Bab 10 Kebenaran Tuan Sheldon
Bab 10 Kebenaran Tuan Sheldon
Suasana di Pabukon semakin menyesakkan dadanya. Ia tak bisa bernapas dengan benar. Aliran darahnya seakan membeku ketika tahu bahwa dirinya yang sekecil ini harus mengemban beban berat. Sebuah takdir yang tak seharusnya digenggam bocah sepertinya. Ya, dia masih berpikir bahwa dirinya anak kecil. Meski kebenaran usianya telah terungkap, Sekala masih berkeyakinan bahwa dia bukanlah apa-apa dibandingkan dengan Nyonya Feiya dan Aurora.
Aurora merasakan rasa sakit yang sama. Ia mengerti betapa beratnya takdir yang digenggam Sekala. Hatinya ikut teriris manakala laki-laki sebaik Sekala, harus dihadapkan pada dua pilihan yang sangat berat: menghancurkan Bumi atau Lemura. Dan, Aurora tahu bahwa Sekala tidak mungkin melakukannya begitu saja.
Perempuan dewasa nun cantik itu terlihat sedikit menyesal telah mengatakan yang semuanya. Dia merasa kasihan dengan takdir yang menunggu Sekala. Tak disangka bahwa Sekala harus kehilangan banyak ingatannya, dan datang untuk menjemput masa depan yang suram di rumahnya sendiri, Lemura. Akan tetapi, bagaimanapun Nyonya Feiya tetap harus mengatakan kebenarannya.
“Aku tahu ini berat. Tapi, apa pun alasannya, aku tetap harus memberitahukan semuanya padamu. Maaf ….” Nyonya Feiya menunduk penuh penyesalan.
Sekala masih enggan untuk buka suara. Ia tak yakin dengan pilihannya. Begitu pula dengan pilihan ketiga yang akan dikatakan Nyonya Feiya.
“Rasanya, berapa pun pilihan yang akan dia sampaikan … semuanya akan sama saja. tidak akan ada yang bisa kupilih!” gumam Sekala sembari memegangi kepalanya.
“Dengar, Sekala … kau masih punya pilihan ketiga. Meski sebenarnya, pilihan ketiga ini akan sulit sekali. Namun, kabar baiknya adalah kau tidak akan merugikan siapa pun dengan melaksanakannya-”
“Katakan, Nyonya Feiya. Apa yang harus kulakukan di sana,” sambar Sekala.
“Dunia ini tidak sempurna. Di berbagai belahan Lemura, ada banyak ketidakwajaran yang terjadi. Kau harus membenahinya. Meskipun tidak akan menjadi dunia yang sesempurna Bumi, kuharap dengan diatasinya semua itu, akan menambah umur Lemura menjadi lebih panjang. Karena … kita hanya punya waktu tiga tahun. Kau dan sepatumu, aku yakin bisa mengatasinya.”
Aurora memandangi Sekala penuh harap. Dengan melakukan pilihan ketiga itu, Sekala tidak akan merugikan siapa pun. Malah, dia sudah seperti menjadi pahlawan saja dengan berjasa bagi kehidupam seluruh dunia.
“Baiklah. Saya terima.” Jawaban itu membuat Nyonya Feiya dan Aurora lega. Mereka tersenyum tulus.
“Untuk menjalankan misi itu, kau akan ditemani Aurora. Meskipun dia tidak memiliki kemampuan untuk berlari secepat sepatumu, dia bisa membantumu untuk menjelajahi Lemura,” ucap Nyonya Feiya.
“Lalu, bagaimana aku membawanya? Digendong?” tanya Sekala sebelum akhirnya Aurora menggampar pipinya. “Aw! Sakit tahu!”
Nyonya Feiya tertawa kecil melihat kepolosan Sekala dan Aurora. “Kau cukup memegang tangan Aurora, dan kalian akan sampai di tempat tujuan. Sepatumu bisa digunakan untuk berteleportasi. Aurora yang akan menunjukkan bukunya padamu.”
“Buku? Semacam buku panduan cara menggunakan sepatuku?” tanya Sekala sambil mengusap pipinya yang memerah.
“Ya. Pabukon menyimpannya dengan rapi. Kau tidak usah khawatir.”
Di tengah obrolan itu, dua orang anak kecil berlari ke arah Sekala sambil melambaikan tangannya. Wajahnya terlihat riang.
“Kakak!”
“Ka- kalian?”
***
“Di mana Bumi dan Bulan? Kenapa mereka menghilang?” tanya Janus sambil menggelengkan kepalanya. Seakan semua permasalahan tak pernah berhenti menjumpainya. Kesal sekali.
Orion tak bisa menjawabnya. Ia terlalu takut dengan kemarahan suaminya. Janus yang sering menyalahkannya, membuat Orion semakin tak percaya diri. Ia terkadang merasa hanya menjadi beban bagi suaminya. Tak ada yang bisa ia lakukan.
“Sudahlah. Aku tidak peduli. Kita harus segera menemui para tetua. Jangan sampai mereka menunggu kita terlalu lama hanya karena mencari dua bocah nakal itu.” Janus mengembuskan napasnya untuk membuang rasa gugupnya.
“Baiklah,” jawab Orion tampak tak bersemangat sama sekali.
Sebuah pintu di batang pohon setinggi gunung itu mulai terbuka. Aroma dedaunan yang bercampur dengan bunga-bunga terhirup mengingatkan Orion akan taman yang ia tinggalkan di Bumi. Entah ada berapa juta jenis aroma yang ia cium. Yang jelas, ada banyak sekali.
Dua orang penjaga bertubuh tinggi besar dengan kepala menyerupai lebah menyambut kedatangan keduanya. Wajahnya yang sangat menyeramkan, hampir membuat Orion ketakutan. Beda halnya dengan Janus, yang malah membuat para penjaga itu ketakutan dengan tampang seramnya. Ya, nama Janus memang telah banyak diketahui orang-orang.
“Janus?” tanya salah satu penjaga.
“Ya, aku.”
“Silakan, tetua sudah menunggu anda.”
Janus membawa Orion tanpa banyak basa-basi lagi. Mereka masuk dengan kawalan yang ketat. Kedua penjaga tadi mengikuti langkah Janus dan Orion dari samping. Mereka tahu sebagai apa Janus di tempat ini. Namun, keamanan bagi para tetua tetaplah menjadi prioritas para penjaga.
Sesampainya di depan singgasana tetua, mereka berhenti. Keempat-empatnya bersimpuh memberi hormat.
“Kenapa hanya satu orang tetua saja yang hadir?” gumam Janus dalam hatinya penuh kekecewaan.
“Tuan! Hamba membawa tamu. Mereka adalah Janus dan Orion yag ditugaskan untuk berkelana ke Bumi,” lapor salah satu penjaga dengan suara yang sangat lantang.
“Baik. Kalian bisa pergi. Janus dan Orion tetap di sini.”
Kedua penjaga itu undur diri dengan berjalan mundur. Mereka sangat menjaga tata kramanya di depan seorang tetua. Berjalan membelakangi para petinggi memang tidak diperbolehkan di sini. Jika ada yang melakukan itu, bisa dipastikan bahwa dia belum paham tata krama kerajaan atau memang tidak punya sopan santun.
“Janus. Ada apa?” tanya tetua itu dengan seringai yang tampak tidak terlalu ramah.
“Bukankah anda sudah tahu apa yang terjadi, Tuan Sheldon?” Janus bertanya balik dengan tatapan yang sangat tajam.
“Ya. Aku bukan bertanya tentang kenapa kau ke sini. Kenapa kau gagal menjalankan tugasmu?” Tuan Sheldon memberikan tatapan tajam membalas nada bicara Janus yang membuatnya marah.
“Apakah karena itu tetua yang lain menolak untuk datang menemui kami?” Janus meradang. Dia berusaha sekeras mungkin menahan amarah yang meluap-luap di dadanya.
Tuan Sheldon yang mengenakan pakaian serba panjang berwarna hitam itu menyeringai lagi. Dia menjawab pertanyaan Janus dengan senyum sinisnya. Bak seseorang yang tengah menyepelekan lawan bicaranya.
“Sudah kuduga,” ucap Janus.
“Bukankah selama ini kami sudah menjalankan tugas sesulit itu? Tidak adakah sedikit rasa terima kasih dari kalian untuk mengapresiasi kerja keras kami?” Orion tidak terima dengan perlakuan para tetua yang kecewa hanya dengan satu kesalahannya.
“Sudahlah. Kesalahan itu memang sangat tidak bisa ditoleransi. Kalian berdua juga tahu, bukan? Apa yang akan terjadi terhadap kehidupan Bumi dan Lemura jika Sekala menemukan kekuatan miliknya?”
Janus dan Orion tertunduk. Mereka tahu betul apa yang akan terjadi jika Sekala sampai menemukan kekuatan aslinya. Dan akan menjadi sangat berbahaya lagi kalau sampai dia ingat tentang siapa dirinya.
“Kiamat …,” lirih Janus, matanya terbelalak ketakutan.
“Kau bukan hanya akan kehilangan orang tuamu, anak kembarmu, dan istrimu yang cantik itu. Kau akan kehilangan dunia dan seisinya. Segalanya akan hilang. Termasuk dirimu sendiri.” Tuan Sheldon menghampiri Janus dan Orion.
Janus dan orion kehilangan amarahnya. Mereka merasa sangat bersalah setelah menyadari kecerobohan yang diperbuat keduanya. Sebab menjaga Sekala adalah usaha untuk menjaga kelangsungan hidup Bumi dan Lemura.
Tuan Sheldon menepuk bahu Janus dan Orion. Dia mengalirkan sebuah energi yang memberikan kehangatan pada keduanya. Janus dan Orion pun merasa lebih tenang sekarang. Mereka tak pernah bisa membantah Tuan Sheldon jika sentuhan hangat itu sudah diterimanya.
“Sekarang, apa yang harus kami lakukan, Tuan Sheldon?” tanya Janus seraya menatap mata tetua itu.
“Bersikap lembutlah pada Sekala. Beri tahu dia yang sebenarnya. Jangan sampai dia ingat akan takdirnya. Aku khawatir kalau Feiya sampai berbuat yang tidak-tidak. Kau tahu, dia adalah pembohong besar yang sudah membuat kehancuran dunia ini semakin dekat.”
Orion teringat dengan Nyonya Feiya. Seorang tetua yang diasingkan karena mendesak rencana penghancuran Bumi agar segera dilaksanakan. Dia ingin menjadikan Lemura sebagai tempat satu-satunya bagi para makhluk untuk hidup dan melanjutkan generasinya. Dan, tentu saja rencana bodoh itu banyak mengundang kontroversi pihak manusia Bumi, juga penduduk Lemura.
***