Part 5
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV
Pagi yang indah dengan kicauan suara burung di atap rumah orangtuaku menambah semarak kehangatan keluarga saat ini. Semua keluarga besar berkumpul untuk menghadiri ijab qobul pernikahanku dan Ervin. Akhirnya orangtuaku mengalah untuk tidak mengadakan pesta. Hanya akan ada acara makan-makan saja di rumah setelah pulang dari KUA.
Rumor bahwa aku hamil duluan sempat menyeruak di bahasan keluarga karena aku tidak mau mengadakan pesta yang lazimnya dilakukan oleh keluarga. Apalagi ini aku anak perempuan pertama yang seharusnya orangtuaku melakukan syukuran besar besaran mengingat orangtuaku bukan orang sembarangan di dunia bisnis.
Pukul 08.00 WIB keluarga Ervin telah tiba di rumah orangtuaku sambil membawa seserahan yang 2 minggu lalu kami beli bersama. Setelahnya kami berencana untuk berangkat bersama menuju ke KUA.
"Ketiban durian runtuh lo Lun, dapet suami kaya Ervin."
Aku melirik Hilda yang menatap Ervin seakan Ervin adalah es buah ketika siang hari di bulan puasa.
"Iler lo di lap dulu itu. Inget buntut lo sudah 2," sambarku pedas kepada Hilda sambil mengelap mulut Hilda menggunakan tisu kering yang ada ditanganku.
"Cie....Cemburu lo, gue muji Ervin?"
"Nggak Hil, toh tanpa lo, gue mana bisa diposisi sekarang."
Hilda tersenyum manis di depanku, "Gue cuma berdoa semoga rumah tangga Lo langgeng sampai maut memisahkan, Lun."
"Gue nggak tau mesti aminin do'a lo atau nggak. Kan, lo tau sendiri gimana?"
Hilda tertawa di sebelahku. "Bener juga Lo. Ya sudah, yuk buruan ke depan kita sudah pada mau berangkat ke KUA."
***
Aku duduk semobil dengan Ervin di range Rover hitam milikku. Ervin melirikku yang tampak santai. Ervin sendiri sudah terihat gugup, ia takut jika dirinya tidak bisa mengucapkan ijab qobul dengan lancar.
"Lun, kamu nggak takut gitu kita mau nikah?" Tanya Ervin sambil menatapKU yang sedang fokus memainkan game di handphone.
"Nggak Vin, ngapain takut. Wong kita cuma mau nikah, bukan mau maju ke medan perang."
Ervin melirikku lagi, kalo biasanya perempuan lebih senewen menghadapi hal hal penting dihidupnya, tapi aku tidak sama sekali. Bahkan aku masih bisa main game dan mengunyah permen karet saat ini.
Ervin menghembuskan nafasnya dengan kasar hingga aku pun meliriknya.
"Nggak usah stress, dibawa santai aja okay?" kataku sambil menepuk nepuk bahu berotot milik Ervin.
Ketika sampai di KUA aku turun bersama Ervin. Kami masih menunggu antrian kapan giliran mereka untuk melangsungkan ijab qobul. Ketika sampai giliran kami, Ervin pun menjabat tangan Papaku untuk mengucapkan ijab qobul. Ketika kata "sah" terucap dari para hadirin, kini aku, Kaluna Maharani Atmaji Putri resmi menjadi Nyonya Ervin Aditya. Walau itu hanya untuk 1 tahun ke depan.
***
Wow.... Siapa sangka 5 menit yang lalu statusku berubah dari seorang lajang menjadi seorang istri. Istri dari Ervin Aditya yang usainya 6 tahun lebih muda dariku dan merupakan suami bayaranku.
Selama aku mengenal Ervin, banyak hal yang aku tau tentang dirinya, selain ia tipe laki-laki bertanggung jawab kepada keluarga, ia juga merupakan sosok calon suami yang penuh pengertian tanpa banyak menuntut apapun. Entah itu murni dirinya atau karena memang dia hanya menjalankan tugasnya sebagai suami bayaranku, sehingga ia tidak bisa memperlihatkan sifat aslinya padaku. Mau bagaimanapun hubunganku dengan Ervin, ini adalah sebuah hubungan yang dilandasi bisnis bukan cinta layaknya rumah tangga orang-orang pada umumnya.
Selesai ijab qobul, aku mencium tangan Ervin dan Ervin menciumku dikening. Sungguh adegan yang romantis jika saja itu dilakukan oleh pasangan sungguhan bukan pasangan jadi jadian seperti kami.
"Lun, mulai sekarang aku akan berusaha melakukan yang terbaik buat kamu."
Apa coba maksud kata kata Ervin ketika kami dalam perjalanan pulang di mobil. Hal terbaik yang aku harapkan dari Ervin adalah semoga rencanaku 1 tahun ke depan lancar dan kami akan berpisah secara baik baik tanpa adanya konflik.
Karena tidak mungkin aku membalas kata katanya, aku hanya memberikan senyuman manis kepadanya. Dan ya Tuhan, Ervin membalas senyumanku dengan senyumannya yang manis. Bisa diabetes aku kalo setiap hari mendapatkan senyuman itu darinya.
Range Rover hitamku memasuki halaman Rumah orang tuaku yang begitu luas dan asri ini. Di sana aku melihat keluargaku yang tidak ikut ke KUA sudah berkumpul seluruhnya. Pastilah ada sepupuku yang laknat seperti Olivia, namun juga ada sepupuku yang masih waras seperti Nada yang kali ini hadir bersama kedua kembar siamnya, Deva dan Salma. Hanya Robert, sahabatnya yang tidak ikut hadir kali ini. Aku heran kepada mereka berempat yang kemana mana selalu bersama sejak masih SMP, bahkan Nada dan Deva sudah bersahabat sejak masih SD. Dengan Robert yang tidak hadir kali ini saja mereka sudah bersama sama sejak SMA kelas satu.
"Mbak Luna selamat ya, akhirnya sudah sah sekarang," kata Nada yang memelukku erat ketika aku memasuki rumah.
Disusul ucapan selamat dari para keluarga yang hadir di sana. Semua keluargaku dan keluarga Ervin berkumpul menikmati acara makan siang di halaman rumah orangtuaku yang super luas ini.
Pukul 14:00 WIB acara tasyakuran ini selesai dan tamu undangan satu persatu meninggalkan rumah orangtuaku. Kini tibalah aku hanya bersama Ervin. Mau tidak mau aku mengajak Ervin ke kamarku. Tidak mungkin aku pisah kamar dengan Ervin ketika kami ada di rumah orangtuaku karena mereka akan curiga dan semua akan terbongkar.
"Vin, sementara kita tinggal di sini ya? soalnya Mama mau sebelum 40 hari kita nikah, kita belum boleh balik ke rumahku," kataku sambil mencoba menghapus make-up diwajah.
"Iya enggak pa-pa. Dimanapun aku ngikut kamu, maunya tinggal dimana."
Aku memberikan senyuman sebelum akhirnya aku bangkit dari meja rias dan menuju ke kamar mandi kamarku meninggalkan Ervin seorang diri yang sedang sibuk membongkar kopernya.
Di dalam kamar mandi aku menghembuskan nafasku. Mulai sekarang, akan ada pemain baru dalam drama kehidupanku. Aku hanya berharap semoga aku dan Ervin bisa saling menjaga profesionalitas dalam hubungan kami. Walau aku tidak bisa yakin 100% karena Ervin betul betul menunjukkan sikap suami idaman tak tercela sejak kami menikah tadi pagi.
***