Bab 17 Setelah Bercerai Masih Tetap Sangat Perhatian Terhadap Mantan Istri
Apakah Havel membantunya?
Raymond mengerutkan alisnya, dengan suara dingin berkata, "Teruskan pencariannya, kamu utus beberapa orang untuk memeriksa Havel juga, setelah menemukan informasi segera lapor padaku."
"Baik."
Richie menganggukkan kepala, tetapi wajahnya mengeluarkan ekspresi tidak setuju.
Melihat Richie masih berdiri di sampingnya, Raymond dengan heran bertanya, "Masih tidak pulang? Apa yang ingin kamu katakan?"
Setelah Richie ragu sesaat, akhirnya dia juga tidak bisa menahan diri lagi walaupun dia tahu ucapannya akan membuat BOSS dia marah.
"Saya semakin lama semakin tidak mengerti sikap dan perbuatan Presdir, jelas-jelas Presdir sudah bercerai, tetapi Presdir masih begitu perhatian terhadap mantan istri Anda dan malah bersikap dingin dan cuek kepada nona Caroline, sebenarnya apa yang sedang Anda pikirkan?"
Mata hitam Raymond membeku, kemudian dia mengambil asbak kaca yang terletak di atas meja dan melemparkannya ke arah kaki Richie.
"Keluar."
Richie yang sadar diri pun berjalan keluar.
Raymond merokok 2 batang rokok lagi, di bawah asap rokok, ekspresi wajahnya ada sedikit bingung.
Perutnya sedikit lapar, dia berdiri dan membuka pintu kulkas.
Di dalam kulkas ada buah-buahan dan sayur-sayuran, semua makanan yang berada di dalam kulkas merupakan makanan yang disukainya.
Dia berdiri bengong di depan kulkas.
Tiba-tiba dia pun mulai memikirkan 3 tahun ini, setiap kali dia kembali ke vila, hal pertama yang dilihatnya adalah pandangan Theresa yang selalu menantikannya.
Dia akan menyambutnya dnegan tersenyum, kemudian memberikannya sandal rumah dan berkata, "Kamu sudah pulang ya, hari ini kamu pasti sudah lelah dan lapar 'kan? Aku sudah selesai memasak."
Tetapi dia tidak pernah mengamatinya dengan jelas, dia selalu bersikap tidak peduli dan menyindirnya dengan beberapa kata sewaktu melihat masakan yang tersedia di meja makan, kemudian dia akan langsung masuk ke kamar.
Jelas-jelas hal ini adalah hal yang tidak disambut baik olehnya, tetapi wanita bodoh itu tetap bersedia melakukannya setiap hari tanpa keluh kesah.
Berpikir sampai disini, dia pun tertawa tanpa suara.
Malam ini tidak tahu mengapa, tiba-tiba dia ingin mencoba rasa masakan itu.
Kemudian telinganya pun dalam sesaat terngiang ucapan terakhir Theresa pada malam ini sebelum dia berjalan pergi.
"Menikah selama 3 tahun, aku tidak pernah bersalah padamu..."
Kalau dia memang tidak pernah bersalah, maka ada apa dengan Havel?
Menyadari bahwa dirinya terus-menerus memikirkan masalah Theresa, hati Raymond pun sangat aneh, dia dengan cepat menutup kulkas dan berjalan naik ke lantai atas ke dalam kamarnya untuk mandi dan tidur.
Pagi keesokan harinya.
Di lobi Grup Angle sudah penuh dengan karyawan.
Para karyawan berdiri berbaris, dengan saling memandang menunggu kedatangan Presdir mereka.
Setelah menunggu 30 menit, Havel berjalan masuk ke dalam lobi dengan membawa Theresa.
Hari ini Theresa sengaja memilih jas dan rok ketat berwarna putih, rambutnya diikat ekor kuda yang tinggi, dia terlihat sangat berkemampuan, elegan, profesional dan mempesona.
Setelah para karyawan melihat kemunculan Theresa, mereka pun mulai berkicau tidak jelas.
Karena sewaktu kedua orang ini berjalan masuk ke perusahaan, pemandangan ini sangat sempurna.
Havel berjalan sampai ke tengah lobi, dengan serius mengumumkan, "Yang satu ini adalah nona Theresa, dia adalah Direktur Manajemen Artis baru di perusahaan kita, untuk selanjutnya kalian akan bekerja bersama-sama."
Kemudian semua orang pun menepuk tangan menyambutnya.
Theresa menganggukkan kepala dan tersenyum tipis sebagai jawaban dari sambutan semua orang.
Kemudian, Havel mengumumkan target perusahaan secara garis besar kepada semua orang, lalu dia menyuruh semua orang untuk kembali ke posisi masing-masing, dia pun menyuruh seluruh anggota tim manajer untuk tetap tinggal di lobi.
"Vivien, ini adalah pertama kali Theresa bekerja di bidang ini, dia masih tidak begitu paham dengan pekerjaan kita, kamu harus banyak membantunya."
Vivien Angkasa yang dipanggil oleh Havel adalah ketua utama di tim manajer, rambutnya yang panjang dan berombak berwarna kuning kecoklatan, walaupun dandannya sedikit menor, tetapi dia adalah wanita cantik yang memiliki tubuh proposional.
Dia terus menganggukkan kepalanya, dia tersenyum dengan sangat ramah, "Tenang saja Presdir Havel, aku pasti akan membantu nona Theresa dengan sebaik mungkin."
Setelah Havel berjalan pergi, dia menyimpan kembali senyuman di wajahnya dan melotot ke arah Theresa, "Nona Theresa, ikuti aku."
Sewaktu dia melihat Theresa, Theresa juga kebetulan sedang melihatinya, Theresa yang sensitif pun menyadari bahwa pandangan wanita ini terhadapnya juga penuh kebencian.
Kelihatannya Vivien tidak begitu senang menyambut kedatangannya!
"Ketua Vivien, untuk selanjutnya tolong panggil aku Direktur."
Tenggorokan Vivien tersedak, kemudian sikapnya juga segera berubah menjadi penuh hormat.
Pagi ini, Theresa terus berada di ruangan kantornya untuk mengenal jelas informasi perusahaan, Vivien terus mengantar banyak dokumen ke dalam kantornya.
Sekarang meja di ruangan kantor Theresa sudah berubah menjadi sebuah gunung kecil.
Theresa melirik ke arah dokumen yang diberikan Vivien, dia dengan alis berkerut bertanya, "Bukankah departemen kita hanya bertugas untuk mengurus para manajer dan para artis saja, mengapa ada begitu banyak dokumen yang harus dipelajari?"
Vivien tertawa sekali.
"Semua dokumen ini hanya merupakan dokumen basis, tunggu setelah kamu selesai melihatnya, aku akan mengantarnya lagi."
Dia berhenti sejenak, kemudian dengan pandangan menyindir melihat Theresa, "Nona Theresa sepertinya sangat tidak familiar dengan posisi sendiri?"
Theresa tanpa ragu menganggukkan kepalanya, "Benar, ini adalah pertama kalinya aku menjabat di posisi ini."
Mata Vivien penuh dengan pandangan terkejut.
Awalnya setelah Direktur sebelumnya dipindah, posisi ini kosong, dia adalah orang yang paling mungkin menduduki posisi ini, tetapi tiba-tiba perusahaan mengirim seorang Direktur baru yang hanya bagus dipandang tetapi tidak berkemampuan, orang ini tidak hanya merebut posisinya tetapi juga membuat semua karyawan lain menertawakan dirinya.
Bagaimana mungkin dia bisa menelan amarah ini!
Sewaktu dia melihat ke arah wajah Theresa yang sempurna, pandangannya juga penuh dengan cemburu dan tidak rela.
"Orang tidak berpengalaman dan tidak berpendidikan sepertimu, bagaimana bisa masuk ke dalam Grup Angle? Kamu pasti sudah ditiduri seseorang jadi baru bisa masuk ke dalam perusahaan ini 'kan?"
