Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Tak Sengaja Menabrak Si Montok

Kediaman Sebastian dan Tyas

Keesokan paginya, ketika Naren membuka jendela berukir kayu Jepara warna coklat muda di kamarnya, Tyas langsung tergagap bangun terkejut karena terpaan matahari yang langsung menerpa wajahnya. Dua tangannya langsung spontan menutupi wajahnya dari silaunya sinar matahari pagi.

"Sayang, hei ... ayo bangun. Sudah jam 9. Apa kau tak mau sarapan?" tanya Naren membangunkan sang istri yang masih bermalas-malasan di ranjang empuknya.

"Ahhhh, sebentar lagi, Mas. Mataku masih berat." Balas Tyas menarik selimutnya lagi.

"Hmmm, jadi begitu. Kau lebih memilih tetap tidur di atas kasur daripada menemaniku berolahraga dan berkenalan dengan para tetangga di komplek ini? Ya sudah kalau begitu. Tapi jangan marah ya kalau nanti aku belok ke rumah lain," goda Naren melirik sambil tersenyum kecil ke arah Tyas 

Dalam sekejap, dia langsung membuka selimutnya dan melirik tajam ke arah sang suami sambil mendengus dan memajukan bibirnya.

"Ini salahmu juga, tahu!" kesal Tyas sambil menahan malu.

"Lho, aku kenapa, Sayang?" tanya balik Naren tak kuasa ingin tertawa melihat rupa sang istri yang marah ketika bangun tidur 

"Itu ...." Tyas menggigit bibir bawahnya dan jemarinya memainkan selimut yang masih menutupi tubuhnya.

"Itu? Itu apa? Yang jelas donk kalau ngomong, Sayang," pancing Naren.

"Lagian kamu semalam kelewatan! Berapa kali coba, sampe aku mau nangis!" kesal bercampur malu Tyas dan langsung menutupi wajahnya dengan selimut.

Tak lagi dapat menahan tertawanya, Naren kali ini benar-benar tertawa lepas mendengar ucapan sang istri yang begitu polos dan lugu tambah ekspresi marah Tyas yang menggemaskan.

"Terus … terus aja ketawa! Seneng kan kamu liat aku menderita! Jahat kamu, Mas ...." Tyas melirik tajam sang suami seraya menggumam pelan dan terdengar suara sesenggukan layaknya orang yang sedang menangis.

"Sayang, hei, k-kamu kenapa? Kok nangis?” panik Naren melihat Tyas tiba-tiba menangis.

“Ga apa-apa, Mas. Cuma … cuma-” Tyas membenamkan wajahnya di antara lipatan kedua tangannya.

“Cuma apa? Sayang? Cuma apa?” desak Naren penasaran.

“K-kamu mantap banget ya di ranjang, bikin aku puas-” wajah Tyas kali ini benar-benar layaknya kepiting rebus dalam air mendidih.

Diam-diam, Naren pun tak bisa menutupi malu dan merah wajahnya. Sementara Tyas membenamkan diri dalam lipatan tangannya, sang suami malah salah tingkah dan berdiri sembari membetulkan celana training abu-abu miliknya.

"Mmm, gimana kalo kita olahraga sekarang? Selain bagus buat badan, juga bagus untuk di ranjang." Kelakar Naren langsung ditanggapi dengan dongakan kepala oleh Tyas dan berkata, "Kamu pagi-pagi udah ngomongin ranjang aja. Emang ga puas apa semalam? Masih kurang?" sedikit jengkel Tyas.

"Kalau urusan itu mana bisa aku puas-" Tawa Naren lebar.

"Massss-" ucap Tyas memajukan bibirnya.

"Haha, aku senang sekali menggodamu, Sayang. Jadi, gimana? Kita olahraga?" Naren mendekatkan wajahnya ke sang istri dan mencium mesra keningnya.

Tyas mana mungkin bisa menolak ajakan suami yang diikuti oleh kecupan manis di pagi hari. Dengan lincah, dia keluar dari selimutnya dan beranjak dari kasurnya.

"Kamu masih di sini, Mas? Ga keluar?" Tanya Tyas membuka lemari warna putih bergagang stainless di dekat meja rias kamar mereka.

"Lho, emangnya kenapa kalo aku di sini." Naren pura-pura bodoh.

"Aku mau ganti baju."

"Ya udah, ganti aja." Sahutnya sambil merapikan tempat tidur mereka.

Tyas diam. Dia menyorot tajam ke arah Naren yang masih sibuk dengan kasur mereka.

"Aku mau ganti baju, Mas. Katanya mau olahraga-" Tyas mulai jengkel.

"Ya udah, ganti aja. Gitu aja kok ribet, ya." Sahut lagi Naren enteng masih bergumul dengan bantal-guling mereka.

" Aku mau ganti baju, Maaaaaaaass-" antara gemas dan jengkel Tyas.

"Ish, kenapa masih malu-malu, sih. Kan aku udah liat semuanya, bersih, mulus, putih, tanpa noda." Naren tak hentinya tertawa.

"Massssss, ish! Kamu, tu ya! Maluuuu aku, udah ah, sana keluar! Hush … hush … hush!" Tyas mengibaskan tangannya 'mengusir' sang suami dari kamarnya.

"Iya … iya, aku keluar." Naren menggelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat ekspresi wajah sang istri yang lucu di pagi hari.

Tyas hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli melihat kelakuan sang suami. Jemari panjang dengan kuku putih panjang terawat dengan baik mengambil celana olahraga pendek warna abu-abu dipadu padan dengan jaket hoodie warna senada tanpa dilapisi oleh baju lagi di dalam tubuh molek dan aduhai wanita yang mendapat julukan 'Miss Marilyn' itu.

***

Sementara itu, di lantai bawah, tampak kedua orang tua Sebastian Narendra Gunawan atau Naren tengah sarapan sambil sesekali diselingi percakapan keduanya. Sang ibu yang melihat putranya tampak sumringah memberi kode kedipan pada sang ayah yang tengah menikmati nasi goreng telur mata sapi setengah matang kesukaannya.

"Pagi, Bu, Ayah." Sapa Naren penuh senyum dan semangat langsung duduk dekat sang Ayah.

"Pagi, Sayang," sapa sang Ibu melihat anaknya tampak sumringah.

"Sepertinya malam kalian sangat membakar, ya semalam?” Gurau sang Ayah menyeruput kopi hitam di cangkir putihnya.

“Lumayan, Yah. Produk yang sering keluar negeri memang beda." Kelakar Naren langsung dipukul pelan oleh sang Ibu.

"Hush! Ngaco kamu ngomongnya! Nanti kalo Tyas sudah terbang lagi, baru tau rasa kamu!" Tunjuk sang Ibu menghentikan ocehan putranya.

"Selamat pagi, semuanya.”

Tyas yang turun dari tangga rumah tingkat tiga itu pun segera mendapat perhatian dari sang mertua dan sang suami. Bola mata ketiganya sedikit terbelalak melihat pakaian olahraga yang digunakan oleh Tyas yang cukup menggoda. Celana training pendek yang memamerkan paha ayam broiler yang segar, montok, putih bersih, dan menggugah selera bagi mata yang memandang, hoodie abu-abu, serta sepatu olahraga warna putih dengan tali sepatu pink yang memperlihatkan kaki kecil dan paha kecil kencang pemilik nama lengkap Pramudya Ayuningtyas.

Naren terus menatap sang istri yang menuruni tangga bak Miss Universe, pelan-pelan asal selamat, itulah yang dilakukan Tyas saat ini.

“Pagi, Ayah, Ibu.” Senyum wanita cantik itu dengan lip balm warna pink menempel di bibir seksinya.

“Pagi, Nan Tyas. Kamu mau olahraga? Cantik sekali.” Puji sang Ibu Mertua  tersenyum.

“Iya, Ayah sampai pangling ga ngenalin kamu tadi,” kelakar sang Ayah. 

Tyas hanya tersenyum malu dan mengalihkan pandangannya ke arah sang suami yang ternyata menatapnya dengan tatapan penuh birahi dan napsu yang jika diibaratkan layaknya anak kucing yang kelaparan.

“Anak kita memang tak salah pilih jodoh, ya, Bu.” Bisik sang Ayah terus memperhatikan sang menantu.

“Bu, Ayah, kami pergi dulu.” Ucap Naren meninggalkan meja makan.

Hati-hati dan jaga istrimu dengan baik Naren, jika tak ingin ada serigala berbulu domba yang akan mendekat.” Kelakar sang Ayah yang langsung mendapat cubitan kecil di pinggang sang kepala rumah tangga.

***

Sepanjang jalan lingkungan mereka tinggal, banyak pasang mata kaum adam yang memperhatikan sang istri. Naren yang merasa risih dengan tatapan genit dan liar dari kaumnya tanpa ragu merangkul bahu Tyas dengan lekat sambil mendongakkan kepalanya seolah ingin memberikan ‘peringatan’ pada siapa saja yang mendekat.

“Apa-apaan, sih, Mas! Malu tau!” Tyas berusaha melepaskan rangkulan sang suami.

“AKu ga rela mereka terus liatin kamu! Apa kamu ga liat mata liar mereka yang udah kaya serigala hutan?!” kesal Naren.

Tyas memperhatikan para lelaki yang ada di lingkungan mereka tinggal, berusaha untuk tersenyum ramah. “Kok kamu malah senyum-senyum, sih?”

“Senyum adalah ibadah!” sahut Tyas.

Naren yang sedang kesal melepaskan langsung rangkulannya dan meninggalkan sang istri sambil menggerutu layaknya anak kecil. 

“Hah, ngambek lagi-” keluh Tyas menarik napas panjang menggelengkan kepalanya.

“Aduh!”

“Eh, m-maaf. Anda tak apa-apa?” tanya Naren pada seorang wanita berkuncir kuda yang memakai hot training short warna pink dengan kaos putih ketat hingga menyembulkan dua gunungnya yang terjatuh duduk karena tak sengaja bertabrakan dengan Naren.

“Lihat-lihat donk, Mas kalau jalan!” Kesal wanita itu mengelus pinggulnya.

“I-iya, saya minta maaf, Mbak.”

Tyas segera menghampiri sang suami dan mengalungkan lengannya. “Mas, kamu ga apa-apa?” tanya sang istri khawatir.

“Enggak. Aku ga apa-apa. Tapi Mbak ini-”

Naren menunjuk wanita yang masih terduduk sambil mengeluh. Tatapan Tyas langsung berubah tajam dan ekspresi wajah masam. Ketika Naren ingin mengulurkan tangannya ke wanita malang itu, Tyas dengan kencang memegang lengan sang suami.

“Eh, kenapa? Ada apa?” tanya Naren bingung.

Tyas diam dan mengalihkan pandangannya ke wanita yang masih mengelus pinggulnya. “Mari, saya bantu!” Ucap Tyas mengulurkan tangan sebelah kanannya sementara tangan kirinya membantu wanita malang itu berdiri.

“Terima kasih, Mbak. Maaf, Mas, tadi saya yang salah karena ga liat-liat jalan.” Ucap wanita itu menatap Naren diikuti senyum manis.

‘Cantiknya-’ gumam Naren.

Tyas yang melihat tatapan sang suami bagai lampu bohlam yang baru dipasang, langsung mencubit kencang perut samping Naren hingga membuatnya meringis kesakitan. Sementara sang wanita yang ditabrak oleh Naren justru tersenyum tipis dan membuat Tyas semakin tak menyukai sang wanita ‘kecelakaan’ itu.

“Sudah, kan, Mbak. Kalau begitu, saya dan SUAMI permisi. Lain kali hati-hati kalau jalan, YA!” sindir Tyas menyorot tajam.

“Iya, Mbak. Sekali lagi saya minta maaf.” Wanita itu menundukkan kepalanya.

Tak perlu berlama-lama, Tyas dan Naren segera pergi meninggalkan wanita semok dan montok dengan segala kelebihannya itu. Namun, diam-diam mata Naren mulai nakal ke arah wanita yang tadi ditabraknya. Pura-pura memeriksa bagian yang sakit akibat tertabrak tadi, Naren memberikan senyuman pada wanita itu dan tanpa diduga, wanita itu melambaikan tangannya dan mengedipkan matanya pada Naren.

"Mas … Mas," sapa Tyas masih mengalungkan tangannya ke lengan sang suami.

"Ya, ada apa?" sahut Naren mulai kembali pada sang istri aslinya.

"Wanita tadi-" ragu Tyas.

"Wanita tadi? Wanita yang mana?" bingung Naren.

"Wanita yang Mas tabrak tanpa sengaja."

"Oh, iya. Kenapa dengan dia?" penasaran Naren.

"Seperti wanita gatal dan murahan juga binal!" 

"HAH?!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel