(Bonus bab) Tua-tua Keladi x Suamiku Tidak Percaya Aku Dilecehkan Bapaknya
Hardi semakin berani dengan menggerakkan telapak tangannya dan menyentuh wajah Farida lalu mengusapnya dengan lembut.
Tak tinggal diam. Farida pun menampar keras pipi bapak mertuanya.
Plak!
Suara tamparan itu terdengar cukup keras hingga membuat Hardi tidak bergeming untuk sesaat.
"Beraninya kamu menamparku," ucap Hardi kesal. Tangannya mencengkram kuat pundak Farida.
"Akh sakit, pak," pekik Farida sembari meringis menahan rasa sakit.
"Itu akibatnya kalau kamu berani melawanku," ucap Hardi sembari melotot.
Tubuh kurus Farida pun di dorong dengan cukup kuat membentur tembok. Hardi pun mencoba melakukan hal tak senonoh pada Farida.
Tangannya dengan cepat membuka kancing bajunya hingga tiga buah dan memperlihatkan dadanya yang berbulu.
"Pak, bapak mau apa? Tolong hentikan, Pak. Istighfar, Pak, aku ini menantu mu," ucap Farida semakin ketakutan. Matanya mulai mencari benda-benda di sekitarnya yang mungkin bisa menyelamatkannya saat itu.
"Kamu itu menggoda sekali," ucap Hardi yang kemudian mendekati tubuh Farida.
Farida yang sudah tidak bisa mundur hanya bisa beringsut ke samping tapi tetap saja tubuhnya dapat diraih dengan cepat oleh Hardi.
"Tolong! Tolong!" Farida mencoba berteriak meminta tolong.
Namun, dengan cepat Hardi menutup mulut Farida dengan telapak tangannya. "Jangan berani berteriak atau aku akan menghabisi kamu," ancam Hardi.
Tapi Farida tak peduli. Dia tetap masih berusaha berteriak dan juga memberontak hingga membuat Hardi semakin geram.
"Diam!!!" Bentak Hardi pda Farida tapi dia tak mengindahkannya.
"Dasar perempuan sok suci," umpat Hardi sembari menatap wajah Farida yang sudah memerah dan bercucuran air mata.
Farida yang masih berusaha menyelamatkan dirinya dari Hardi terus memberontak dan mendorong tubuh Hardi. Hingga akhirnya Farida berhasil mendorong tubuh Hardi menjauh darinya.
Sayangnya tak semudah itu. Saat Farida berhasil mendorong tubuh Hardi ke atas sofa, pergelangan tangannya pun masih sempat dipegang dengan kuat oleh Hardi hingga membuat tubuh Farida ikut terjatuh ke sofa dan berada tepat menindih tubuh Hardi yang terlentang.
"Oh ,,, kamu lebih suka gaya seperti ini rupanya," ucap Hardi menggoda sembari tersenyum pada Farida namun tangannya masih tak mau lepas mencengkram pinggul Farida.
"Tolong lepaskan aku, Pak," pinta Farida.
Farida mencoba berteriak tapi lagi-lagi mulutnya ditutup dengan kuat oleh Hardi. Dia begitu berani melakukan hal itu pada Farida padahal pintu rumah masih terbuka dengan sangat lebar.
Farida sangat berharap ada seseorang yang lewat dan melihat apa yang dilakukan bapak mertuanya padanya dan menolongnya saat itu juga.
"Kamu dimana, Mas. Tolong aku ... Aku mau dilecehkan sama bapakmu," batin Farida seolah berteriak memanggil Adam. Air matanya semakin deras turun dan tubuhnya berkeringat dingin tak karuan.
Tiba-tiba saja Adam pulang dan langsung masuk ke dalam rumah yang pintunya masih terbuka sangat lebar.
"Farida ... Bapak! Apa yang kalian lakukan!" teriak Adam yang melihat istri dan bapaknya dalam posisi yang sangat intim.
"Lepaskan bapak, Farida. Lepaskan!" Seketika Hardi mendorong kuat tubuh Farida menjauh darinya dan melepaskan cengkraman tangannya.
"Apa yang kalian lakukan, hah!" teriak Adam dengan wajah merah padam menahan amarah.
"Mas, bapak mau melecehkan aku," ucap Farida dengan suara bergetar dan sesenggukan sembari berlari menghampiri Adam.
"Bohong, Dam! Istri kamu tadi yang menggoda bapak. Dia yang merayu bapak dan melecehkan bapak." Hardi memutar cerita membuat Farida tercengang mendengar cerita bohong Hardi.
"Nggak, Mas. Nggak mungkin aku seperti itu. Aku yang mau dilecehkan sama bapak, Mas," jelas Farida yang masih berusaha meyakinkan Adam.
"Kalau aku yang mau melecehkan kamu kenapa kamu nggak teriak hah!" Hardi semakin berani berbohong dan memutar fakta.
*** Suamiku Tidak Percaya Aku Dilecehkan Bapaknya
"Apa benar apa yang bapak katakan, Farida!" Adam menatap Farida yang ada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan amarah.
"Nggak, Mas. Aku nggak bohong! Tadi bapak datang ke sini lalu berusaha melecehkan aku setelah tahu kamu nggak ada," jelas Farida yang masih merasa sangat ketakutan.
"Jangan percaya istri kamu itu, Dam. Dia itu pembohong dn juga licik. Jelas-jelas dia yang melecehkan bapak sampai seperti ini. Bapak ke sini mau cari kamu untuk mengajakmu memancing tapi dia malah melecehkan bapak seperti tadi karena kamu lagi nggak ada dan kamu tahu apa yang dia katakan ...."
Hardi menghentikan kalimatnya membuat Adam dan Farida semakin penasaran. Farida tak tahu apa lagi yang akan bapak mertuanya katakan pada suaminya dengan memutar balikkan fakta.
"Apa yang dia bilang?" tanya Adam penasaran.
"Dia bilang dia bosan dan benci hidup denganmu karena kamu tidak bisa menafkahi lahir batin. Karena itulah dia mau melecehkan bapak." Dengan santai Hardi menjelaskan kebohongan itu pada Adam agar dia percaya.
Sembari menggeleng "nggak, Mas. Itu nggak bener." Farida mencoba menepis perkataan Hardi yang tidak benar.
Namun sayangnya Adam telah termakan oleh perkataan Hardi dan tidak mempercayainya. Adam terlihat sangat marah pada Farida yang telah bercucuran air mata dan menampilkannya yang sudah berantakan.
"Tapi aku lebih percaya bapak, Farida. Bapak nggak mungkin melakukan hal seperti itu padaku lagipula apa yang menarik darimu. Kalau memang kamu dilecehkan, kamu seharusnya kamu berteriak bukannya malah menikmati."
Mendengar perkataan dari Adam membuat hardi tersenyum puas. Meski aksinya jadi gagal tapi setidaknya Adam mempercayainya dan malah menyalahkan istrinya.
"Pasti kamu, kan yang merayu, bapak," tuduh Adam pada Farida membuat jantung Farida seakan copot.
"Astaghfirullah, Mas. Aku nggak serendah itu lagipula untuk apa aku melakukan hal seperti itu."
"Itu mungkin saja karena kamu merasa aku tidak bisa memuaskan mu."
"Aku memang selalu terlihat tidak baik di matamu, Mas. Tapi aku tidak serendah itu." Farida tak mampu lagi menahan sakit pada hatinya yang tidak berdarah.
"Aku minta maaf, ya, Pak. Aku akan selesaikan ini dengan Farida dulu jadi bapak bisa pulang dulu." Adam yang sudah tak bisa berkata-kata lagi hanya ingin Hardi pulang dan meninggalkannya hanya berdua dengan Farida.
"Urus istrimu itu dengan baik, Dam. Ajari dia sopan santun dan adab agar jangan berbohong dan menuduh orang lain atas perbuatannya," ucap Hardi dengan kata-kata sok bijak.
Mendengar kalimat itu keluar dari mulut Hardi membuat Farida semakin muak, benci dan juga jijik pada bapak mertuanya.
"Dasar breng*ek!!!! Teriak Farida sembari berlari ke arah Hardi dan memukuli tubuh Hardi. Namun, Adam malah menahan Farida dan melindungi Hardi padahal Farida hanya meluapkan kemarahannya saat itu.
"Tenang Farida! Hentikan!" teriak Adam mencoba menenangkan dan menahan Farida yang terus memukuli bapak mertuanya.
"Pak, cepat pergi dari sini, pak," pinta Adam.
Sementara Hardi yang terkejut dengan kalimat kasar Farida yang baru pertama kali dia dengar dan juga perlakukan kasarnya dapat Hardi ketahui bahwa Farida sudah benar-benar sangat marah.
"Baik bapak akan pergi." Hardi mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Adam dan Farida. "Dasar perempuan gila," umpat Hardi pelan tapi dapat Farida dengar.
"Jangan pergi kamu breng*ek! Sini kamu! Aku habisi kamu!" Teriak Farida sudah tidak bisa menahan emosinya.
Bagaimana bisa Farida menahan dirinya lagi agar tak marah sementara dirinya dituduh melakukan pelecehan pada bapak mertuanya padahal sebenarnya ia adalah korbannya.
"Tenang Farida, tenang," pinta Adam yang masih mencoba menenangkan Farida tapi tak bisa.
"Kembali kamu breng*ek!" Teriak Farida.
"Jaga mulutmu!" Adam menampar kuat pipi Farida hingga membuatnya ambruk jauh ke lantai dan seketika jadi terdiam. "Aku bilang diam," lanjut Adam pada Farida.
"Kamu jahat, Mas. Kamu tidak percaya padaku padahal di sini akulah korbannya dan kamu malah menuduhku seperti tadi." Farida mengatakan kalimat itu dengan begitu jelas meski sedikit bergetar dan tatapan matanya pun sangat tajam menatap Adam.
"Tapi itu benar kan, Farida. Memang itu kan kenyataannya." Adam masih tak mempercayai Farida.