Bab 13 . Cantik
Sesampainya di rumah Bibi Rosy, waktu menunjukkan pukul 3 sore. Leah masuk ke kamarnya. Dirinya bingung pakaian-pakaian ini hendak ditaruh dimana. Akhirnya, Leah memutuskan tidak membongkar semua. Tunggu sampai dirinya kembali ke rumah sendiri, baru akan menyusun semuanya ke lemari pakaian. Leah hanya mengeluarkan alat rias yang baru dibelinya, sepatu hitam, tas tangan hitam dan 1 set pakaian yang akan dikenakannya besok.
Seperti biasa, Leah mengurus rumah mulai dari mencuci pakaian, menjemur dan menyetrika. Rumah bibi Rosy sangat mudah dibersihkan karena ruangan yang tidak terlalu luas. Setelah selesai, Leah memasak mie instan. Leah sebenarnya ingin menelepon
Bibi Rosy, tetapi takut hanya akan mengganggu. Jadi, lebih baik Leah menunggu Bibi Rosy yang menghubunginya saja.
Leah menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Namun, pikirannya melayang kemana-mana. Kebanyakan Leah kembali memikirkan putrinya. Dirinya sangat merindukan Chloe. Inilah yang dikhawatirkan Leah, jika dirinya tidak memiliki kegiatan maka dirinya hanya akan menangis dan menangis lagi.
Leah menutup televisi dan bangkit dari tempat duduknya. Masuk ke kamar dan membuka laci. Leah mengeluarkan obat tidur yang diresepkan dokter untuknya, saat awal awal putrinya meninggal. Sudah lama, Leah tidak membutuhkan obat ini, Namun, sekarang Leah membutuhkannya. Sebab, besok Leah tidak mau terlambat ke kantor dan dengan mata yang bengkak. Leah mengatur alarm, biasanya jika ada Bibi Rosy dirinya tidak memerlukan itu. Karena jika dirinya terlambat bangun, maka Bibi Rosy yang akan membangunkannya.
Leah pun terlelap dalam hitungan menit, setelah menelan obatnya itu.
***
Keesokan paginya.
Alarm berbunyi. Leah bangun dan mematikannya dan menatap di luar jendela masih gelap. Leah memang mengatur alarm lebih awal, yaitu pukul 5 dini hari. Leah mandi dan berganti pakaian. Lalu merapikan rambut dan menggunakan alat rias yang dibelinya kemarin bersama Emma.
Pukul 6.30, Leah sudah berdiri di depan cermin memandang pantulan dirinya. Sangat berbeda, dengan rambut sebahu dan berponi, penampilannya sudah sangat cantik. Ditambah dirinya juga mengikuti saran Emma untuk menggunakan lipstik warna merah yang menambah kesan dewasa.
Hari ini, Leah mengenakan baju yang dicobanya kemarin. Kemeja putih bahan satin dan rok pendek berbahan tweet. Seperti kata Emma kemeja agak tipis, jadi Leah mengenakan tank top di dalamnya. Penampilannya disempurnakan dengan sepatu hitam bertumit 7cm. Leah berdecak kagum.
Bahkan Leah hampir tidak mengenali dirinya sendiri.
Leah menuju dapur. Menyeduh teh dan sarapan sedikit biskuit. Melihat jam sudah hampir pukul 7, Leah keluar dari rumah dan berjalan ke jalan raya. Hari ini Bibi Rosy tidak ada, jadi dirinya akan menggunakan angkutan umum untuk pergi ke perusahaan.
Awalnya Leah hendak menuju halte bus. Namun, selama dirinya berjalan banyak pria yang melihatnya dan ada beberapa yang menggoda. Biasanya, dirinya bahkan tidak terlihat. Itu membuat Leah merasa risi dan berpikir apakah roknya terlalu pendek atau bajunya terlalu tipis? Halte bus sangat ramai dan Leah tidak suka menjadi pusat perhatian, jadi memutuskan untuk memanggil taksi.
Namun, ini adalah jam sibuk. Untuk mendapatkan taksi kosong tidaklah mudah, karena semua sudah memiliki penumpang. Setelah menunggu hampir 15 menit, akhirnya Leah mendapatkan taksi. Leah masuk dan memberitahu alamat tujuan.
Supir mengangguk dan taksi pun melaju. Sang supir sering mengintip melalui kaca spion, untuk menatap Leah dengan tatapan kagum. Bagaimana tidak, wanita yang dilihatnya itu sangat cantik, seperti boneka. Wajah mungil, bibir merah dan pakaiannya yang sangat cocok dengannya. Tidak seksi, tetapi membuat mata orang ingin terus memandangnya. Kemudian karena takut penumpang merasa terganggu karena perhatiannya, akhirnya sang supir tidak lagi mencuri pandang. Melainkan, fokus ke jalan walau sekali-kali masih mengintip melalui kaca spion.
Leah tahu dirinya ditatap oleh supir itu. Risih pasti! Namun, Leah tidak mau membuka topik pembicaraan dengan supir itu. Jadi, Leah hanya memandang keluar jendela dan berdoa agar dirinya segera sampai. Jalanan macet, karena Leah memang sudah kesiangan. Dirinya memeriksa waktu di ponsel dan melihat sudah pukul 7.30. Biasanya, Tuan Robert akan sampai sebelum pukul 8. Hatinya mulai merasa was-was.
Sepuluh menit kemudian Leah tiba. Leah menyerahkan uang kepada supir dan mengucapkan terima kasih. Karena belum memiliki kartu karyawan, maka Leah harus melapor ke meja resepsionis dan berusaha menemukan Paman Edward.
Wanita di meja resepsionis, yang bernama Jenny menatapnya lama, ketika Leah meminta bertemu dengan Paman Edward.
"Tolong cepat! Aku hampir terlambat! Aku Leah, sekretaris baru Tuan Robert. Biasanya, aku datang bersama Bibi Rosy. Namun, hari ini beliau tidak masuk kerja, maka aku perlu kartu karyawan untuk melewati pintu itu! Karena aku belum memiliki kartu karyawan!" ujar Leah buru-buru, berusaha menjelaskan kondisinya.
Jenny yang hanya diam, langsung berjalan ke belakang dan memanggil Paman Edward. Jenny berpikir sambil memiringkan kepalanya. Bukankah menurut gosip penampilan sekretaris baru itu kampungan. Namun, yang tadi dilihatnya adalah wanita cantik dan modis. Awalnya, Jenny berpikir wanita itu mungkin salah satu kekasih Tuan Robert.
Paman Edward menghampiri Leah, tampak tidak mengenalnya. Kemudian Leah buru-buru berkata, "Paman Edward! Tolong biarkan aku masuk. Aku hampir terlambat dan Tuan Robert akan segera tiba. Bibi Rosy tidak masuk kerja hari ini!" jelas Leah.
"Ah, ternyata kamu Leah! Paman hampir tidak mengenalimu. Ayo, kemarin Rosy sudah menghubungi Paman dan meminta Paman membantumu!" ujar Paman Edward.
Lalu, mereka berjalan menuju pintu karyawan. Kartu discan dan Leah berlari menuju lift, sambil berteriak mengucapkan terima kasih kepada Paman Edward.
Beruntung, pintu lift terbuka. Leah masuk ke dalam lift yang penuh sesak. Sialnya, hampir setiap tombol lift menyala yang artinya lift akan berhenti di setiap lantai tersebut. Karena cemas akan terlambat, Leah tidak tahu dirinya diperhatikan oleh para karyawan yang berada di dalam lift bersamanya. Saat lift mencapai lantai 20, tombol lift untuk 5 lantai ke atas menyala semua.
Cukup! Leah sudah tidak sabar. Leah keluar dari lift dan berlari ke pintu tangga darurat. Membuka pintu itu dan Leah melepaskan sepatunya, lalu berlari naik tangga 5 lantai ke atas.
Tiba di lantai 25, Leah berlari menuju meja kerjanya. Ketika hendak mengenakan sepatunya kembali, lift berdenting dan itu tanda Tuan Robert tiba. Leah belum sempat mengenakan sepatunya dan saat ini Leah sedang berusaha mengatur napasnya yang masih memburu karena kelelahan.
Tuan Robert keluar dari lift dan berjalan melewatinya. Leah tidak menyapa karena memang tidak memungkinkan. Leah memberi isyarat kepada Tuan Robert untuk menunggu. Sambil berusaha mengatur napas, Leah mengenakan sepatu dan merapikan rambutnya yang dirinya yakin sudah kacau balau.
Tuan Robert berhenti tepat di hadapannya dan kagum melihat perubahan drastis Leah. Wanita itu terlihat begitu cantik dengan gaya rambut barunya. Pakaiannya modis dan sesuai dengan ukuran tubuhnya. Wajah wanita itu merona, ditambah bibirnya yang mungil dan berlipstik merah sedikit terbuka. Selama beberapa detik, perhatian Tuan Robert tertuju pada bibir itu dan kesulitan mengalihkan pandangannya.
"Ehm, selamat pagi, Tuan!" sapa Leah setelah berhasil mengatur napasnya.
Tuan Robert tersadar dan mengalihkan pandangannya ke mata Leah.
"Apakah kamu lari maraton?" tanya Tuan Robert. Leah hendak menjawab, tetapi Tuan Robert memberinya instruksi untuk mengikuti ke ruang kerja.
Di dalam ruang kerja. Tuan Robert menuju mejanya dan duduk di kursi kerjanya.
"Jelaskan!" perintah Tuan Robert. Saat ini, semua hal tentang wanita ini selalu membuatnya penasaran dan ingin tahu.