Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 6. Tanpa Sepatu

"Maaf Pak kalau kami lancang,,! Sebaiknya Ibu Agnes mengikuti prosedur pengiriman tenaga kerja...!" Tangan kanan Gatot mengudara menghentikan ucapan Dinda.

" Kamu jangan menggurui saya, apa kamu pikir yang sesuai prosedur menjamin tenaga kerja aman .? Mereka menunggu lama di penampungan sudah seperti ikan asin. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan uang untuk biaya proses. Mereka ini tidak dipungut biaya, dan proses penerbangan cepat. Dan mereka mendapatkan gaji gaji utuh setelah tiga bulan. Wajar potongan tiga bulan gaji sebagai pengganti biaya proses merek. Apa yang salah ..?" Ucap Gatot.

Baru Dinda akan menjawab lagi,Gatot sudah kembali memotong,

" Tiga kalian itu adalah membantu semua proses mereka disini, dan kalau ada kesalahan sangat mudah menyelesaikan nya,karena Agnes tinggal disini. Sementara yang sesuai prosedur kalau ada kasus bagaimana coba penyelesaian nya..? Berbelit bukan..? Belum tentu yang mengirim itu PJTKI nya langsung, banyak yang numpang proses kan..? Jangan terlalu idealis lah,saya juga bukan setan yang akan mencelakakan saudara sebangsa. Justru saya memudahkan mereka." Ujar Gatot lalu berdiri.

" Tapi pak mereka tidak bisa tinggal dirumah singgah ..!" Ujar Dewi.

" Besok merek akan pindah ke rumah yang disewa oleh Agnes. Tugas kalian ada memantaunya, kalau Agnes atau Wafa melakukan kesalahan saya sendiri yang akan memenggal mereka...! Paham..?"

" Siap...! Paham Pak...!" Jawab mereka serempak.

" Dinda tunggu sebentar..! Yang lainya boleh keluar...!" Ujar Gatot menyuruh Dinda tetap ditempat nya.

Setelah semuanya keluar tinggal mereka berdua didalam ruangan kerja Gatot Erlangga.

" Maafkan Mas Din...!" Ucap Gatot.

" Maaf Pak...! Kalau tidak ada lagi yang akan dibicarakan saya izin keluar. Oh iya, saya akan cuti dua Minggu...!" Ujar Dinda.

" Dua Minggu..?"

" Iya Pak, saya akan menikah...!saya mengambil jatah cuti yang tidak pernah saya ambil ..!" Jawab Dinda lalu berdiri.

" Izinkan aku mengenal putraku...!" Ucap Gatot lirih.

" Saya permisi...!" Tanpa mengindahkan ucapan Gatot Dinda berjalan ke arah pintu.

“Dinda” panggilnya lirih, saat Dinda beberapa langkah maju menuju ke arah pintu,

“aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ungkap Gatot menatap nanar punggung tubuh wanita yang kini kembali menghuni hatinya.

Ungkapan cinta tak sedikit pun membuat Dinda luluh, atau membalas dengan ungkapan rindu dan cinta kembali untuk pria yang masih menatap punggung tubuhnya lekat.

“Simpan cinta dan rindu untuk wanita yang sudah kamu nikahi..! Pastinya bukan aku!” sergah Dinda dengan tawa sumbang, menyesali pertemuan ini, tetapi ada rasa puas ketika melihat wajah sendu pria yang sudah begitu melukai hati nya dulu.

Setelah menyahuti ucapan Gatot, Dinda kembali mengayunkan langkah menuju pintu keluar ruangan dan membiarkan Gatot diam membeku dengan lidah kelu untuk bisa menahan Dinda lebih lama lagi bersamanya diruangan itu.

“Dengan cara apa aku bisa membuatmu kembali?” gumam Gatot setelah pintu ruangan tertutup dan meninggalkan dirinya sendiri.

****

“Bagaimana pertemuan tadi malam dengan Al Wafa ?” tanya Benny Surya Adjie, Kakak kandung Dinda sudah duduk manis di depan laptop dengan jari menari di atas setiap susunan angka dan huruf.

“Mafia penjualan orang lagi mas, dan si Gatot otaknya! Kita sudah seperti kacung mereka,jemput ke bandara mengantar ke Damaskus pakai surat jalan diplomatik..! Mas aku setelah cuti akan resign. Aku akan fokus disini..!” sahut Dinda sambil duduk didepan kakak kandungnya itu.

Benny duduk bersandar di kursinya di depan adiknya itu, melipat kedua tangannya di dada, memandangi wajah adiknya.

" Dan kami juga sudah memeriksa CCTV, bahkan sepatu Siska masih ada dikolong meja Gatot." Dinda lalu mengeluarkan handphonenya menunjukkan rekaman CCTV dan foto sepatu Siska di kolong meja Gatot.

" Tapi belum bisa membuktikan kalau pelakunya adalah Gatot, dan sangat sulit mendapatkan pengakuan dari Siska saat ini..." Ujar Dinda.

" Mungkin sebaiknya kita menunggu sampai Siska menceritakan nya sendiri." Ujar Benny.

Karen memang sulit kalau Siska tidak mau menceritakan apapun yang menimpa nya sampai ia memutuskan mengakhiri hidupnya.

" Apa Mas masih mau melamar Siska setelah kejadian ini...?" Tanya Dinda.

Dengan yakin kakaknya itu mengangguk.

" Mungkin di tunda sampai Siska bisa mengatasi trauma nya, aku lihat dia masih ketakutan. Dan aku yakin dia akan sangat takut memulai satu hubungan dengan kondisinya sekarang." Jawab Benny.

“Gatot sudah mulai dengan langkah yang salah di sini, Mas harap kamu bisa profesional menghadapinya." ucap Benny kemudian.

" Beberapa kali Gatot berusaha merayuku,bahkan berusaha menyentuhku. Kalau aku tidak profesional,sudah aku teriaki dia. Sudah aku pukul tak peduli itu dimana." Jawab Dinda.

“Wuah... Mau jadi preman kantor,” kata Benny yang sekarang duduk disamping Dinda di sofa dan mengacak rambut adiknya itu hingga Dinda itu mencebik kesal.

“Aku bukan anak kecil, Massss.. aku sudah mau menikah besok,” elak Dinda mengingat kebiasaan kakaknya yang selalu mengacak rambutnya itu.

Benny hanya terkekeh lalu Membiarkan Dinda melanjutkan pekerjaan didepan Laptopnya.

*****

Saat ini Dinda tengah berjalan ke arah ruangan Gatot Erlangga.

Sampai saat langkahnya berhenti di depan sebuah lorong, tepatnya di depan pintu bercat Coklat.

Dinda mengetuk seolah ingin meminta ijin pada orang didalam untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Masuk." Suara dari dalam membalas, Siska cepat-masuk ke dalamnya untuk menemui Gatot Erlangga, Dinda tidak bis menahan dirinya untuk menegur laki-laki itu atas apa yang terjadi dengan Siska sahabatnya yang juga anak buahnya

"Hallo Dinda..morning...? Kamu sudah sarapan..? Aku tadi ga sempat sarapan, baru sekarang nih. Enak lho lontong sayur dengan gulai kambing..?" Sapa Gatot yang rupanya sedang sarapan dan duduk di sofa dengan makanan dihadapannya.

" Oh maaf,biar nanti saya kembali lagi..!" Jawab Dinda yang merasa timing kedatangannya tidak pas,karena Gatot sedang makan diruangan nya.

" No... Masuklah..! Sudah selesai...! Bereskan Zul...!" Ujar Gatot lalu meneguk air dalam gelas. Dan memberikannya pada Zulfikar yang segera membereskan piring dan gelas bekas makan atasan nya itu.

Dinda pun lalu duduk dihadapan Gatot.

Kali ini Dinda melihat sepatu Siska sudah ada di samping rak.

" Maaf Pak saya izin bertanya sesuatu pada Bapak...!" Ujar Dinda masih berusaha santun padahal ia sudah sangat geram dengan pria dihadapannya.

" Ok Silahkan...! Kamu itu sama aku ga usah formal Din, aku masih seperti dulu. Kalau kamu tidak bisa menerimaku kembali setidaknya anggaplah aku ini teman lama." Ujar Gatot sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

" Saya mau menanyakan kejadian kemarin malam tepatnya dua hari lalu. Apa Siska menemui bapak? Atau mungkin bapak memanggilnya...?" Tanya Dinda.

Gatot mengernyit heran dengan pertanyaan Dinda.

" Siska... Siska.. staff kamu itu..? Sepertinya tidak ya..? Du malam lalu setelah bertemu kmu di kongres, saya langsung pulang setelah bertemu beberapa anggota dewan disana." Ujar Gatot berbohong,ia tidak mengatakan kalau malam itu dia minum setelah hatinya merasa sangat bersalah pada Dinda.

" Mohon maaf Pak,izin memperlihatkan cuplikan rekaman CCTV...!" Ujar Dinda lalu menyalakan Tab nya dan memutar layar dimana Gatot bisa melihat layar tab dengan jelas

" Di rekaman CCTV ini,malam itu Siska datang kembali ke kantor, dan ini Siska keluar dari ruangannya. Ini bapak...?" Gatot terkesiap melihat nya, pikirannya kembali ke malam itu dan pagi harinya saat ia menyadari telah bergumul dengan seorang wanita. Apa itu Siska...?

" Dan disini terlihat bapak menariknya, dua puluh menit kemudian Siska keluar tanpa sepatu. Dan itu sepatu Siska bukan ..? Bapak bisa jelaskan apa yang terjadi..? Karena malam itu Siska mencoba bunuh diri...!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel