi mencari alat pel dan obat pelnya. Dia memutar lagu korea dari ponselnya. Lina mulai mengepel rumahnya sambil menyanyi dan terkadang bergoyang dengan alat pelnya.
"Ayah manager, bunda guru senior. Masa sih, sewa pembantu 1 aja ga bisa," kata Lina bermonolog sambil merapikan tempat tidurnya.
"Bunda yang pelit ato bunda yang pengen nyiksa anak gadisnya ya ini judulnya," ucapnya lagi.
Lina terus mengepel seluruh rumahnya sambil bersenandung. Kamarnya sudah rapi, buku-buku sisa tugas semalam juga sudah berbaris rapi di meja belajarnya. Ranjang tempat Lina bersemedi tiap hari juga sudah rapi dan cling.
"Masih ada waktu 2 jam, baca novel dulu ah sebelum mandi," ucap Lina sambil mengambil sebuah novel di rak bukunya.
Lina memilih membaca di ruang tengah sambil ngemil cantik di sana.
"Kalo sendirian gini kan enak, mau baca sambil ngemil tuh ga ada yang ngomel. Duuh dunia gw," ucap Lina sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa di depan TV sambil selonjoran.
Lina mulai larut dalam bacaannya. Terkadang terdengar suara tawa dari bibirnya, terkadang juga dia berkomentar sendiri terhadap bacaannya.
Ting tong...ting tong..
Suara bel di rumahnya berbunyi. Lina mendongakkan kepalanya.
"Apa tante Anggi ya itu?" kata Lina.
Lina segera bangun dari posisi nyamannya hendak melihat siapa yang datang.
Sreeeeetttt.... Buuuuukkk!!!
"Aduuuhh!! Sial banget sih gw hari ini," ucap Lina sambil memegangi pantatnya yang habis mencium lantai karena dia terpeleset.
Lina membuka pintu rumah dan melihat seorang wanita berkerudung di depan rumahnya.
"Lin, kuenya bunda," kata orang itu.
"Iya tante sebentar," Lina mendatangi tante Anggi yang berdiri di luar memegang sebuah kotak.
Lina membuka pintu pagar dan menerima kotak tersebut.
"Masuk dulu tan?" tawar Lina.
"Ga usah, tante masih bikin kue dirumah," tolak tante Anggi.
"Udah di bayar bunda belum, tan?" tanya Lina lagi.
"Udah. Udah ya, tante pulang dulu."
"Iya tan, makasih ya," ucap Lina sambil menutup pintu pagar.
Rumah tante Anggi tidak jauh dari rumah Lina, hanya jarak 3 rumah saja.
Lina masuk ke rumahnya dan meletakkan kue di meja makan. Dia mengintip kue di dalam kotak.
"Waah wangi kuenya. Boleh di potong ga ya? Ah ga ah, ntar Lina salah lagi." ucap Lina mengurungkan niatnya.
Lina segera mandi di kamarnya dan bersiap berangkat ke kampus. Setelah dia siap dan merapikan semua bawaannya, Lina mengeluarkan motornya dari gerbang. Tak lupa Lina mengunci semua pintu rumah dan gerbang rumahnya. Lina siap ke kampus, siap bertemu teman-temannya dan menerima pelajaran baru.