Pertengkaran
Brak..
"Bangun kamu Nikita!"
"Aarrkkkhhh...!! Lepaskan mas!"
Bugh.
Bugh.
Plak!
Plak!
"Aarrkkkhhh..!! Sakit mas!" Pekik Nikita bersimpuh di bawah.
"Wanita pembawa sial! Kedatanganmu kesini membuatku semakin menderita!"
Bugh.
Bugh.
Bugh.
"Ampun mas! Tolong hentikan mas!" Pekiknya menangis kesakitan.
Isa menghentikan aksinya. Waktu itu digunakan kita untuk mengatur nafasnya sejenak, yang berpikir bahwa siksaan itu telah selesai tetapi pada kenyataannya Isa kembali melayangkan pukulan beberapa kali pada tubuhnya. Bisa memelototkan matanya tajam ke arahnya sembari mencengkeram erat rahang Nikita secara kasar.
"Semenjak menikah denganmu hidupku semakin menderita, kedua orang tuaku terus mengendalikanku dengan beralaskan dirimu. Mulai detik ini aku akan menalakmu!" Tegasnya.
Nikita menggelengkan kepalanya pelan. Tubuhnya yang lemah dan tidak berdaya itu berusaha untuk mendekati sang suaminya kemudian memeluk erat kedua kaki Isa sembari menangis tersedu di bawah sana.
"Aku mohon jangan lakukan itu mas, aku tidak mau berpisah denganmu. Tolong jangan ceraikan aku!" Pintanya sembari menangis meraung.
Tetapi dengan cepat Isa menghentakkan kakinya secara kasar hingga membuat Nikita jatuh tersungkur ke lantai.
Sabun bergegas untuk melangkahkan kakinya ke arah almari dan mengeluarkan seluruh isi pakaian milik Nikita, serta menyodorkan tas kain ke arah Nikita.
"Kemasi seluruh pakaianmu sekarang dan angkat kaki dari rumah ini!" Perintahnya begitu tegas.
"Mas aku mohon jangan usir aku dari rumah ini mas, jika aku pergi dari sini lanjut aku tinggal di mana? Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, tolong kasihani aku mas!" Ucap Nikita memohon kepada suaminya.
Mendengar permohonan itu pun Isa mengernyitkan dahinya sembari tersenyum sinis.
"Makanya jadi wanita yang berguna! Berpendidikan, bisa kerja sendiri. Biar kalau diusir orang lain tuh bisa hidup!" Sindirnya.
"Aku tidak peduli kamu mau tinggal di mana, mau jadi gelandangan atau pengemis di luar sana. Tapi yang jelas aku sudah tidak mau lagi berhubungan denganmu, aku sudah tidak sedih lagi mengampuni wanita tidak berguna seperti dirimu!"
"Pergi dari sini!" Perintahnya menggebu.
"Mas-"
"Pergi Nikita! Pergi..!!" Bentak Isa sembari menendang Nikita untuk keluar dari kamarnya. Tidak lupa Isa melemparkan tas berisi beberapa pakaian itu keluar dari kamar.
Nikita menuruni anak tangga satu persatu sembari menangis tersedu. Tidak ada satu orang pun yang berani menyapa dirinya, beberapa kali para asisten rumah tangga itu menatapnya iba, akan tetapi mereka juga tidak berani memberikan pertolongan apapun.
Tepat pukul 10.00 malam ia berjalan menyusuri kota Jakarta memberi membawa tas kain berisi beberapa pakaian tanpa arah dan tujuan. Udara sejuk dan dingin ini tidak membuatnya merasa kedinginan karena perasaannya yang tersulut oleh rasa kecewa serta amarah yang membara.
"Kenapa kamu jahat kepadaku mas hiks!" Tangisnya kembali pecah mengingat semua perlakuan suaminya.
Tubuhnya lemah, bekas memar akibat pukulan itu terasa begitu nyeri pada sekujur tubuhnya. Tetapi ia harus berjalan menyusuri kota dan tidak mungkin untuk balik lagi ke rumah megah itu. Banyak pasang mata yang menatapnya heran serta iba, tetapi ia tidak menghiraukan tatapan aneh dari orang lain. Ia terus mendoakan amarahnya dengan menangis.
Keseeokan harinya, pagi ini keadaan rumah nampak sepi. Tidak ada satu orang pun yang berani keluar dari tempat kerja masing-masing setelah pertengkaran hebat itu. Sementara Isa sudah tidak ada di rumah sejak pertengkarannya dengan Nikita malam lalu. Sang Mama dan papa baru saja pulang dari melakukan pengerjaan itu pun merasa heran karena tidak mendapati satu orang pun di dalam rumah megah.
"Nikita..!! Nikita...!!"
"Nikita..!!"
"Ck! Di mana wanita itu? Sudah pukul 09 pagi masa belum bangun? Menantu macam apa itu?" Omel sang Mama kesal karena tidak mendapati jawaban dari Nikita.
Nyonya wilo mencari ke sudut ruangan tetapi tidak menemukan menantunya itu bahkan kamar pun terkunci dari luar. Tinggal itu membuatnya merasa penasaran, memilih untuk pergi ke dapur untuk melihat keadaan di sana. Tetapi kenyataannya juga tidak menemukan keberadaan Nikita.
"Di mana wanita ini? Hampir seluruh ruangan aku mencarinya tetapi tidak ada, berani sekali keluar dari rumah ini tanpa seizin dariku. Awas aja kalau kembali aku tidak akan segan memberikan hukumannya setimpal, enak saja berbuat sesuka hatinya di sini emangnya dia pikir siapa?" Omelnya kesal.
"Jihan! Dimana Nikita? Kenapa setiap sudut ruangan aku mencarinya tidak ada? Pergi ke mana anak itu?" Tanyanya kesal.
Asisten rumah tangga yang bernama Jihan itu pun seperti kamu menundukkan kepalanya tidak berani menatap sang nyonya.
"Jawab Jihan! Jangan-jangan kamu memang bersekongkol dengan dia ya? Pengen melindungi dia? Kamu sudah bosan bekerja di sini?"
Dengan cepat Jihan menggelengkan kepalanya. "Jangan pecat saya nyonya. Semalam saya mendengar pertengkaran antara tuan muda Isa dengan nona Nikita, malam lalu saya juga tidak sengaja melihat nona Nikita pergi keluar rumah sembari membawa tas kain," jawabnya dengan nada bergetar ketakutan.
"Apa? Tas kain? Mau ke mana dia? Kamu tidak bertanya kepadanya?" Tanyanya tersulut emosi.
Jihan menggelengkan kepalanya. "Maaf nyonya, saya tidak berani ikut campur,"
Plak!
"Dasar bodoh! Kejadian semalam dan kamu tidak memberitahukan apapun kepada saya? Tidak ada satu orang pun yang memberitahukan kejadian ini kepada saya dan bapak? Kalian semua bodoh!" Murkanya.
"Ada keributan apa ini mah? Suara Mama sampai terdengar dari luar,"
"Nikita kabur dari rumah! semalam mereka berdua bertengkar hebat sehingga membuat Nikita keluar. Tetapi aku tidak tahu siapa yang meminta keluar terlebih dahulu," jawabnya dingin.
Suntuk kali itu membuat sang suami seketika menghafalkan kedua tangannya begitu erat sembari menatap tajam para istrinya. "Isa! Semua ini pasti perintah Isa, tidak mungkin Nikita berani keluar begitu saja dari rumah ini jika tidak ada yang memerintahkannya!" Ucapnya.
"Hallo, kerahkan seluruh pasukan untuk mencari keberadaan Nikita!" Perintah pak Arman begitu menelpon para pasukannya untuk mencari keberadaan menantunya itu.
"Sekarang di mana keberadaan Isa?" Tanyanya kepada asisten rumah tangga.
"Jawab dengan jujur Jihan!"
"Baik nyonya, sebenarnya setelah kejadian pertengkaran hebat malam lalu tuan muda Isa juga pergi dari rumah ini dan tidak pulang sampai pagi ini nyonya, pak Arman,"
"Isa memang tidak pernah kapok. Kan aku sudah menutup semua akses tapi dia begitu berani menantangku, aku yakin diam-diam pasti dia memiliki Asep tersembunyi sehingga membuatnya berani untuk keluar dari keluarga Davidson tanpa merasa takut,"
Wilo tersenyum sengit. "Jika bukan karena racun berbahaya dari wanita itu mungkin sampai detik ini Isa masih menuruti permintaan kita pah. Aku yakin wanita itu pasti terus meracuni pikiran Isa sehingga membuatnya durhaka kepada kedua orang tuanya sendiri,"
"Dia begitu sangat menyayangi wanita itu sampai-sampai rela memberikan seluruh asetnya. Aku yakin pasti ada sesuatu di balik semua ini, biasa aja semua kebenaran itu pasti akan terungkap di tanganku!" Tegas pak Arman.
Bersambung...