

Bab 3. Raja Terpesona dengan Kecantikannya
"Ya sudah kalau memang benar wangsit maka menikahlah dengan Qi Lin"
Walau sebetulnya sang Raja mengharapkan jawaban yang lain dari permaisurinya tapi baginya mungkin tak apa kalau dia menikahi Qi Lin. Namun ia tahu, kemampuan Qi Lin bisa menghancurkan kerajaan, bagaimana kalau semua itu bisa dikendalikan Qi Lin.
Lalu dipertemukanlah Qi Lin dengan Ang Lin sang permaisuri. Namun seperti biasa Qi Lin harus dimandikan dan didandani sebelum bertemu raja atau permaisuri.
"Hemmzzz. Kamu kesini"
Didalam ruangan ia melepaskan pakaiannya. Aroma bunga lavender dalam bejana. Dan bunga bunga lainnya.
Qi Lin melihat lihat, tanda iapun takjub dengan keadaan ruangan kamar mandi yang mewah itu.
Dayang dayang memberikan kemben untuk dipakai Qi Lin dan memandikannya.
***
Sementara itu di kerajaan sebelah ...
"Kalau kalian punya urusan dengan kami, katakan apa urusan kalian!" kata Ushinosuke marah.
"Kami mau sampai di rumah sebelum gelap."
Seorang dari ketiga ronin menatap Ushinosuke, seolah baru pertama kali itu melihatnya. "Kau dari Araki, kan? Salah satu dari pembuat arang, ya?"
"Betul. Memang kenapa?"
"Kami tidak butuh kau. Sana pulang!"
"Justru itu yang mau kulakukan."
Ditariknya sapi itu kencang-kencang, dan seorang dari mereka melemparkan pandangan dahsyat yang pasti akan membuat kebanyakan anakanak gemetar ketakutan.
"Pergi kalian!" kata Ushinosuke.
"Wanita ini harus ikut kami."
"Ikut ke mana?"
"Tak ada urusan denganmu. Berikan tail itu!"
"Tidak!'
"Oh, dia kira aku main-main."
Kedua orang lainnya membidangkan dada dan menatap tajam, bergerak mendekati Ushinosuke.
Salah seorang mengacungkan tinjunya yang sekeras mata kayu cemara ke depan dagunya.
Otsu mencengkeram punggung sapi. Kerutan alis Ushinosuke jelas menandakan bahwa ada yang akan segera terjadi.
"Oh, tidak, berhenti!" pekik Otsu, dengan maksud menahan anak itu, agar tidak melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.
Namun nada sedih dalam suara Otsu justru memacu Ushinosuke untuk beraksi. Ia menyepak cepat dengan satu kakinya, mengenai orang yang ada di depannya, hingga orang itu mundur terhuyung. Baru saja kakinya menyentuh tanah kembali, ia benturkan kepalanya ke perut orang di sebelah kirinya. Serentak dengan itu, ia mencekal pedang orang itu dan menariknya dari sarungnya. Lalu ia mengayun-ayunkan pedang itu.
Ia bergerak dengan kecepatan kilat, berpusing-pusing, dan seolah melakukan serangan ke segala penjuru, menyambar ketiga lawan itu sekaligus, dengan kekuatan yang sama. Apakah tindakannya yang cemerlang itu berdasarkan naluri semata-mata, ataukah akibat kesembronoan kanak-kanaknya, yang jelas taktik-taktiknya yang tidak biasa telah mengejutkan ketiga ronin itu.
Ayunan balik pedang itu dengan keras menerjang dada salah seorang ronin. Otsu menjerit, tapi suaranya tenggelam dalam jerit orang yang terluka itu. Ia jatuh ke arah sapi, sementara darah menyembur ke muka binatang itu. Dengan ketakutan, sapi pun menguak tak tentu bunyinya. Tepat saat itu pedang Ushinosuke menoreh pantatnya. Sekali lagi sapi itu melenguh, lalu lari.
Kedua ronin lain menyerbu ke arah Ushinosuke, sedangkan Ushinosuke melompat-lompat dengan tangkasnya dari batu ke batu di bantaran sungai. "Aku tidak bersalah! Kalian yang bersalah!" teriaknya.
Ketika kedua ronin merasa bahwa Ushinosuke tak terkejar oleh mereka, mereka mulai mengejar sapi.
Ushinosuke kembali melompat ke jalan, dan mengejar mereka sambil berseru-seru, "Lari? Kalian lari?"
Satu orang berhenti dan setengah menoleh. "Bajingan kecil kau!"
"Tinggalkan dulu dia!" teriak yang lain.
Karena ketakutan, sapi itu meninggalkan jalan lembah dan lari mendaki bukit rendah, menempuh punggung bukit beberapa jauhnya, kemudian menerjang ke balik bukit itu. Dalam waktu sangat singkat ia berhasil menempuh jarak cukup jauh, dan sampai di tempat yang tak jauh letaknya dari perdikan Yagyu.
Walaupun dengan mata tertutup menyerah, Otsu dapat bertahan agar tidak terlempar dan punggung sapi, dengan bergayut pada pelana muatan. la dapat mendengar suara-suara orang yang berpapasan dengannya, tapi ia begitu bingung, hingga tak dapat berteriak minta tolong. Sekiranya ia berteriak pun tidak banyak faedahnya. Di antara orang-orang yang membicarakan kejadian itu, tak ada yang punya keberanian menghentikan binatang yang sudah menggila itu.
Namun ketika mereka hampir sampai di Dataran Hannya, satu orang datang dari jalan kecil ke jalan utama. Jalan utama itu sangat sempit, walaupun namanya jalan raya Kasagi. Orang itu menyandang peti surat, dan kelihatan seperti seorang pembantu.
Orang-orang berteriak-teriak, "Awas! Minggir!" tapi ia berjalan terus, langsung menyongsong sapi itu.
Kemudian terdengar bunyi berderak mengerikan.
"Tertanduk dia!"
"Orang goblok!"
Padahal kenyataannya tidak seperti yang mula-mula diduga para penonton itu. Yang mereka dengar bukan bunyi sapi menanduk orang itu, tapi orang itu menjatuhkan pukulan yang memekakkan telinga ke pelipis binatang itu. Sapi pun mengangkat kepalanya yang berat ke samping, membalik setengah lingkaran, dan balik kanan jalan. Tapi belum lagi sepuluh kaki, mendadak ia berhenti. Air liur menderas keluar dari mulutnya, sementara sekujur tubuhnya menggeletar.
"Turun cepat!" kata orang itu pada Otsu.
Para penonton berkerumun dengan gembira, sambil memperhatikan satu kaki orang itu, yang dengan kokohnya menginjak tali binatang itu.
Begitu selamat turun di tanah, Otsu membungkuk kepada penyelamatnya, walaupun masih terlalu pening untuk mengetahui di mana ia berada dan apa yang hendak dilakukannya.
"Heran, binatang baik begini bisa menjadi gila!" kata orang itu ketika ia menuntun sapi ke pinggir jalan, dan mengikatnya ke sebatang pohon. Tapi, ketika terlihat olehnya darah di kaki binatang itu, katanya, "Oh, apa ini? Lho, luka dia... dan bekas pedang!"
Sementara ia memeriksa luka dan menggerutu, Kimura Sukekuro menerobos kerumunan orang banyak dan menyuruh mereka bubar.
***
Qi Lin selesai mandi dengan bunga lavender. Dan diberikan pakaian. Pakaian yang sama yang selalu diberikan pada calon istri raja.
Dan Watanabe berdiri membelakangi.
Lalu datanglah Ang Lin.
"Sayangku, jodoh wangsitmu telah datang"
Watanabe hanya angkuh dan tetap saja membelakangi.
Seolah olah ia tak membutuhkannya.
"Tinggalkan kami berdua"
Ujar Raja.
Ang Lin pun berlalu.
"Jangan lama lama. Bagaimanapun kalian belum sah menikah"
"Aku harus memastikan calon ku sayang. Kamu tidak perlu cemburu kepadanya. Akupun tidak tertarik. Kalau bukan karena wangsit, aku tidak menikahinya"
Qi Lin kaget mendengar pengakuan sang raja.
"Rupanya laki laki ini pintar bersiasat. Aku dianggap wangsit, haha. Ah biarkan saja yang penting aku bisa menikahinya. Dan derajatku naik"
Ang Lin meninggalkan ruangan.
Lalu Watanabe berputar dan melihat kearah Qi Lin.
Betapa kaget ia melihat perubahan Qi Lin. Kok begitu mempesona. Ini jelas tidak seperti Qi Lin yang ia temui di luar. Gadis Urakan yang suka memetik bunga Bizantium.
"Kamu kah Qi Lin"
"Hemmzzz ya ... mengapa? Ada yang aneh?"
"Euuu enggak juga. Pangling aja"
"Maksud kamu?"
"Kamu tidak seperti gadis kumal yang aku temui kemaren"
Qi Lin tersipu.
"Aku bukan kumal. Hanya saja aku miskin makanya terlihat jelek kemarin. Kamu lihat sendiri khan ... aku sudah cantik sekarang"
"Ya ya ya ... ku akui kamu sekarang cantik"
Rupanya Ang Lin diam diam menguping. Lalu ia melihat dari celah pintu. Dan benar saja Qi Lin yang didandani sudah terlihat cantik banget. Bisa kalah dirinya dengan pesona Qi Lin.
"Hemmzzz ini tidak bisa dibiarkan".
