Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

Mungkin karena minum alkohol dengan perut kosong, aku tidak tahan dan memuntahkan darah ke layar dalam sekejap.

Nilai transaksi di ruang live streaming langsung meroket hingga dua miliar.

"Apakah kamu mempertaruhkan nyawamu hanya untuk menjual minuman keras? Aku beli. Host, jangan minum lagi."

Lihatlah, masih ada orang baik di dunia ini.

Aku sangat senang bisa menjual begitu banyak pesanan. Dengan menghasilkan uang yang cukup, aku baru bisa mengadakan pemakaman impianku.

Aku baru saja mau berterima kasih kepada semuanya, tapi aku tiba-tiba ditampar hingga tersungkur ke lantai.

Telingaku berdengung dan pandanganku kabur. Aku pikir aku akan mati di tempat.

"Dia cuma pura-pura muntah darah untuk menarik perhatian agar dagangannya laku," suara Dimas terdengar.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat dua wajah yang ku kenal, yang satu adalah Dimas Hartanto yang menatapku dengan sangat merendahkan dan yang lainnya yang memandangku dengan sinis dan marah adalah adikku yang menamparku tadi.

"Benar. Semuanya, jangan dibeli. Cepat ajukan refund. Dia adalah penipu. Ruang live streaming Luna Nana lebih murah dan tidak curang."

Aku tertawa putus asa. Di sini aku muntah darah, tapi mereka bergegas datang malah untuk mempromosikan siaran Live milik Luna.

"Aku bukan penipu!"

Aku menahan rasa sakit yang parah di area hatiku dan berkata.

Namun, tren di ruang live streaming telah berubah. Satu per satu permintaan refund bermunculan. Semua ucapan yang mengkhawatirkanku sebelumnya, telah berubah menjadi makian.

Ruang live streaming juga telah diblokir karena banyaknya pembelian dan refund dalam waktu singkat.

Pemakaman impianku telah melayang.

Luna, kamu berhasil. Ternyata, aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.

"Cepat bersihkan darah yang kamu pura-pura muntahkan. Rumah ini jadi bau gara-gara kamu. Menjijikan sekali." Adikku melihatku dengan penuh kebencian.

Dimas juga tidak peduli dengan hidup atau matiku, karena di mata mereka, ini semua hanyalah akting.

"Julia, ayah Luna sedang sakit. Dia lebih membutuhkan uang daripada kamu. Tapi, kamu bersikeras berebut dengannya, jadi jangan salahkan kami karena bertindak kejam hari ini."

Tidak ada sedikit pun perasaan dalam kata-kata Dimas, malah penuh dengan rasa keadilan.

Aku melihat pria yang telah berpacaran denganku selama lima tahun, pria yang hampir menjadi suamiku.

Mendengarnya yang berpihak pada sahabatku dan menganggapku musuh.

Setelah mereka membanting pintu dan pergi, aku kembali muntah darah.

Pandanganku hanya dipenuhi dengan warna merah.

Aku teringat ketika aku didiagnosis menderita kanker hati dua bulan lalu. Dokter mengernyit dan bertanya, "Apakah kamu tidak punya anggota keluarga?"

Aku menggigit permen di mulutku dan menggelengkan kepalaku dengan lembut.

"Mereka semua sudah mati."

Dokter mengira aku bercanda. Tapi, anggota keluarga masih hidup atau sudah mati, aku tahu bahwa itu tidak ada bedanya.

Sahabatku tidur dengan adikku dan pacarku dalam satu hari;

Lalu dia memberi tahu ibuku bahwa aku putrinya hanyalah wanita picik yang menjual barang palsu demi menghasilkan uang dan bahkan ingin membunuhnya.

Dan ironisnya, mereka semua percaya padanya.

Dokter masih berkata dengan serius, "Penyakitmu sangat serius. Anggota keluargamu perlu diberi tahu. Jika ada kesempatan untuk operasi, pihak rumah sakit juga perlu tanda tangan mereka."

"Walaupun kanker hati, jika kecocokan transplantasi berhasil, masih bisa memperpanjang hidupmu."

"Ding!"

Aku melirik ponsel dan melihat pesan dari ibuku.

Permen yang aku gigit hingga hancur, membuat luka di mulutku. Lukanya kecil tapi sangat nyeri.

"Hari ini adalah hari peringatan kematian kakakmu. Sebaiknya kamu mati di luar dan jangan kembali!"

Baiklah, ibuku sayang, keinginanmu akan terwujud.

Lagi pula, di mata semua orang, aku adalah wanita kejam yang pantas mendapatkan semua ini.

Bahkan jika mereka tahu tentang penyakitku, mereka hanya akan menatapku dengan lebih jijik, dengan berkata betapa menjijikkannya aku dan betapa hebatnya Luna.

Mungkin jika aku mati, mereka baru akan percaya kebenarannya.

Di hari ulang tahunku, Luna muncul di kamarku. Dia memegang hasil diagnosisku yang aku sembunyikan.

"Kamu mengidap kanker? Hahahaha, kamu pantas mendapatkannya. Apakah kamu ingin menggunakan kanker untuk mendapatkan simpati dari keluargamu? Aku akan memberitahumu apa artinya kehilangan semua yang kamu inginkan!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel