8
Kaki Lauryn melangkah meninggalkan restoran ketika ia sudah memastikan Irene menyesap minuman yang sudah ia bubuhkan obat penggugur kandungan.
Hanya tingga menunggu beberapa saat lagi maka Irene akan kehilangan janinnya.
Ketika Lauryn masuk ke dalam Audi R8 nya, Irene mulai merasa sakit yang teramat pada perutnya. Bahkan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
Wajahnya yang dipoles dengan make up kini tampak pucat. Lorenzo segera berdiri dari tempat duduknya. Ia terlihat sangat cemas. "Sayang, ada apa?" tanya Lorenzo.
"Perutku sakit." Irene berkata lirih. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit." Lorenzo hendak menggendong Irene. Ia mematung sejenak saat ia melihat darah mengalir dari paha Irene.
Tersadar, Lorenzo segera membawa Irene ke Ferrari miliknya. Ia mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Irene dan janin yang ada di kandungan Irene.
Di kursi sebelah Lorenzo, Irene terus meringis kesakitan. Ia bahkan tidak bisa memikirkan janin di kandungannya.
Sampai Di rumah sakit, dokter kandungan segera menangani Irene yang sudah tidak sadarkan diri karena rasa sakit yang tidak bisa ditanggung oleh tubuhnya. Wajah dokter itu berubah tidak baik ketika ia mengetahui apa yang terjadi pada Irene adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Bukan hanya kehilangan janinnya, tapi Irene juga tidak akan pernah bisa mengandung lagi.
Setelah menangani Irene, dokter itu bicara pada Lorenzo.
"Bagaimana kondisi tunangan saya, Dokter?" tanya Lorenzo cemas.
"Kondisi Nyonya Irene stabil, tapi pendarahan yang dialami Nyonya Irene membuat ia kehilangan janin di dalam kandungannya." Dokter menjelaskan sedikit, ia belum bisa memberitahu Lorenzo bahwa Irene tidak bisa mengandung lagi.
Lorenzo merasa lemas. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi? Ia yakin Irene telah menjaga kandungannya dengan baik. Ia tahu Irene sangat menginginkan janin itu lahir ke dunia ini.
Memikirkan bagaimana reaksi Irene setelah tahu mereka kehilangan calon anak mereka membuat Lorenzo semakin sakit hati.
Ia yakin Irene pasti akan sangat sedih. Dan Lorenzo tidak pernah tahan melihat kesedihan di mata tunangannya itu.
Usai memberitahukan kondisi Irene, dokter pamit pada Lorenzo lalu meninggalkan pria itu.
Irene dipindahkan ke ruang pemulihan, di sana Lorenzo menemaninya. Tidak lama dari itu, Eddelia dan Alexander masuk ke dalam sana.
Wajah orangtua Irene itu terlihat cemas.
"Bagaimana Irene bisa berakhir seperti ini?" tanya Alexander. Ia memperhatikan wajah pucat putrinya. Hatinya sakit melihat putrinya terbaring di ranjang itu.
"Aku dan Irene tadi makan siang, setelah itu Irene merasa sakit perut. Kemudian Irene mengalami pendarahan." Lorenzo menjelaskan berdasarkan kejadian hari ini.
"Putriku yang malang." Air mata Eddelia jatuh. Ia sangat sedih untuk putrinya.
Alexander mengerutkan keningnya. Ia harus mendapatkan penjelasan menyeluruh dari dokter mengenai kondisi putrinya.
"Aku akan menemui dokter." Alexander meninggalkan ruangan.
Yang tersisa hanyalah Eddelia yang masih menangisi putrinya serta Lorenzo yang tidak tahu harus melakukan apa sekarang.
Beberapa saat kemudian Alexander kembali ke ruangan itu. Istrinya segera mendatanginya dan bertanya, "Apa yang dokter katakan?" tanya wanita itu penasaran.
Alexander sudah mengetahui penyebab putrinya mengalami keguguran, itu karena sebelumnya putrinya telah melakukan aborsi, mengkonsumsi alkohol dan juga merokok.
Dokter sedang memeriksa darah Irene untuk memastikan apakah ada penyebab lainnya. Dan hal itu akan diketahui beberapa jam lagi.
Selain penyebab keguguran, Alexander juga mengetahui bahwa putrinya tidak akan pernah bisa mengandung lagi. Rahim putrinya rusak.
"Irene mengalami pendarahan karena ia terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini. Mungkin ia juga mengalami tekanan karena tanggung jawabnya sebagai wakil CEO." Alexander tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya di depan Lorenzo.
Jika Lorenzo mengetahui kebenarannya maka Lorenzo pasti akan meninggalkan Irene. Siapa yang mau menikahi wanita yang tidak akan bisa memberikannya keturunan. Terlebih dia adalah Lorenzo, seorang pebisnis yang harus memiliki pewaris harta kekayaannya kelak.
Alexander mengutuk dalam hatinya. Jika saja putrinya hidup dengan gaya yang sehat pasti semua hal ini tidak akan terjadi. Dan mengenai aborsi, Alexander yakin Lorenzo juga tidak mengetahui hal itu.
Ia sendiri sebagai ayahnya baru mengetahuinya hari ini. Irene benar-benar bertindak sendiri tanpa memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan.
Dan dirinya juga tidak akan bisa memiliki cucu seumur hidupnya. Tidak, Alexander tidak bisa menyerahkan hartanya ke Irene yang tidak bisa memiliki keturunan.
Ini semua ulah Irene yang harus mendorong ia ke samping. Tidak ada pilihan lain, ia harus mendapatkan penerus baru. Dan itu tidak mungkin dari istrinya, melainkan dari wanita lain.
Eddelia harus menerima kenyataan. Ini juga salah Eddelia yang tidak bisa memberinya keturunan lagi. Seperti Irene, Eddelia juga mengalami kerusakan rahim yang mengakibatkan wanita itu tidak bisa hamil lagi.
"Tuhan sangat kejam pada putriku. Bagaimana mungkin ia tidak berbelas kasih padanya." Eddelia kini menyalahkan Tuhan-nya.
Waktu berlalu, Irene telah sadarkan diri. Dokter kini datang untuk memeriksa Irene, dan memberitahukan secara langsung pada Irene tentang apa yang dialami oleh wanita itu.
"Nyonya Irene, Anda mengalami pendarahan yang menyebabkan Anda kehilangan janin Anda." Dokter itu menyampaikan dengan hati-hati.
Wajah pucat Irene menjadi mengerikan. Matanya menyala merah. "Bagaimana aku bisa kehilangan janinku? Dua hari lalu ketika aku memeriksakan janinku dia masih baik-baik saja." Ia menggunakan sedikit tenaganya untuk memarahi dokter yang memeriksanya.
"Hal ini terjadi karena Nyonya pernah mengalami keguguran sebelumnya. Dan juga konsumsi alkohol dan rokok mempengaruhi rahim Anda." Dokter menjawab sesuai dari hasil pemeriksaannya.
"Tidak mungkin! Aku tidak mungkin kehilangan janinku!" seru Irene histeris.
"Tenangkan dirimu, Irene." Alexander bersuara tegas. Tidak ada yang perlu ditangisi, ini semua ulah Irene sendiri. Jika saja Irene lebih berhati-hati maka semua ini tidak akan terjadi. Alexander benar-benar kecewa pada Irene.
"Dan ada hal lain yang harus saya sampaikan, Nyonya Irene." Dokter itu menarik napas pelan. Tatapannya pada Irene terlihat iba. "Rahim Anda mengalami kerusakan. Dan Anda tidak akan pernah bisa mengandung lagi."
"Apa?" Bukan hanya Irene yang terkejut tapi juga Eddelia.
Di sana tidak ada Lorenzo, jadi Alexander membiarkan dokter mengatakan yang sebenarnya.
"Tidak! Bagaimana mungkin itu terjadi padaku! Itu tidak mungkin! Kau dokter sialan! Kau pasti melakukan kesalahan saat memeriksaku!" murka Irene.
"Cukup, Irene!" Alexander meninggikan suaranya. Ini adalah pertama kali ia membentak putri kesayangannya.
Irene terdiam begitu juga dengan Eddelia. Keduanya terkejut dengan suara marah Alexander.
"Dokter, kau bisa meninggalkan ruangan ini." Alexander beralih pada sang dokter.
"Baik, Pak. Saya permisi." Dokter wanita itu meninggalkan ruang rawat VIP itu.
"Suamiku, Irene sedang kehilangan. Ia merasa begitu sedih. Kau tidak seharusnya membentaknya." Eddelia bicara untuk putrinya.
"Tutup mulutmu!" marah Alexander. Ia memang tidak akan pernah menggantikan Eddelia sebagai nyonya rumahnya, tapi itu bukan berarti Eddelia bisa mengajarinya.
Wajah Eddelia menjadi kaku. Ia tidak lagi bicara. Jika suaminya sudah seperti ini maka artinya ia benar-benar marah. Namun, kemarahan suaminya tidak tepat. Seharusnya suaminya menghibur Irene, bukan memarahi Irene.
"Apa yang terjadi hari ini adalah karena kecerobohanmu sendiri, jadi berhenti menangisinya!" Alexander berkata tanpa perasaan. "Sekarang rahasiakan hal ini dari Lorenzo, jika dia tahu bahwa kau tidak bisa mengandung lagi, maka Lorenzo pasti akan mencampakanmu!"
Wajah Irene terlihat menyedihkan. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya akan mengucapkan kalimat yang begitu menyakitkan. Irene tahu bahwa ia mengecewakan ayahnya, tapi apakah ayahnya harus tidak berperasaan seperti itu padanya?
"Suamiku, maafkan kesalahan Irene." Eddelia cepat-cepat meminta maaf.
Alexander hanya mendengus dingin, setelah itu ia meninggalkan ruangan rawat Irene.
"Ibu, Ayah sudah tidak menyayangiku lagi." Irene merengek pada ibunya. Air matanya jatuh membuat Eddelia merasa semakin terluka.
"Itu tidak benar, Sayang. Ayahmu saat ini sedang sedih, jadi ia tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Setelah ini meminta maaflah pada ayahmu. Dan lakukan apa yang ia katakan." Eddelia juga marah seperti Alexander, tapi ia tidak bisa bersikap kejam pada putrinya sendiri. Irene adalah segalanya bagi Eddelia. Ia tidak mungkin menyakiti hati putrinya dengan kata-kata yang kejam.
"Baik, Bu." Irene menjawab patuh.
Hari ini adalah hari terburuk yang pernah Irene rasakan. Ia begitu menyayangi janin di dalam kandungannya, tapi ia harus kehilangan janin itu. Tidak cukup sampai di sana, Irene juga tidak bisa mengandung lagi.
Sementara itu di tempat lain, Lauryn sedang menikmati segelas anggur merah. Ia sedang bersuka cita untuk kehilangan yang Irene rasakan saat ini.
Lauryn melakukan semuanya dengan rapi. Dokter bahkan tidak bisa mendeteksi obat yang ia masukan di dalam minuman Irene.
Beruntung di kehidupan ini Lauryn tidak hanya melakukan kejahatan saja, tapi juga kebaikan yang membuat orang lain berhutang budi padanya. Dan salah satunya adalah seorang ilmuwan gila yang telah menciptakan obat penggugur kandungan yang tidak bisa dideteksi dengan kejeniusannya.
Wanita paruh baya itu telah diselamatkan oleh Lauryn ketika hampir dibunuh karena menolak bekerjasama dengan seorang pengusaha farmasi.
Lauryn telah memberi Irene sedikit hadiah, tapi bukan berarti pembalasannya sudah selesai, ia tahu kehilangan janin dan tidak bisa hamil lagi tidak akan membuat Irene bunuh diri. Ada beberapa hal yang bisa Irene lakukan jika ia menginginkan anak. Terlebih Irene memiliki uang dan di belakangnya ada kekuasaan Alexander William.
Sekarang giliran Alexander. Lauryn harus memberikan kejutan pada ayahnya. Ia memiliki beberapa bukti kejahatan yang digunakan oleh ayahnya untuk mengancam beberapa orang demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
Lauryn memiliki salinan dari setiap dokumen yang ia serahkan pada ayahnya. Jika ayahnya berpikir bahwa ia benar-benar menyerahkannya begitu saja tanpa melakukan apapun, maka ayahnya terlalu percaya diri.
Sejak Lauryn menjalankan perintah dari ayahnya, ia selalu ingin memenjarakan ayahnya. Itulah kenapa ia selalu menyimpan semua bukti penting itu.
Namun, selagi ibunya masih di tangan ayahnya, ia tidak bisa melakukan itu. Akan tetapi, sekarang ibunya sudah tiada. Tidak ada alasan baginya untuk membiarkan Alexander hidup dengan damai.
Lauryn mengirimkan berkas itu ke seorang jaksa yang dikenal gila dalam pekerjaannya. Jaksa itu tidak peduli siapa yang akan ia tangkap, yang ia tahu ia harus memenjarakan mereka yang bersalah.
Tidak hanya pada jaksa itu, Lauryn juga mengirim buktinya ke seorang wartawan yang memiliki hubungan erat dengan mendiang wartawan lain yang mengumpulkan bukti untuk memenjarakan seorang putra presiden yang melakukan berbagai kejahatan di antaranya pembunuhan, penganiayaan dan pemerkosaan.
Lauryn mengambil berkas-berkas itu dari si mendiang wartawan, bukan hanya itu ia juga yang telah melenyapkan wartawan itu atas perintah dari ayahnya.
Lauryn tahu ia benar-benar kejam dalam hal ini, dan ia tidak akan mencari pembenaran. Ia memang egois, demi mempertahankan nyawa ibunya ia mengakhiri hidup orang lain. Lauryn pasti akan menebus kesalahannya nanti di akhirat.
Ponsel Lauryn berdering. Ia nyaris lupa bahwa ia memiliki ponsel itu di saku jaketnya. Satu-satunya yang mengetahui ponsel itu hanyalah Reiner, jadi sudah pasti yang menghubunginya adalah Reiner.
"Aku pikir aku terlalu murah hati padamu, Lauryn." Suara Reiner dingin dan menusuk.
"Apa maksud ucapanmu?" Lauryn bertanya acuh tak acuh.
"Dalam waktu lima menit kau harus sudah kembali ke rumah ini! Jika kau tidak datang tepat waktu jangan berharap kau bisa keluar lagi dari rumah ini, Lauryn."
Panggilan itu terputus. Lauryn mendengus, apa yang salah dengan tempramental Reiner? Pria itu benar-benar suka memerintah.
Lima menit, ia harus kembali ke kediaman Reiner dalam waktu lima menit. Itu artinya ia harus berkendara dengan kecepatan tinggi.
Tidak membuang waktu lagi, Lauryn segera mengendarai Audi R8 nya. Ia membelah jalanan dengan kecepatan tinggi.
Berkendara seperti ini bukan hal sulit bagi Lauryn, ia telah melakukan banyak kejar-kejaran sebelumnya. Dan ia telah menguasai jalanan dengan baik.
Hanya tinggal lima detik lagi, mobil Audi R8 Lauryn sampai di parkiran mansion Reiner.
Ia keluar dari mobilnya lalu melangkah masuk ke bangunan utama kediaman itu.
"Nona, Tuan Muda menunggu Anda di meja makan." Grace memberitahu Lauryn.
"Baik."
Lauryn melangkah kembali, ia pergi ke ruang makan. Di sana sudah ada Reiner yang duduk di tempatnya. Makan malam telah tertata rapi di meja.
"Rumah ini bukan hotel, Lauryn. Kau tidak bisa pergi dan pulang sesuka hatimu." Suara dingin Reiner terdengar mengerikan di ruangan itu.
Namun, Lauryn tetap bersikap tenang. Ia telah bertemu dengan banyak orang berbahaya, jadi ia tidak mudah diintimidasi oleh orang lain.
Lauryn duduk di tempatnya yang berhadapan dengan Reiner. Tatapan tajam Reiner menyapunya.
"Aku biarkan kau kali ini, tapi jika hal ini terulang lagi maka aku pastikan balas dendammu akan usai." Reiner tidak mengancam, ia memberi Lauryn kebebasan, tapi bukan berarti Lauryn bisa bersikap semaunya.
"Aku mengerti." Lauryn menjawab singkat. Ia tidak perlu berdebat dengan Reiner, bagaimana pun ia masih ingin hidup. Jadi, ia tidak perlu membuat Reiner marah.
"Kau harus berada di kediaman ini sebelum aku pulang bekerja, jika aku tidak menemukanmu maka artinya kau harus mengatakan selamat tinggal pada kebebasanmu."
Lauryn mengulangi jawabannya yang sebelumnya.
Reiner bangkit dari tempat duduknya tanpa menyentuh makan malamnya. Ia sudah kehilangan nafsu makan sekarang.
"Aku akan mengadakan panggilan video dalam waktu satu jam. Sekarang kau habiskan makan malammu dan kembali ke kamar." Reiner lalu meninggalkan Lauryn.
Lauryn menatap punggung Reiner datar, tapi ia tidak mengatakan apapun menanggapi perintah Reiner.
tbc