Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9

Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.

Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai.

"Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya Lauryn memasang pelacak di mobil Nona Irene. Setelah itu Nyonya Lauryn kembali ke tempat yang ia sewa lagi. Kemudian Nyonya Lauryn pergi ke sebuah restoran, lalu pergi setelah beberapa saat kemudian. Setelah itu Nyonya Lauryn tidak keluar lagi dari tempat yang ia sewa.

Ada kejadian di restoran, Nona Irene mengalami pendarahan. Dan dibawa ke rumah sakit. Nona Irene mengalami keguguran." Luke menyampaikan dengan rinci. Meski ia tidak tahu apa saja yang dilakukan oleh Lauryn di tempat yang Lauryn sewa, tapi hampir seluruh apa yang Lauryn kerjakan ia jelaskan dengan tepat.

"Apakah kau memiliki sesuatu yang lain untuk dilaporkan?" tanya Reiner.

"Tidak ada, Tuan."

Setelah itu Reiner menutup panggilannya. Ia meletakan ponselnya ke atas meja, lalu otaknya mulai memikirkan tentang Lauryn.

Reiner benar-benar kagum pada Lauryn, wanita itu tidak menyia-nyiakan waktu. Ia menggunakan hari pertamanya setelah pemulihan dengan sangat baik.

Begitulah seharusnya seseorang, jika ia disakiti ia harus membalas lebih sakit. Reiner yakin Lauryn tidak akan berhenti hanya di sana. Apa yang Irene alami hari ini hanyalah sebuah permulaan. Reiner sangat penasaran bagaimana Lauryn akan menghancurkan keluarganya sendiri.

Melihat bagaimana Lauryn dimanfaatkan oleh Alexander, ia yakin Lauryn tidak akan melepaskan Alexander dengan mudah.

Terlebih akhir dari semua yang sudah dilakukan oleh Lauryn adalah sebuah pengkhianatan. Tentu saja dendam mengakar di hati Lauryn.

Reiner sangat penasaran bagaimana Alexander bisa menekan Lauryn. Ia yakin dengan karakter keras Lauryn, wanitanya itu tidak akan mudah dipaksa untuk melakukan berbagai pekerjaan berbahaya yang bahkan bisa merenggut nyawanya sendiri.

Benar, Lauryn memiliki seorang ibu, ada kemungkinan Alexander menggunakan ibu Lauryn untuk membuat Lauryn tunduk.

Melihat bagaimana licik dan tidak berperasaannya Alexander, hal itu bisa saja terjadi.

Ingatan lain terlintas di benak Reiner, ia ingat Lauryn pernah mengatakan bahwa saat Alexander sudah tidak bisa menemukan cara mengendalikannya lagi, maka dia akan menggunakan cara terakhir agar Lauryn tidak menimbulkan masalah. Yang artinya mungkin saja ibu Lauryn sudah tiada.

Hal ini juga yang memicu Lauryn untuk melakukan pembalasan dendam, karena tidak ada orang lain yang harus ia lindungi lagi.

Segalanya terasa masuk akal bagi Reiner. Meskipun itu hanya spekulasinya, tapi ia yakin itulah yang terjadi.

Hidup Lauryn benar-benar sulit. Namun, bukankah sebuah berlian akan terlihat indah setelah ditempa dan diasah cukup lama. Begitu juga dengan Lauryn, setelah semua masa sulit itu Lauryn menjadi seorang wanita yang memesona.

Reiner meninggalkan ruang kerjanya, dan pergi ke kamar tidurnya. Ia membuka pintu dan tidak menemukan Lauryn di dalam sana. Reiner melemparkan pandangannya ke arah balkon kamarnya, ia melihat pintu kaca penghubung kamar dan balkon terbuka.

Kaki Reiner mengarah ke sana, ia berhenti di tengah pintu dan melihat Lauryn yang mengenakan gaun tidur berwarna hitam tengah berdiri sembari memandangi ke arah lautan yang terlihat gelap.

Rambut keemasan Lauryn berayun karena hembusan angin. Ia tampak tidak terganggu dengan angin malam yang membungkus tubuhnya.

Dari arah belakang, Reiner menyelipkan tangannya di pinggang Lauryn. Gerakannya yang halus membuat Lauryn sedikit terkejut. Lauryn tidak fokus, otaknya terarah pada ibunya.

Ia harus mencari tahu di mana ibunya di makamkan. Setidaknya ia bisa datang ke sana dan menaburkan bunga kesukaan ibunya di sana.

Meski sedikit terkejut, Lauryn masih tenang. Selanjutnya ia merasakan gerakan tangan Reiner yang membelai rambutnya, lalu pria itu memindahkan rambunya ke satu sisi.

Leher angsa Lauryn yang putih dan ramping terlihat begitu menggoda. Reiner membenamkan wajahnya di sana kemudian menghirup aroma lavender yang masih melekat di tubuh Lauryn.

"Aku lapar." Reiner berbisik pelan, setelah itu ia menggigit telinga Lauryn.

"Aku rasa kau seharusnya pergi ke meja makan." Lauryn menjawab tenang.

"Aku lapar ingin memakanmu, Lauryn." Reiner menghisap leher Lauryn seperti dirinya adalah seorang penghisap darah.

Lauryn merasakan desiran gairah yang dihantarkan oleh sentuhan Reiner. Membuat ia terbakar nyala api yang hanya bisa ia rasakan ketika ia bersama Reiner. Sebelumnya Lauryn yang selalu membuat lawan jenisnya tidak berdaya, tapi setiap kali ia berhadapan dengan Reiner, ia selalu tidak bisa menahan dirinya.

Reiner membalik tubuh Lauryn, kemudian ia menyesap bibir Lauryn. Masuk ke celah-celah gigi Lauryn lalu membelai lidah Lauryn dengan lihai.

Tangan Reiner telah bergerak ke sisi tubuh Lauryn yang lain. Ia bermain dengan dada kenyal Lauryn, meremasnya hingga membuat Lauryn bergerak tidak nyaman.

Dari dada ke perut, dari perut tangan Reiner berpindah ke milik Lauryn. Menyelinap di dalam celana dalam renda yang Lauryn kenakan. Jari nya bermain di sana, menggoda milik Lauryn.

"Kau sudah basar, Lauryn." Reiner berbisik. Ia tahu Lauryn tidak akan pernah bisa menolak sentuhannya. Bahkan jika Lauryn berkata tidak, tubuhnya akan berkhianat.

Reiner menurunkan celana dalam Lauryn, kemudian ia menyingkap gaun tidur Lauryn. Ia membalik tubuh Lauryn lagi, membuatnya sedikit membungkuk.

Daging kenyal Reiner masuk ke dalam milik Lauryn dari belakang. Ia tidak repot-repot membawa Lauryn masuk ke dalam kamar.

Lauryn menahan desahannya, ia berada di luar ruangan. Siapa saja yang bekerja di kediaman itu bisa mendengarnya.

"Jangan menahan desahanmu, Lauryn. Tidak akan ada yang mendengar. Kau akan melukai bibirmu jika kau menggigitnya." Reiner bersuara berat. Kabut gairah telah menyelimuti pria itu.

Pada akhirnya, suara lolos dari mulut Lauryn. Ia mengerang setiap kali Reiner menyentaknya dalam. Rasa sakit dari setiap hujaman itu datang bersama dengan kenikmatan. Lauryn larut dalam sensasi liar yang mengalir dalam tubuhnya.

Dengan cahaya rembulan yang menemani mereka, percintaan panas itu terus berjalan. Renier bergerak maju mundur, semakin lama semakin cepat. Setelah itu gelombang kenikmatan menyapu ia dan Lauryn.

Cairan miliknya mengalir dari paha Lauryn. Reiner kembali memeluk Lauryn dari belakang, ia mendaratkan kecupan-kecupan ringan di pundak Lauryn. Setelah itu ia melepaskan miliknya dari milik Lauryn.

Pria itu membuat Lauryn menghadap dirinya, kemudian ia memegangi leher Lauryn, menekan ke arah dirinya lalu memagut bibir manis Lauryn lagi.

Tidak ada candu yang lebih baik dari bibir Lauryn. Reiner ingin mencium Lauryn hingga lemas.

Dada Lauryn berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. Hal ini selalu terjadi ketika Reiner menciumnya sangat dalam dan lembut.

Lauryn tahu ada sesuatu yang berjalan salah. Bagaimana pun juga ia tidak boleh jatuh pada Reiner, karena akhirnya hanya ia yang akan patah hati. Seseorang seperti Reiner tidak akan pernah menjadikan dirinya sebagai ratu di hidupnya.

Reiner seorang pria yang hebat, dan dibutuhkan lebih dari sekedar dirinya untuk menjadi pendamping pria itu. Setidaknya wanita itu harus memiliki latar belakang keluarga yang kuat. Bukan seperti dirinya yang hanya berasal dari rahim seorang pelayan.

Pria kaya dan wanita terbuang, jelas tidak akan mungkin bisa bersatu. Hanya dalam cerita dongeng hal-hal seperti itu akan terjadi, dan sayangnya ia hidup di dunia nyata.

Sebelum semua makin buruk, Lauryn harus mencegahnya. Hanya ia yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari kehancuran.

Cukup ibunya saja yang berakhir menyedihkan karena seorang pria kaya. Tidak ada cinta yang benar-benar tulus di dunia ini, semua hanyalah semu. Semua hanyalah nafsu.

Angin malam semakin terasa dingin. Reiner pikir itu tidak terlalu baik untuk Lauryn yang baru saja memulihkan tubuhnya.

"Ayo masuk ke dalam." Reiner mengajak Lauryn untuk masuk.

Lauryn hanya mengikuti langkah Reiner. Udara dingin yang tadi menyelimutinya berganti dengan kehangatan ketika ia sudah naik ke atas ranjang dengan Reiner memeluk tubuhnya dari belakang.

"Bagaimana dengan kondisi tubuhmu saat ini?" Reiner bertanya pada Lauryn.

Lauryn mendengus. Merasa geli dengan pertanyaan Reiner. "Aku pikir pertanyaanmu begitu terlambat. Kau sudah menyerangku di sana sini dan kau masih bertanya tentang tubuhku. Benar-benar konyol."

Reiner meletakan dagunya di pundak Lauryn. "Ah, benar. Aku seharusnya tidak bertanya. Melihat bagaimana kau bereaksi saat aku menghujammu, itu sudah menunjukan bahwa kau sudah sangat baik. Kau bisa menerima serangan dariku lebih banyak lagi setelah ini." Kata-kata Reiner begitu vulgar, sangat mencerminkan bahwa yang ada di otak pria itu hanya selangkangan saja.

"Terima kasih atas kebaikan hati Anda, Tuan Dominic. Aku sangat menghargainya." Lauryn mencibir Reiner.

Suara tawa terdengar dari belakang Lauryn. "Aku akan selalu berbaik hati padamu, Lauryn," seru Reiner dengan suara yang terdengar menyenangkan.

Lauryn berdecih. "Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu."

Lagi Reiner tertawa. "Apakah kau ingin menerima kebaikan dariku lagi?"

"Oh, terima kasih banyak, Tuan Dominic. Aku akan tidur sekarang. Selamat malam." Lauryn membalas cepat. Ia segera menutup matanya.

Reiner tersenyum geli. Ia kemudian mengecup puncak kepala Lauryn. "Selamat malam, Lauryn."

Kata-kata Reiner seperti pengantar tidur untuk Lauryn, setelahnya ia benar-benar terlelap.

tbc

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel