Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

POV SUAMI

Saat itu saya benar-benar marah, saya sempat tidak bisa tidur, sampai akhirnya rasa lelah membuat saya tertidur.

Besok seperti biasa saya bersiap untuk bekerja, tapi adaa yang berbeda dari biasanya, saya bersikap cuek sama istri saya. Selesai sarapan tanpa banyak kata saya berangkat setelah mengantar Intan terlebih dahulu ke sekolah.

Jam 8 saya sudah ada di kantor, sebenarnya saya sangat ingin ngobrol dengan Ida, tapi mulai hari ini sampai 4 hari ke depan saya akan sangat sibuk harus mendamping consultan Mill.

Selain harus menyiapkan data yang dibutuhkan oleh mereka saya pun harus menemani mereka selama di sini.

Hari itu jadwal saya betul-betul padat, saya tidak bisa berinteraksi banyak dengan Ida.

Ida sempat menyampaikan pesan suaminya yang menanyakan kembali permintaannya tempo hari, saya belum dapat menjawabnya.

Jam setengah 7 saya sudah sampai di rumah, hanya terlihat anak-anka saya saja sedang menonton tv, saat saya bertanya ke Bu Heti di mana istri saya, katanya istri saya lebih banyak mengurung diri di kamar, katanya kurang sehat.

Saya lihat istri saya sedang tiduran, saya pura-pura tidak memerdulikannya, kami masih saling diam, selesai mandi dan makan saya pun pergi tidur disebelah istri saya, kami masih saling diam, karena capek saya pun langsung tertidur, kejadian ini berulang sampai beberapa hari berikutnya.

Di kantor pun sama, saya masih cukup sibuk untuk melayani permintaan-permintaan data dari consultan.

Sampai akhirnya hari Sabtu saya punya waktu sedikit longgar. Saat itu sudah hampir jam sebelas, saya pun memanggil Ida ke ruangan saya, Ida sempat mengira ada lagi laporan yang harus di kirim ke consultan.

Saya:” Bukan itu say (saat ini kalo sedang berdua tak ada orang lain saya dan Ida saling memanggil say, kadang sesekali aku keceplosan memanggil Ida dengan sebutan tersebut di depan team ku yang lain, tapi mereka cuek saja, mungkin berpikir tidak ada apa-apa), urusan saya sama consultan sudah beres, sekrang mereka di urus mill manager”

Ida:” kirain ada tugas lagi say”

Saya menatap Ida, dia tampil anggun, dengan baju panjang hitam sampai lutut dan celana kulot warna putih dan jilbab warna kuning.

Saya:” Saya mau cerita tentang istri saya” saya pun menceritakan apa yang terjadi antara saya dan istri.

Ida mendengarkan dengan serius.

Saya:” Begitu say, menurut kamu bagaimana?

Sambil menarik napas panjang Ida menjawab pertanyaanku:

Ida:” Kalau menurut aku sich kamu gak perlu menghukum istri kamu, apalagi istri kamu kan disodomi secara paksa, dan itu juga karena atas ijin kam juga say dia melacurkan diri, kalau menurut aku dengan kam diamin dia, itu sudah hukuman buat dia, aku yakin dia sangat tersiksa dan sedih”

Saya:” Oh gitu ya, aku juga berpikir begitu say, aku juga sebenarnya gak tega tapi ya lumayan kesal juga”

Ida:” Kamu juga kan berperan besar membiarkan dan membuat istri kam jadi binal, dan kamu juga sebenarnya suka akan hal itu, bukan begitu?

Aku menganggukan kepala tanda setuju atas ucapan Ida.

Ida:” Sekarang keputusan ada di kamu say, mau kamu terusin kehidupan seperti ini atau kamu mau berhenti dan hidup normal, yang pasti suami aku nanyain terus ke aku apa kata suami bu Dewi, dia bilang kamu sudah menikmati istrinya 2 kali masa dia tidak dapat apa-apa”.

Saya:” Jadi kamu bilang ke suami kalau aku datang lagi waktu itu?

Ida:” Ia, aku juga bilang kalau kamu gagahin aku di ranjangnya, tempat kami tidur”

Saya:” Saya belum ada bilang sama istri, ya karena kami bertengkar itu”

Ida:” Sekarang kamu mau bagaimana say? Kalau kam mauhidup normal kamu juga harus mengakhiri semuanya termasuk hubungan kita, kalau kamu mau hidup normal ya aku pun akan hidup normal seperti biasa lagi”

Saya terdiam dan berpikir sejenak.

Saya:” Ya semua memang ada resikonya say, sepertinya aku tidak bisa meninggalkan kehidupan baru aku ini yang telah membuat aku lebih bergairah”

Ida:” Kalau begitu say, kalian harus saling percaya, semuanya cuma sebatas seks tapi kalian tetap saling mencintai, aku pun sama dengan suamiku saat mau melakukan hal yang seperti kamu lakukan, aku dan suami sudah saling berkomitmen”

Saya:” Ia say, aku merasa bersalah sama Dewi, padahal aku juga yang buat dia begitu, ngomong-ngomong apa yang membuat kamu mau melakukan seperti yang kami lakukan”

Ida:” Semua gara-gara video itu say, sejak melihat video itu suami aku jadi ingin agar aku menjadi binal seperti istri kamu, dan suami aku ingin melihat juga istrinya digauli di depan dia, ya seperti kamu dan istri waktu di video main bertiga”

Saya:” Hem kalau begitu bagaimana kalo kita swing saja say, kita maen berempat, aku, Dewi, kamu dan suami kamu”

Ida:” Sepertinya suami aku bakalan seneng say”

Saya:” Ok, saya akan bilang ke istri kalau sudah deal kita tinggal tentukan kapan dan di mana hehe...”

Ida:” Sayang atur saja”

Saya:” Gimana kalau sore ini saya ke rumah kamu lagi say”

Ida:” Hem, kamu pulang saja say, urus dulu rumah tangga kamu, kasihan istri kamu, lagian suami aku pulang siang, mulai nanti malam dia shift malam”

Saya:” Oh benar juga say, aku juga rindu kebersamaan dengan istriku”

Saya pun segera pulang dengan penuh semangat.

POV WIFE

Sudah beberapa hari suamiku mendiamkan aku, ngomong hanya seperlunya, hati aku sungguh terluka, padahal tidak sepenuhnya aku bersalah, dia ikut andil juga.

Apalagi jika aku sepenuhnya jujur kurasa dia bisa lebih murka, aku pun tak menyangka suamiku Dendi akan mendiamkan aku.

Rasanya aku ingin curhat tapi pada siapa, karena nantinya orang tempat aku curhat akan mengetahui keburukanku.

Asep beberapa kali menghubungiku, tapi tak aku perdulikan selain aku takut oleh suami aku juga tak bisa mengatakan yang terjadi padanya. Semakin banyak tahu Asep atau orang lain tentang rumah tangga kami tentu tidak baik bagi kami berdua.

Jadi aku pendam semua sendiri termasuk dari Bu Heti yang terlihat curiga akan adanya masalah dalam rumah tangga kami.

Setelah kebanyakan diam di rumah, aku bosan juga, kebetulan hari ini hari Sabtu.

Intan menagih janjiku untuk membelikan baju baru untuknya, ya mungkin in saat yang tepat aku keluar rumah.

Sekitar jam 11 saya pun pergi dari rumah, saya sengaja pergi berdua Intan saja, takutnya suami pulang tidak ada orang di rumah.

Saya sengaja tidak pergi ke mall, khawatir ketemu lagi dengan pak Bob. Saya pergi ke sebuah butik untuk membeli baju buat Intan dan buat saya sendiri itung-itung menghilangkan suntuk. Pulang belanja saya sempat keliling-keliling membawa Intan jalan-jalan. Dia sempat merengek tidak mau cepat-cepat pulang.

Jam 2 saya baru sampai rumah, saya lihat mobil suami sudah terparkir di pekarangan rumah.

Ada rasa khawatir suami saya akan marah mengetahui saya pergi. Bisa saja dia curiga macam-macam.

Saya pun segera masuk ke dalam rumah. Saya lihat suami saya sedang tiduran di depan TV dengan Revan.

Saya lihat suami saya tersenyum terhadap saya, saya pikir tumben, saya pikir dia akan tambah cemberut.

Suami:” Dari mana saja kamu mah? Papah sudah pulang dari jam 1 tadi”. Suara suami saya lembut tidak seperti sedang marah.

Saya:” heh, abis antar Intan beli baju Pah, terus keliling-keliling karena Intan tidak mau cepat pulang”

Intan segera menghampiri Ayahnya dan memperlihatkan baju baru yang di belinya, dia nampak senang.

Suami:” Ya sudah, sana mamah istirahat, pasti capek, eh kalian sudah makan?

Saya:” udah Pah, tadi beli maka di jalan, mamah duduk di sini saja” Sambil memelih duduk di sofa.

Suami:” Sini duduk dekat sini mah, sambil menepuk tempat di sebelahnya.

Hati aku mulai lega tapi deg-degan juga sepertinya suami aku tidak marah lagi.

Tiba-tiba ponselku berbunyi dan ada sms masuk. Aku segera membukanya dan sangat terkejut, ternyata dari Pak Bob.

Pak Bob:” Dew, kamu masih mau aku booking lagi, tapi kamu bawa baby sister kamu ya, aku mau ngewe kamu berdua sekaligus” kenapa ada sms Pak Bob di saat begini, saat suami aku terlihat mulai baik padakku. Aku segera menghapusnya dan duduk di dekat suami.

Suami:” Sms dari siapa mah? Asep ya? Benar-benar suamiku tampak ramah.

Saya:” Bukan Pah, dari operator (aku berbohong), semenjak Papah mamarah sama mamah, mamah gak pernah hiraukan Asep, biar sms atau telpon”

Suami saya mulai mengelus-elus paha saya, saat itu saya mengenakan celana jeans.

Suami:” Mah, maafin papah ya, papah egois, kayak papah yang bener sendiri aza, papah dah merenung papah salah udah diemin mamah, mamah mau kan maafin papah?

Saya:” Mamah yang salah Pah, mamah pantes di diemin”

Suami mulai bangun lalu tanggannya memeluk pinggang aku dari samping.

Suami:” Papah yang salah mah, mestinya papah tetap pada komitmen awal kita semua Cuma sekedar seks, tapi rasa sayang kita tetap Cuma sama pasangan mah”

Saya:” Ia pah, mulai sekarang mamah terserah papah, apa kita hidup normal lagi seperti biasa?

Suami:” Papah lebih suka mamah yang sekarang”

Saya:” Maksudnya yang sekarang gimana pah?

Suami mulai meremas susu saya dan menciumi pipi saya.

Suami:” Papah suka mamah yang sekarang yang binal, bikin papah lebih bergairah”

Saya:” Tapi nanti papah marah lagi?

Suami:” Gak bakalan mah, asal kalau mamah mau nakal tetap ijin papah, dan papah juga boleh nakal di luar sana?

Saya:” Papah ijin mah gak?

Suami:” Bilang juga dong”

Saya:” Terserah papah, tapi mamah masih takut papah marah-marah lagi”

Suami:” itu kan karena mamah tak ijin Papah maen kasih anus mamah?

Saya:” Siapa yang kasih pah, kan udah bilang dipaksa?

Suami:” Ia, papah kesal sebenarnya kenapa bukan papah dulu yang perawanin anus mamah malah pak bob”

Saya:” Maafin mamah ya pah”

Suami:” Sudah Papah maafin mah, papah juga minta maaf?

Saya:” Ia mamah maafin, tapi beneran papah udah maafin mamah?

Suami:” Ia mah, kalau mamah mau jadi pelacur lagi juga boleh tapi harus ijin papah dan papah lihat dulu orangnya oke tidak, terus kalau bisa ada rekamannya dan jangan keseringan”

Saya:” Hah, papah mau jebak mamah nich?

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel