Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 1. Sakit Tapi Nikmat

Tanpa menunggu lama-lama, Calvin segera meletakkan pisau di samping tubuh Amelia , lalu bangkit dan bertumpu di lututnya. Dengan kuat ia menarik piyama Amelia hingga seluruh kancingnya terlepas. Matanya tertuju langsung pada payudara Amelia yang terbuka bebas, begitu indah dan sempurna. Kenyataan bahwa wanita itu tak mengenakan bra di balik piyama membuat gairahnya semakin berkobar. Kejantannya yang sudah mengeras pun menuntut untuk segera dipuaskan.

Tanpa menunggu lama, Calvin langsung mengambil pisau, lalu menggenggam bilah tajamnya erat-erat, kemudian mengarahkan kepalan tangannya tepat di atas tubuh Amelia . Mata Amelia terbelalak melihat apa yang ia lakukan. Dengan cepat, Amelia mengangkat kedua tangan, berniat menghentikan apa yang ingin ia lakukan.

“Hentikan! A-apa yang kamu lakukan, Calvin ?” cegah Amelia dengan raut bingung dan takut.

“Diam dan jangan menolak!” tegas Calvin dengan tatapan tajam.

“T-tapi ..., kamu melukai dirimu sendiri,” ucap Amelia sedih dan bingung.

“Aku harus melakukan ini,” ucap Calvin datar dan tegas, “lepaskan tanganmu dan biarkan aku menikmati semua ini dengan caraku.”

Butuh waktu beberapa detik hingga akhirnya Amelia melepaskan genggaman tangannya. Amelia kembali tergeletak pasrah di tempat tidur sementara Calvin menarik pisau perlahan-lahan keluar dari genggaman tangan kirinya. Darah mulai mengucur membasahi tubuh Amelia , dan seketika itu pula kelegaan menghapus rasa sakit yang seharusnya ia rasakan karena sayatan di tangannya.

Ia menyayat tangan kirinya sebanyak dua kali agar semakin banyak darah yang mengucur menghiasi tubuh Amelia . Jantungnya berdebar cepat melihat keindahan darah menyentuh tubuh Amelia yang sempurna. Setelah selesai menyayat telapak tangannya, Calvin mengusap bilah pisau yang penuh darah ke leher Amelia , sementara tangannya yang berdarah ia usapkan ke tubuh wanita itu mulai dari payudara hingga ke perut.

Inilah yang ia sukai dari darah. Warnanya yang merah gelap berpadu sempurna dengan kulit putih Amelia yang indah dan mulus. Calvin membungkukkan tubuhnya, lalu menutup mata dan menghirup aroma darah yang khas selama beberapa saat di perut Amelia . Setelah puas menghirup aroma darah yang bercampur dengan aroma tubuh Amelia , ia pun mulai membuka mata, lalu menegakkan tubuh hanya untuk mengagumi keindahan tubuh Amelia yang dibaluri darahnya.

“You look sexy, Baby,” puji Calvin serak dan dalam. Ia meletakkan pisau kesayangannya di meja kecil samping tempat tidur, lalu kembali menatap Amelia . Setidaknya, baluran darah ini sudah cukup untuk memuaskan batin Calvin . Helaan napas puas pun melesat dari bibir Calvin saat melihat dua hal terindah di muka bumi ini. Darah dan tubuh Amelia .

Calvin mulai membungkuk dan kembali mencium Amelia dengan rakus. Tangannya yang terluka terus menjamah tubuh Amelia dengan lihai, sementara tangannya yang lain sesekali mencengkeram leher wanita itu saat bibir mereka saling bertautan. Erangan pun melesat dari bibir Amelia saat tangan kirinya menyentuh puncak payudara yang mengeras. Ia memilin puncak payudara itu, lalu menariknya lembut.

“Calvin ,” erang Amelia di sela-sela ciumannya.

“Yes, Baby,” sahut Calvin serak sebelum kembali mencium bibir Amelia . Ia menikmati bibir Amelia selama beberapa saat sebelum akhirnya menjalankan kecupan-kecupan kecil di leher Amelia . Ia bahkan menggigit dan mengisap leher Amelia hingga meninggalkan ruam merah yang begitu menggoda matanya.

Setelah puas mengisap leher Amelia , Calvin mulai bergerak semakin ke bawah. Bibirnya dengan lihai mengisap puncak payudara Amelia yang mengeras. Tangan kirinya meremas payudara itu saat bibirnya mengisap dengan keras. Tubuh Amelia melengkung nikmat, merespons hisapannya.

Sesaat kemudian, ia pun melepaskan isapannya di payudara itu sebelum berpindah ke payudara yang lain. Aroma darah yang bercampur dengan wangi tubuh Amelia merupakan perpaduan yang sempurna. Ia belum pernah menemukan sesuatu yang sesempurna ini di indra penciumannya.

Tangan kanan Calvin yang tidak terluka mulai bergerak ke bawah, menyentuh pinggiran celana Amelia , lalu berniat membukanya. Amelia , yang tampaknya sudah tidak sabaran pun, mulai membantu Calvin . Wanita itu mengangkat sedikit bokongnya, lalu membiarkan Calvin menarik turun pakaian dalam dan celana dengan satu tarikan.

Calvin menghentikan cumbuannya sesaat demi menikmati keindahan tubuh Amelia yang saat ini benar-benar telanjang di hadapannya. Tidak ingin berlama-lama, Calvin pun beranjak dari tempat tidur, berdiri menghadap Amelia dan mulai melepaskan pakaiannya satu per satu. Mata Amelia tertuju pada kejantanannya yang sudah mengeras. Namun saat Calvin bergerak mendekat dan menindih tubuh wanita itu, pandangan Amelia tertuju pada kedua lengannya yang penuh luka sayatan.

“Calvin ..., ini kenapa?” tanya Amelia cepat sembari mengusap luka sayatannya. Ia bisa menangkap rasa sedih yang begitu mendalam saat wanita itu bertanya.

“Tidak penting. Sekarang, saatnya kamu melakukan apa yang kuperintahkan!” ucap Calvin tipis, tak menghiraukan tatapan sedih yang Amelia tujukan pada barisan luka sayatan di lengannya.

Calvin mengusap kembali tangan kirinya yang masih mengucurkan darah ke payudara Amelia . Dalam sekejap, Amelia memejamkan mata, menikmati kembali setiap permainan jemarinya.

“Calvin ..., please ..., Calvin ,” erang Amelia yang tampaknya sudah tak sanggup lagi menahan letupan gairah dalam dirinya. Tak ingin membuat Amelia menunggu lebih lama, Calvin pun mulai mengatur posisi. Mata Amelia kembali terbuka saat ia menyentuhkan kejantanannya di puncak kewanitaan itu. Tubuh Amelia mengejang kaku, tampak menahan napas saat Calvin berusaha memasukkan kejantanannya.

“Calvin ,” panggil Amelia seraya menggenggam pergelangan tangan kanannya yang saat ini mencengkeram pinggul wanita itu.

“Tarik napas,” perintah Calvin tipis saat ia mendorong kuat kejantanannya. Napas Amelia tercekat ketika kejantanannya berhasil menembus masuk. Cengkeraman Amelia di pergelangan tangannya pun terasa semakin erat saat Calvin mendorong kejantanannya semakin dalam dan memenuhi kewanitaan Amelia yang ketat. Ia merasakan kehangatan yang begitu nikmat saat berada di dalam sana.

“Tarik napas,” perintah Calvin lagi sementara ia berusaha keras menahan diri demi memberikan waktu bagi Amelia untuk bisa beradaptasi dengan kejantanannya. Amelia mengikuti perintahnya dengan patuh. Calvin menunggu sesaat hingga akhirnya Amelia membuka mata dan menatapnya dengan mata sayu yang begitu menggoda.

Tarikan napas Amelia pun mulai tenang, seakan sudah mampu beradaptasi dengan kejantanannya. Calvin menyadari dirinya tidak mengenakan pelindung saat ini. Tapi, ia tidak peduli. Sekarang, Amelia sudah menjadi miliknya, dan wanita itu tidak ada pilihan lain selain hidup bersamanya.

Ia pun mulai bergerak perlahan-lahan, menikmati kelembaban dan kehangatan yang begitu memabukkan. Lambat laun, akhirnya Amelia pun mulai bisa menyamai tempo gerakannya. Setelah melihat bahwa Amelia sudah tidak mengernyit kesakitan, Calvin pun mulai mempercepat tempo gerakannya. Setiap entakan yang ia ciptakan membuat tubuh Amelia bergetar nikmat, memompa sensasi liar yang semakin menggila dalam tubuhnya.

“Calvin ..., ahh ..., ahhh, Calvin ..., Calvin ,” erang Amelia saat ia terus memompa kejantanannya dengan lihai. Tangan kirinya yang terluka menangkup pipi Amelia , lalu mengusapkan darah di bibir wanita itu.

Ia memang tidak penah salah menilai. Bibir Amelia memang terlihat sangat indah saat darah mewarnainya. Dengan gemas, Calvin langsung mengulum dan menggigit bibir, sementara kejantanannya terus bergerak keluar-masuk.

Calvin terus bergerak memenuhi Amelia , lalu membantu melingkarkan kaki wanita itu tepat di pinggangnya, membuat kejantanannya mampu menekan semakin dalam hingga menyentuh dinding rahim Amelia . Ini benar-benar nikmat. Amelia terasa sangat berbeda dengan beberapa korban wanita yang sempat ia nikmati sebelumnya. Amelia terasa begitu tepat baginya, entah mengapa.

Kewanitaan Amelia mencengkeram kejantanannya dengan sempurna. Kehangatan yang menyelimuti pun membuat dirinya ketagihan. Calvin melepaskan tautan bibir mereka, lalu menegakkan tubuhnya. Kedua tangan Calvin mulai mencengkeram pinggul Amelia , sementara ia terus bergerak menghujamkan kejantanannya sekasar dan sekuat mungkin. Tubuh Amelia yang bergerak pasrah di bawah kuasanya membuat Calvin semakin menggila.

Berselang beberapa detik kemudian, Calvin melepaskan kedua cengkeramannya di pinggul Amelia , lalu menangkup kedua payudara itu dengan tangannya. Amelia berpegangan pada kedua tangannya saat ia menghujam kewanitaan Amelia dengan sangat kuat. Calvin bisa merasakan bahwa Amelia hampir mencapai puncak orgasmenya, sama seperti dirinya.

Gila! Ini pertama kalinya ia merasakan kenikmatan yang begitu membuatnya melayang. Calvin belum pernah mencapai orgasme secepat ini. Amelia benar-benar berbeda. Sangat berbeda.

Calvin terus mengentakkan kejantanannya sekuat mungkin. Desahan dan erangan Amelia yang mengisi ruangan, membuat Calvin menyunggingkan senyum bangga atas kekuatannya. Semakin lama gerakan Calvin pun semakin cepat hingga akhirnya mereka mencapai puncak orgasme secara bersamaan.

Tubuh Amelia yang bergetar nikmat membuat Calvin bangga karena berhasil memuaskan wanita itu. Akhirnya, Calvin mendaratkan ciuman yang keras dan dalam sembari melingkarkan pelukan di tubuh Amelia yang lemah dan puas. Wanita ini adalah miliknya. Miliknya!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel