Pustaka
Bahasa Indonesia

Son of the Universe

54.0K · Ongoing
Evanscapenovel
44
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Xiao Tian adalah putra satu-satunya dari seorang raja di kota Wuyu yang berada di wilayah Dinasti Ming. Namun, ketika dia berusia enam tahun, tepat di hari ulang tahunnya, seluruh keluarganya dibantai. Ayah dan ibunya mati terbunuh dalam peristiwa itu. Orang yang membantainya tidak lain adalah adik dari ibunya sendiri yang memberontak karena menginginkan posisi sebagai raja. Xiao Tian berhasil selamat dari pemberontak itu. Dengan wajah berlumuran darah, dia menatap ke langit sambil mengepalkan tangannya. "Ayah, Ibu, aku Xiao Tian, tidak akan membiarkan kematianmu sia-sia. Aku pasti akan membalaskan dendam kalian, dan aku akan menjadi yang terkuat di alam semesta ini agar tidak ada lagi anak-anak yang kehilangan orang tua seperti aku. Akan kuciptakan kedamaian di seluruh alam semesta. Jika ada yang ingin menghentikanku, jangankan manusia fana, bahkan dewa, iblis, atau langit sekalipun, tidak akan bisa menghentikanku!"

FantasiDewasaZaman Kunopembunuhankultivasipetarung

CH-1 KUDETA

Di Kota Wuyu, sebuah kota besar dari Dinasti Ming, penguasanya adalah kerajaan Wang. Namun, raja saat ini tidak bermarga Wang, melainkan bermarga Xiao. Nama raja saat ini adalah Xiao Jian, menantu raja Wang sebelumnya. Istri Xiao Jian adalah putri sulung raja Wang sebelumnya. Kini, Xiao Jian bersama istri dan anaknya sedang dikelilingi oleh jenderal dari kerajaan Wang sendiri, yang dibantu oleh tokoh-tokoh kuat dari kekuatan lain.

Xiao Jian berdiri bersama istrinya, Wangmei, sementara di belakang mereka ada anak laki-laki berusia 6 tahun, bernama Xiao Tian.

“Xiao Jian, sekarang aku akan mengambil nyawamu dan juga anak istrimu. Aku akan mengambil tahta yang semestinya milikku!”

Orang yang berbicara adalah Wang Chong, dia adalah adik Wangmei. Namun sekarang adiknya yang paling dia sayangi memberontak, bahkan dia membunuh semua orang yang setia terhadap Xiao Jian.

"Adik Wang Chong, mengapa kamu melakukan ini? Jika kamu menginginkan tahta, aku tidak keberatan memberikannya padamu. Lagipula, aku memang tidak menginginkan tahta ini. Aku hanya menjalankan pemerintahan sambil menunggumu tumbuh dewasa. Setelah kamu dewasa, aku bisa memberikannya kepadamu," tegas Xiao Jian kepada adik iparnya.

"Hahaha," Wang Chong tertawa terbahak-bahak. "Xiao Jian, tidak perlu naif. Apakah kamu kira aku bodoh? Siapa yang ingin turun tahta setelah nyaman di posisi itu? Tidak ada. Daripada aku membiarkanmu turun tahta dengan hati tidak rela, lebih baik aku menyingkirkan kalian semua!"

Wang Mei sebagai kakak perempuan Wang Chong, dia sangat kecewa dengan tindakan adiknya ini.

“Wang Chong, sekarang izinkan kakak pergi! Kakak berjanji tidak akan mengganggu kepemimpinan mu di Kota Wuyu.”

“Hahaha, maafkan aku kakak tercantikku, aku tidak bisa membiarkanmu pergi,” jawab Wang Chong, kemudian dia menatap seluruh pasukannya yang sudah membantai semua pengikut setia Xiao Jian.

“Bunuh mereka semua!”

Ribuan prajurit Kerajaan yang menggunakan baju besi dipimpin oleh jenderal kerajaan mengepung Xiao Jian dan anaknya.

“Kalian bertiga harus mati! Kalian tidak pantas memimpin kerajaan Wang ini!”

Semua orang berlari sambil menyeret senjata mereka. Xiao Jian, Wang Mei dan anaknya Xiao Tian diserang dari berbagai arah.

“Bunuh!”

“Bunuh!”

Suara langkah kaki yang bergemuruh sampai menggetarkan Bumi.

Melihat begitu banyak pasukan yang datang dari berbagai arah, Xiao Jian menatap mereka semua dengan penuh nafsu pembunuh.

“Mei’er, lindungi anak kita, aku akan membuka jalan agar kalian bisa selamat,” ujar Xiao Jian dengan suara yang berat.

"Suamiku, aku tidak bisa meninggalkanmu mati sendirian. Jika kamu ingin mati, kita akan mati bersama," kata Wang Mei dengan nada tegas, tanpa rasa takut menghadapi ribuan pasukan yang semakin mendekat.

Wangmei melihat salah satu anggota kekaisaran dari Dinasti Ming. Namun sayang, orang dari Dinasti Ming hanya duduk menonton tanpa memperdulikan mereka.

“Tidak. Jika kamu dan Tian’er mati, tidak akan ada yang mencari keadilan untuk kita. Tetapi, jika kalian selamat, kalian bisa mencari keadilan untukku dan juga orang-orang ku yang mati di tangan mereka!"

Xiao Jian mengeluarkan pedang berwarna hitam pekat. Lalu dia mengangkat pedangnya.

“Bunuh!”

Tanpa menunggu jawaban Wangmei, Xiao Jian mengikat anak istrinya dengan tenaga dalamnya, lalu dia berlari ke arah pasukan yang berada di hadapannya.

Dia menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam pedangnya dengan jumlah besar, lalu dia menebasnya dengan sangat ganas.

Xiao Jian seperti binatang buas yang sedang mengamuk, setiap dia mengayunkan pedangnya, beberapa kepala akan terpenggal. Namun meski begitu, jumlah lawan terlalu banyak, beberapa tusukan dan tebasan pedang sudah melukainya.

Klang ~~~~

Klang ~~~~

Suara benturan senjata terus terdengar.

“Jangan biarkan dia melarikan diri!” Wang Chong berteriak dari jauh.

“Yang mulia tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang bisa meninggalkan tempat ini. Mereka bertiga akan mati!” Jenderal kerajaan menyahut dengan suara percaya diri.

Shot ~~~~

Sebuah senjata menusuk dada Xiao Jian. Namun Xiao Jian tidak berteriak, dia malah berubah semakin ganas.

Plof, plof, plof ….

Beberapa kepala berhasil dipenggal oleh Xiao Jian. Dia terus berlari sambil membunuh siapapun yang menghalangi jalannya.

Setelah membunuh banyak orang, akhirnya Xiao Jian berhasil lepas dari kepungan banyak pasukan. Namun meskipun begitu, masih banyak pasukan yang mengejar, dan dia sendiri sudah penuh dengan bekas luka, tubuhnya terus menerus mengeluarkan darah. Jubah putihnya yang mempesona, kini sudah berubah menjadi merah akibat darahnya sendiri.

Akhirnya, Xiao Jian berhenti berlari. "Istriku, kamu harus membawa Tian’er pergi dari Kota Wuyu, pergi sejauh mungkin, dan ingat, bahwa adikmu, paman anak kita, yang telah melakukan semua ini. Kalian harus membalas dendam untuk kematianku!"

“Suami, tidak! Aku akan menemanimu di sini! Kita akan hidup atau mati bersama!”

Wangmei tidak ingin meninggalkan suaminya yang sudah pucat pasi karena terlalu banyak mengeluarkan darah.

“Tidak, kalian harus hidup. Pergi!” Xiao Jian melemparkan istri dan anaknya menjauh. Lalu dia berbalik dan menatap jenderal klan Wang dan seluruh pasukannya.

“Aku akan membantai kalian semua.”

Xiao Jian melompat sambil menebaskan pedangnya. Sekarang dia tidak menahan lagi tenaga dalamnya.

Sebagai pendekar raja tingkat 6, kultivasi Xiao Jian cukup tinggi. Sedangkan Jenderal klan Wang hanya pendekar raja tingkat empat. Namun dia diuntungkan dengan jumlah.

Shoott ~~~~

Xiao Jian menebaskan pedangnya, dan energi pedang langsung meluncur dengan kecepatan tinggi.

“Aaahhh!” Ratapan suara yang menyedihkan terus terdengar. Banyak anggota klan Wang yang terpotong tubuhnya menjadi dua bagian.

Shoott ~~~

Plof ….

“Kakak ipar, aku tidak bisa lagi membiarkan mu terus hidup!”

“Uhuk, uhuk, uhuk!” Xiao Jian berdiri mematung, dia terus menerus memuntahkan darah. Dia melihat pedang dengan racun yang terus menetes sudah menembus tubuhnya, bahkan jantung nya sudah hancur. Wang Chong telah muncul di belakang Xiao Jian, dan langsung menusukkan pedangnya.

"Tidak... Ayah!" Xiao Tian yang melihat ayahnya tertusuk pedang berteriak histeris. Xiao Tian ingin kembali, namun ibunya menghentikannya. "Tian’er, kita harus pergi. Jangan sia-siakan perjuangan ayahmu yang menginginkan kita hidup!"

“Tidak ibu, aku harus menyelamatkan ayah!” Xiao Tian meronta-ronta ingin melepaskan diri dari genggaman ibunya, namun ibunya tetap menahannya dan malah semakin cepat dia berlari.

Mata Xiao Tian sudah berubah menjadi merah, dia mengeluarkan air mata darah. Dia terus menatap ayahnya yang kini sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk hidup. Puluhan tombak dan pedang sudah menembus tubuhnya dari depan dan belakang.

Xiao Jian berdiri dengan pedangnya sebagai penopang. Dia menatap Wang Chong dengan tatapan penuh nafsu membunuh. "Wang Chong, tidak akan lama lagi kematian menjemputmu. Anakku pasti akan membalaskan dendamku."

Wang Chong mendengus dingin. "Kamu tidak perlu banyak berharap. Mereka tidak akan bisa melarikan diri! Aku akan mengirim mereka ke neraka untuk menemanimu!" Wang Chong menatap pasukannya. "Tangkap mereka untukku. Bawa mereka kembali, entah hidup atau mati!"

"Baik, yang mulia.”