Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7

Crysta keluar dari mobil Ryu. Mereka akan makan siang bersama, tidak ada janji sebelumnya. RYu hanya mendatangi galerinya dan mengajaknya makan siang bersama.

"Waw, kebetulan sekali. Alardo dan Athaaya." Ryu nampak antusias ketika melihat Alardo dan Athaaya tengah duduk di salah satu meja dalam restoran bergaya classic itu. "Kita makan bersama mereka, kau tak masalah,kan, Sweet pie?"

"Tidak. Ayo." Crysta malah ingin melihat lebih dekat wanita yang menjadi kekasih Alardo sejak beberapa tahun lalu. Crysta sudah tahu siapa kekasih Alardo tapi dia tidak pernah melihat langsung. Apakah wanita itu benar-benar cantik seperti di televisi? Crysta sudah memastikannya saat ini. Dengan sekali lihat dia bisa memastikan jika cantiknya seorang Athaaya memang sesuai dengan yang banyak diperbincangkan ditelevisi dan majalah. Tapi, mengakui hal itu bukan berarti dia akan kalah. Crysta bahkan belum melakukan langkah awal.

"Alardo! Thaaya!" Ryu memanggil dua sahabatnya.

Alardo menghela nafas, wajar saja tadi dia merasakan hawa panas yang datang tiba-tiba, ternyata ada Ryu di belakangnya.

"Oh, hy, Ryu. Sudah lama tidak bertemu." Athaaya berdiri dan memeluk Ryu.

"Babe, aku rasa kau berlebihan. Minggu kemarin kau bertemu dengannya." See, nada datar itu juga Alardo pakai pada Athaaya. Dia rajanya dingin dan datar.

Athaaya mengerucutkan bibirnya sebal, "Kenapa suka sekali mendikte kata-kataku."

"Sudah, cepat duduk. Tidak perlu berbasa-basi dengan Ryu."

Ryu mengangkat tangannya, jika saja ini bukan di tempat ramai dia pasti akan memukul kepala Alardo denga tangannya. Dasar, menyebalkan.

"Oh, tunggu. Siapa wanita cantik ini?" Athaaya menyadari keberadaan Crysta.

Dari buku catatan yang Crysta baca, ia sudah pernah di datangi oleh Athaaya, dan wanita itu melukainya karena telah menjadi tunangan Alardo. Ah, aku tahu, ini pasti bagian dari aktingnya. Hell, apa dia tidak bisa membedakan dunia nyata dan drama? Atau mungkin dia masih terbawa suasana syuting? Tapi dalam drama apa kami berada sekarang? Athaaya vs Crysta? Atau Balada cinta Alardo? Fuck! Crysta akhirnya memaki sendiri. Kenapa imajinasinya jadi konyol seperti ini? Sial! Dia benar-benar akan menjadi penulis novel kalau daya khayalnya seperti ini.

"Ini Crysta. Kekasihku." Ryu memperkenalkan Crysta.

Athaaya mengulurkan tangannya ramah, "Athaaya," Senyuman lembut menyertai suara ramahnya. Tidak, Crysta bukan Kireina yang naif. Dia tahu benar jika dibalik senyuman lembut itu ada sebilah pedang yang siap membelah tubuhnya jika dia tidak pandai mengamati situasi.

"Crystabel." Jika ingin berakting maka Crysta akan menunjukan kebolehannya. Memangnya cuma Athaaya yang bisa akting, dia juga bisa.

"Honey, Ryu membawa kekasihnya. Kalian belum berkenalan." Athaaya menatap Alardo yang tak peduli sama sekali dengan kedatangan Crystabel.

Ketika Alardo masih bergeming ditempatnya, Athaaya bersuara lagi, "Maafkan dia. Dia memang seperti itu. Tapi dia adalah pria yang baik, iyakan, Ryu?" Thaaya meminta persetujuan Ryu.

Ryu menganggukan kepalanya. Percuma juga dia menjawab karena jelas Crysta tahu kalau Alardo adalah pria yang memperlakukannya dengan tidak baik.

"Sweet pie, duduklah." Ryu menarik sebuah kursi untuk Crysta.

"Hell! Tidak bisakah kau makan di meja lain?!" Alardo mulai lagi.

Ryu menarik Crysta untuk duduk, "Aku pikir tempat duduk disini yang paling nyaman. Ayolah, jangan keras padaku. Makan bersama akan lebih baik. Kau tahukan aku sangat mencintaimu."

"Jangan membuat perutku mual!"

Ryu tak menanggapi ketusnya Alardo, dia duduk di kursi sebelah Crysta.

"Jadi, Ryu. Apakah dia wanita yang membuat perjodohanmu dengan Arra dibatalkan?" Thaaya yang sudah duduk bertanya pada Ryu.

"Ah, dia pasti sudah mengatakan semuanya padamu."

"Benar, dia sangat sedih."

Benar, dia sedih. Sedih karena tidak jadi memiliki suami kaya raya yang bisa dia habiskan hartanya untuk foya-foya. Ryu bukannya tak tahu jika Arra adalah wanita yang gila foya-foya. Ketika dia bisa menghabiskan uangnya untuk bersama dengan banyak wanita, lalu kenapa dia harus menghabiskan seluruh hartanya untuk satu wanita bernama Arrabelle? Itu sangat mustahil.

"Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mungkin menerimanya karena aku memiliki wanita yang ada di sebelahku ini." Ryu menggenggam tangan Crysta. Dan ini adalah drama lainnya. Baik, sepertinya mereka terjebak dalam sebuah drama, hanya Alardo satu-satunya yang tak terjebak dalam drama itu.

Babe, berhenti bicara pada Ryu. Dia akan menularkan virus tidak baik padamu." Alardo serius bicara pada kekasihnya.

Athaaya tertawa geli sementara Ryu, wajahnya memerah, dia mudah sekali terpancing emosi sedangkan Crysta, dia sedang memahami situasi.

"Sweet pie, bela aku. Aku tidak menyebarkan virus saat bersamamu, kan?" Ryu seperti anak kecil sekarang. Ia meminta pembelaan dari Crysta.

"Maaf, Cutie pie. Aku tidak bisa membelamu. Dia lebih dulu mengenalmu jadi aku yakin dia yang paling tahu tentang virus itu."

"Damn! Sweet pie! Kau tega sekali denganku."

"Lihat tingkah tidak normalnya itu! Anak kecil yang terjebak dalam tubuh dewasa." Alardo benar-benar tak bisa bersikap manis.

Ryu menggenggam garpu.

"Sebentar lagi, restoran ini akan menjadi tempat kejadian pembunuhan."

Ryu dengan cepat mengembalikan garpu ke meja, ia tersenyum pada Alardo, "Aku sudah biasa menghadapimu. Aku tidak akan terpancing." Tapi kenyataannya dia tadi terpancing.

"Kalian berdua kalau sudah bertemu pasti akan seperti ini. Kalian tidak pernah sadar umur kalian." Athaaya menggelengkan kepalanya. "Crysta, kau harus tahan menghadapi ini. Kadang memang sedikit membuat sakit kepala tapi setelah terbiasa kau akan baik-baik saja."

"Aku akan mendengarkan saranmu dengan baik, Thaaya." Crysta mengangguk pasti.

"Jangan salahkan aku. Salahkan saja dia!" Alardo menunjuk Ryu.

Ryu mengeluarkan jempolnya, "Aku menang." Dengan bangganya Ryu mengatakan itu. Sekarang, siapa yang berpikir jika dia ini pria dewasa?

Alardo kembali merenungi kenapa dia bisa betah bersahabat dengan Ryu. Padahal tak pernah ada yang menguntungkan ketika dia bersama Ryu. Ryu ini tidak pandai dalam pelajaran saat sekolah, selalu membuat masalah dan melibatkannya dan Ryu juga tidak membantu pekerjaannya sama sekali. Lihat, Alardo tak menemukan satu alasan yang bisa membuatnya bangga memiliki teman seorang Ryu.

Sudah-sudah, pesan makanan kalian." Thaaya menengahi Alardo dan Ryu.

Why can't you hold me in the street?

Why can't I kiss you on the dance floor?..

Ponsel Crysta berdering. "Cutie pie, Aku angkat telepon dulu." Setelah bicara pada Ryu, Crysta bangkit dari tempat duduknya dan menjauh untuk menerima panggilan dari pemilik tempatnya bekerja.

Crysta selesia menerima telepon. Pemilik perusahaannya hanya mengusiknya saja. Crysta sudah membuat bosnya jatuh hati tapi Crysta tak tertarik pada bosnya. Dia tidak ingin memiliki hubungan dengan bosnya sendiri. Sejak dulu, Crysta sudah menanamkan hal itu. Dia tak akan berhubungan dengan orang yang masih berada satu tempat kerja dengannya.

"Kau sepertinya tahu benar tempat menggantungkan diri!" Suara dingin menusuk itu berasal dari sebelah Crysta.

Nah, Thaaya tengah menunjukan sisi dirinya yang ada di buku diary Kireina. Wanita yang Kireina gambarkan memiliki dua tanduk merah pada kepalanya. Bukan hanya tantuk itu yang merah tapi juga wajahnya.

"Tentu saja. Wanita cerdas harus tahu dimana dia akan bergantung." Crysta membalas perkataan Thaaya.

"Well, kau cukup mengejutkanku. Makhluk luar angkasa yang sedang mencoba menjadi sama dengan manusia."

"Aku pikir kau yang sedang mencoba sama dengan manusia. Nyatanya kau penyihir. Sudah melukaiku tapi bersikap seolah tak mengenalku. Geez, kau memang pantas memenangkan banyak nominasi untuk aktingmu. Ah, jangan berakting di depanku karena itu membuatku... muak!" Crysta hanya akan berakting manis ketika Thaaya memainkan perannya. Saat ini, ia lebih suka menunjukan taringnya.

Thaaya tertawa sinis, "Kau sudah menjadi pemberani rupanya. Luar biasa, dicampakan oleh Alardo membuatmu seperti ini."

"Tidak. Sejujurnya aku seperti ini bukan karena Alardo. Karena berubah atau tidaknya aku, aku yakin Alardo akan berlutut dikakiku dan meminta aku kembali."

"Kau sedang mengkhayal."

"Maka kau lihat saja. Jaga baik-baik dia dari genggamanmu. Lengah sedikit saja aku akan mengambilnya darimu."

"Aku yakin Ryu sudah tertipu denganmu. Dia memang tidak seperti Alardo yang tahu kebusukanmu!"

"Thaaya, jangan membuatku tertawa. Disini kaulah yang busuk. Alardo hanya bodoh, dia tidak melihat jika wanita yang di dekatnya adalah seorang penyihir. Dan masalah, Ryu. Jangan mengkhawatirkannya, dia kekasihku dan itu urusanku." Crysta berhasil membuat wajah Thaaya memerah. Ia tahu Thaaya tak akan berani membuat keributan di tempat seperti ini karena jika itu terjadi ia akan jadi topik paling hangat yang diperbincangkan besok pagi. "Aku masuk duluan. Jangan terlalu lama diluar, dingin akan membunuhmu. Ah, tidak, penyihir biasanya memiliki hati dingin jadi dingin bukan masalah baginya." Dengan itu, Crysta melangkah masuk kembali ke restoran.

"Mau mengintimidasiku?" Crysta tersenyum mengejek, "Harus memerlukan usaha keras untuk membuatku ketakutan!"

Setelah Crysta kembali ke meja makan, Thaaya juga kembali. Hidangan sudah tersaji di atas meja. Mereka mulai makan bersama.

"Sweetie pie, lihat kemari." Ryu meminta Crysta untuk melihat ke arahnya.

Crysta memiringkan sedikit wajahnya. Tangan Ryu terulur mengelus bibir Crysta yang terdapat sisa lelehan coklat dari makanan penutup yang dia makan.

"Selesai." Ryu tersenyum manis. Ini seperti adegan di dalam drama percintaan. Sial, Ryu benar-benar menikmati perannya menjadi kekasih Crysta.

"Terimakasih, Cutie pie."

Panggilan itu benar-benar membuat Alardo terganggu. Astaga, otak sampah dari mana yang memikirkan dua panggilan itu. Sweetie pie dan Cutie pie, betapa kekanakannya mereka. Jika ada semut maka habislah mereka.

"Oh, ya, masalah pesta kolam renang. Kau bisa datang,kan, Thaaya?" Ryu kembali membahas masalah pesta kolam renang. Sebelumnya dia sudah membicarakan ini dengan Alardo dan semalam ia juga sudah membicarakannya dengan Crysta. Tak enak rasanya jika ia tidak mengundang Thaaya meskipun mengundang Alardo saja sudah cukup.

"Kapan aku tidak menghadiri undanganmu, hm?"

Benar juga. Thaaya selalu datang ke pestanya bersama dengan Alardo.

"Idiot!"

Ryu mulai mendengus tak suka, "Tutup mulutmu, kau pria tua!"

Alardo memutar bola matanya, "Babe, kita sudah selesai makan. Ayo pergi. Tak ada gunanya lebih lama dengan Ryu. Dia hanya akan membuat kepalaku sakit."

"Sialan! Kau pikir aku ini apa?!"

"Pembuat sakit kepala!" Alardo memperjelas.

Crysta tertawa geli, ekspresi wajah Ryu saat ini benar-benar tak tertolong.

Ryu mulai menatap Crysta merengek, "Sweetie pie, kenapa kau malah mentertawakan aku? Harusnya kau bela kekasihmu ini."

"Oh, Cutie pie-ku sayang. Aku tidak bermaksud menertawakanmu. Hanya saja, astaga, wajahmu tadi benar-benar seperti idiot." Crysta sekarang tertawa lebih keras dari tadi.

Meski mendengus, Ryu terpana pada tawa Crysta. Sejak kapan Crysta punya tawa semempesona itu? Sejak kapan Crysta membuatnya menyukai tawa itu?

Thaaya memperhatikan Crysta dengan tatapan yang tak bisa menutupi kebenciannya. Sementara Alardo, dia hanya menatap datar Ryu dan Crysta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel