Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Aku tinggal di apartemen yang berada di pinggiran Kota Lukano, sesampainya di gedung apartemen, langit sudah gelap.

Roy menyeretku turun dari mobil dengan kesal, sambil menghina apartemen yang usang ini, dia membawaku menaiki apartemen.

Kukira tidak akan ada kejadian yang lebih buruk lagi, tapi siapa sangka, aku melihat dua orang yang tidak asing sedang berdiri di depan pintu apartemenku.

Nafis menyadari kedatanganku terlebih dahulu, sambil tersenyum dia berkata, "Hai~kebetulan sekali."

Aku merasa canggung.

Kamu sudah menungguku di pintu apartemenku, kebetulan apanya?

Mendengar itu, Melviano juga langsung membalikkan tubuhnya, memasang senyuman yang lebar.

"Aku sudah menunggu kalian sangat lama."

"Guru Melviano, kenapa kamu bisa datang secepat ini...?"

Aku kebingungan.

Bukankah tadi dia masih berada di gereja?

"Gereja memiliki pesawat pribadi, aku sedikit terburu-buru." Jawabnya sambil tersenyum, lalu dia berjalan mendekatiku.

"Awas!"

Roy berdiri di depanku, kedua matanya seperti menyemburkan api amarah.

"Keluargaku berinvestasi di kejaksaan dan gereja, kalian ini siapa? Berani-beraninya menyentuh wanita milikku!"

"Tuan muda, itu semua tidak ada hubungannya dengan hal ini, perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan...."

"Diam, dari dulu aku sudah mau memakimu, sebagai seorang jaksa, kamu tidak bermoral dan mau merebut alpha dari omega, dasar tidak berguna, kejaksaan lebih baik merawat seekor anjing daripada merawatmu!"

"Tuan Muda Roy, hari ini kami datang ke sini bukan untuk mencari...."

"Memangnya kamu berhak untuk berbicara di sini? Melviano, kakekku sudah membantumu selama ini, dari kamu yang dulunya seorang pengemis menjadi seperti sekarang ini, tapi kamu malah menghalangi jalanku dengan penampilan centil ini?!"

Serangan yang sangat kuat.

Aku menarik lengan baju Roy.

"Roy, tenangkan dirimu sedikit, kita bisa duduk dan membicarakan ini dengan baik...."

"Kamu tidak boleh membela mereka!"

Tiba-tiba kedua mata Roy berkaca-kaca, terlihat sangat tidak berdaya, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya masih kasar.

"Ini semua karena kamu yang tidak berguna, kamu menyukaiku tapi tidak berani mengatakannya secara langsung, kalau tidak, apakah aku perlu berusaha sekeras ini hanya untuk menikahimu?!"

Aku tidak mengerti apa maksud 'berusaha sekeras ini' yang dikatakannya barusan, tapi tiba-tiba aku mencium aroma bunga mawar di udara——

Feromon Roy kehilangan kendali.

Ini bukan pertanda yang bagus.

Aku langsung menutup hidungnya, tapi tetap tidak sempat.

Melviano langsung merangkul tubuhku yang lemas, kening Nafis juga mengerut, terlihat sangat menderita, "Tuan muda, tenang sedikit, kalau tidak, siklus estrus Calista bisa terpicu olehmu."

Tapi Roy sama sekali tidak bisa meladeniku, tubuhnya sudah meringkuk, seperti sedang tenggelam di dalam dunianya sendiri, "Aku sudah menunggu ini terlalu lama...kamu tidak bisa...tidak bisa memperlakukanku seperti ini...."

Nafis teringat akan sesuatu, dia mengeluarkan plester inhibitor dari kantongnya, menempelkannya di belakang leher Roy, agar feromonnya tidak meluap lagi.

Sebagai alpha yang hebat, dia bisa pulih dengan cepat.

Tapi aku tidak bisa, efek inhibitor yang baru disuntik tadi siang sudah menghilang sepenuhnya, kepalaku terasa sangat berat, seluruh tubuhku memanas seperti dibakar.

"Kalau tidak ada yang bersedia mengalah, lebih baik kita beradu saja."

Nafis memasukkan kedua tangannya ke dalam kantongnya, berjalan ke depanku, mengangkat wajahku.

"Beradu apa?" Ucapku dengan susah payah.

Melviano yang merangkulku dari belakang berbisik di telingaku, "Siapa yang paling bisa memuaskanmu, kamu harus memilihnya."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel