6. Tidak Diciptakan Untuk Dimiliki Olehnya
Daniella melangkah keluar mengantar Altan yang akan meninggalkan kediaman keluarganya.
“Bagaimana perasaanmu saat ini?” Altan memiringkan wajahnya menatap Daniella dengan lembut.
“Aku merasa lebih baik. Terima kasih karena sudah mau membantuku, Altan.” Daniella tahu bahwa ucapan saja tidak cukup, Altan telah begitu banyak membantunya. Pria itu juga sering mengunjunginya ketika dia berada di luar negeri, membuatnya merasa nyaman meski dia tinggal jauh dari keluarganya di sana.
Selain itu Altan juga begitu memperhatikannya dan kandungannya. Mengingatkannya dalam segala hal kecil yang bahkan dirinya sendiri tidak begitu ingat.
“Tidak perlu berterima kasih, Ella. Aku membantumu dan kau membantuku, kita tidak saling berutang. Dengan menikahimu aku mendapatkan istri sekaligus anak, bukankah itu sangat menguntungkan bagiku.” Altan tersenyum ringan.
Daniella tidak tahu harus berkata apa lagi. Jadi Altan kembali bicara.
“Aku pergi sekarang. Jika terjadi sesuatu hubungi aku.”
“Baik. Hati-hati di jalan.”
Altan mengangguk singkat lalu kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Setelah melihat mobil Altan melaju, Daniella kembali masuk ke dalam kediamannya.
“Kau pasti lelah, istirahatlah dulu. Ibu dan Ayah akan menjaga Quinn.” Jasmine menatap putrinya lembut.
“Baik, Bu.” Daniella tidak lelah sama sekali, tapi dia masih mengikuti kata-kata ibunya dan membiarkan orangtuanya bersama dengan putrinya.
Daniella masuk ke dalam kamar yang telah dia tinggal selama satu tahun penuh. Tidak ada yang berubah dari kamar itu masih tampak seperti sebelum dia pergi. Rasa yang akrab segera membuatnya merasa nyaman. Wanita itu duduk di sofa, mengeluarkan ponselnya dan mulai memberi pesan di grup obrolannya dengan ketiga sahabatnya.
Ia memberitahukan pada Cassalyn, Camilla dan Abigail bahwa dia sudah kembali ke kediamannya.
Tiga sahabatnya langsung merespon dengan menanyakan bagaimana tanggapan orangtuanya. Daniella memberikan jawaban yang membuat ketiganya menjadi tenang.
Usai mengabari teman-temannya Daniella tiba-tiba merasa mengantuk karena suasana yang sangat akrab. Dia akhirnya pergi ke ranjang dan mengistirahatkan dirinya.
Di tempat lain saat ini Siegren telah menerima kabar dari kepala pelayan di kediaman orangtuanya bahwa Daniella telah kembali.
“Batalkan semua jadwalku hari ini. Ella kembali.” Siegren memberi perintah pada Royce.
“Baik, Tuan.”
Siegren segera meninggalkan ruang kerjanya diikuti oleh Royce di belakangnya. Dia telah sangat lama tidak bertemu dengan Daniella, jadi dia sedikit bersemangat.
Satu tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Siegren. Dia tidak terbiasa dengan Daniella tidak ada di sekitarnya dalam waktu yang lama sehingga hal itu membuatnya merasa ada yang hilang dari hidupnya.
Dia baik-baik saja dengan Mielle jauh darinya dan tidak pernah bertemu dengannya lebih dari satu tahun ini, tapi dengan Daniella berbeda.
Siegren tahu yang dia rasakan adalah salah oleh sebab itu meski dia tersiksa dia tidak mencari Daniella sama sekali. Dia bisa saja mengunjungi Daniella di mana pun Daniella berada, tapi dia tidak melakukannya. Dia tidak bisa membenarkan apa yang dia rasa salah.
Setelah melalui perjalanan beberapa puluh menit, Siegren sampai di kediamannya. Dia melangkah masuk dengan langkah tenang, tapi jantungnya saat ini berdetak sedikit lebih kencang dari biasanya.
“Di mana Nona Ella?” tanya Siegren pada Rosemary.
“Nona sedang beristirahat saat ini, Tuan Muda.”
“Ayah dan Ibu?”
“Tuan dan Nyonya ada di ruang bersantai.”
Siegren tidak bertanya lagi, pria itu segera melangkah menuju ke ruang bersantai. Dia tidak bisa mengganggu Daniella yang sedang beristirahat. Daniella mungkin melewati perjalanan yang melelahkan.
Sekarang Siegren menyadari bahwa dia kembali terlalu cepat. Dia seharusnya tidak perlu membatalkan pekerjaannya hari ini dan kembali tidak terlal malam.
Pria itu menghela napas pelan. Mendengar Daniella kembali dia kehilangan kendali dan bergerak berdasarkan keinginan hatinya saja.
Siegren masuk ke dalam ruangan bersantai. Pria itu mengerutkan keningnya ketika dia melihat ibu dan ayahnya sedang bercengkrama dengan seorang bayi.
“Ayah, Ibu.” Siegren melangkah mendekati orangtuanya. Suara pria itu akhirnya membuat Richard dan Jasmine menyadari bahwa ada orang lain di sana.
“Siegren?” Richard sedikit bingung dengan keberadaan putera sulungnya sore ini. Putranya selalu bekerja sampai larut malam bahkan jarang kembali, tapi hari ini dia kembali lebih cepat. Apakah mungkin ada sesuatu yang tertinggal?
“Sayang, apakah kau menerima pemberitahuan dari Rosemary bahwa Ella sudah kembali?” Jasmine menebak.
“Ya, Bu,” balas Siegren. “Bibi Rosemary memberitahuku tadi, jadi aku langsung kembali.”
“Adikmu sedang istirahat sekarang. Jangan mengganggunya.”
“Baik, Bu.” Siegren duduk di sebelah ayahnya. “Siapa gadis kecil ini?” Dia melihat Quinn yang sekarang menatapnya lekat.
“Raquinne Shine,” balas Richard. “Putri adikmu.”
Wajah Siegren tiba-tiba membeku. Dia memproses kata-kata ayahnya untuk beberapa saat. “Putri Ella?”
“Ya.” Richard menegaskan.
“Bagaimana Ella bisa memiliki putri?” Siegren mengeluarkan isi pikirannya. Satu tahun tidak bertemu, dan setelah kembali adiknya telah memiliki anak, bagaimana itu mungkin?
Richard mengerti kebingungan putranya jadi dia menjelaskan pada Siegren.
Siegren tidak tahu harus bereaksi seperti apa, sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa Daniella memiliki anak dengan Altan.
Dia tahu bahwa itu bukan sesuatu yang tidak mungkin mengingat Daniella dan Altan memiliki hubungan yang dekat, hanya saja ada bagian dalam dirinya yang enggan menerima kenyataan itu.
“Altan dan Daniella mungkin akan menikah sebentar lagi,” tambah Richard.
Dada Siegren menjadi semakin tidak nyaman. Dia selalu menegaskan pada dirinya sendiri bahwa Daniella baginya adalah seorang adik, tapi rasa sakit di hatinya saat ini menjelaskan bahwa dia jelas tidak bisa merelakan Daniella menikah dengan pria lain.
Satu tahun tanpa Daniella membuat semua yang dia tekankan pada dirinya sendiri berbalik melawannya. Sejak kecil dia selalu posesif terhadap Daniella, dia pikir itu bentuk perlindungannya terhadap Daniella, tapi kenyatannya adalah dia benci lawan jenis mendekati Daniella. Dia cemburu.
Hal yang sama pernah disampaikan oleh teman-temannya ketika mereka ingin mendekati Daniella, tapi dilarang olehnya. Mereka mengatakan bahwa dia terlalu posesif terhadap Daniella, itu tidak seperti saudara terhadap saudara, tapi pria terhadap wanita.
Siegren selalu menepis kata-kata itu, tapi sejak Daniella pergi dia menyadari bahwa itu adalah kebenarannya. Dia menganggap Daniella sebagai wanita, bukan adiknya.
Namun, sekali lagi akal sehat membuatnya menekan segala perasaannya. Dia adalah seorang anak angkat yang dibesarkan oleh orangtua Daniella bagaimana mungkin dia begitu lancang dan tidak tahu diri mencintai Daniella yang merupakan wanita terhormat.
Selain itu dia juga memikirkan tentang orangtuanya, ayah dan ibunya pasti tidak akan sangat kecewa jika tahu bahwa dia mencintai Daniella.
Perasaannya tidak penting, Siegren tidak akan pernah membuat orangtuanya kecewa. Dia juga tahu diri, pria sepertinya tidak akan pernah pantas untuk seorang Daniella Shine.
“Kau pasti sangat terkejut. Ayah dan Ibu juga seperti itu. Daniella menyimpan sesuatu yang sangat besar dari kita semua.” Jasmine berkata dengan pelan. “Namun, jangan marah pada adikmu. Dia sudah menjalani hari-hari yang sulit dalam satu tahun ini.”
“Aku tidak akan marah pada Daniella, Bu. Dia memiliki pemikirannya sendiri.” Siegren tidak memiliki hak untuk marah. Siapa dirinya ingin memarahi Daniella saat orangtua mereka saja tidak marah.
“Kau menjadi seorang paman sekarang.” Richard memegang bahu Siegren.
Siegren memperhatikan Quinn, rasa sakit menyebar di dalam hatinya, tapi dia mencoba untuk tersenyum. “Dia terlihat seperti Ella ketika masih kecil.”
“Ya, dia persis seperti adikmu ketika masih kecil.” Richard tertawa kecil. Dia merasa seperti kembali ke masa lalu di mana dia merawat Daniella bayi.
“Benar, dia persis seperti Daniella, tapi lihat iris matanya. Itu seperti milikmu, Siegren.”
Kata-kata Jasmine membuat Siegren lebih fokus pada manik mata Quinn yang abu-abu. Apa yang ibunya katakan benar. Manik mata Quinn persis seperti dirinya. Namun, Altan juga memiliki manik abu-abu meski milik Altan lebih gelap.
Jadi, Quinn benar-benar kombinasi Daniella dan Altan. Wajah Daniella, mata Altan. Siegren semakin merasa dadanya sesak.
Ponselnya berdering di waktu yang tepat. “Ayah, Ibu, aku akan menjawab panggilan dulu.” Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
Katakanlah dia pengecut yang melarikan diri dari situasi di ruangan itu, tapi dia sungguh tidak bisa menghadapinya. Dia telah mempersiapkan dirinya bahwa Daniella akan dijaga oleh laki-laki lain di masa depan, tapi dia gagal menerapkan persiapan itu ketika dihadapkan dengan kenyataan.
Siegren pergi ke kamarnya, pria itu tidak menjawab panggilan di ponselnya sama sekali. Dia hanya pergi ke balkon lalu kemudian merokok. Wajah pria itu terlihat kasar.
Asbak di dekatnya kini diisi oleh batang rokok yang sudah dia isap sebelumnya. Pria itu akhirnya berhenti setelah rasa tidak nyaman di dadanya sedikit berkurang.
Siegren menjernihkan pikirannya. Ini adalah alasan kenapa dia tidak boleh memimpikan seorang Daniella Shine, karena status mereka yang terlampau jauh. Satu berasal dari langit dan yang lainnya dari lumpur.
Dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa Daniella Shine tidak diciptakan untuk dimiliki olehnya.
Siegren akhirnya melihat ke ponselnya, ternyata yang telah mennghubunginya adalah Mielle. Sejak Mielle melakukan perjalanan ke beberapa negara, Siegren hanya berkomunikasi dengan Mielle melalui penggilan suara atau video. Namun, itu juga tidak terlalu sering karena dia memiliki begitu banyak pekerjaan begitu juga dengan Mielle yang latihan dengan ketat.
Siegren segera menghubungi Mielle. “Ada apa, Elle?”
“Apakah kau sibuk?”
“Tidak terlalu. Ada apa?”
“Aku hanya sangat merindukanmu.” Mielle merengek, dia berpikir bahwa dia akan bahagia karena berhasil mengejar mimpinya, tapi nyatanya dia tidak terlalu bahagia karena saat ini dia jauh dari Siegren. Sekarang dia benar-benar sadar bahwa kebahagiaannya berada pada Siegren, bukan karirnya.
Namun, tidak ada jalan baginya untuk mundur jadi dia hanya bisa menikmati pilihannya sendiri.
“Tidak bisakah kau datang menemuiku? Aku benar-benar ingin melihatmu sekarang.”
“Aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan, Mielle. Kau tahu bahwa jadwalku sangat padat. Jangan merengek seperti anak kecil, sebentar lagi pertunjukanmu akan selesai. Kita bisa bertemu setelah itu.” Siegren bisa kembali lebih cepat untuk Daniella, tapi dia tidak bisa melakukan hal yang sama untuk Mielle. Dia bisa saja menyingkirkan jadwal pekerjaannya yang padat, tapi Mielle bukan prioritasnya. Bahkan jika dia disuruh memilih pekerjaan atau Mielle, dia jelas lebih memilih pekerjaan.
Mielle terkadang merasa bahwa Siegren tidak mencintainya sama sekali, tapi dia mengabaikan perasaan itu karena dirinya mencintai Siegren. Tidak peduli apakah pria itu mencintainya atau tidak, yang penting dia memilikinya.
“Aku mengerti. Aku tidak akan merengek lagi.” Dia kemudian memutuskan panggilan itu sepihak.
Siegren tahu bahwa Mielle merajuk, tapi dia tidak memiliki keahlian untuk membujuk seorang wanita. Jadi dia hanya bisa membiarkan Mielle merajuk sampai reda sendiri.
tbc