Perselingkuhan
"Jadi ini yang katanya meeting dengan client? Wanita ini clientnya?"
"Nikita, ikut denganku!" Perintah Isa begitu tegas sembari menarik pergelangan tangan sang istri kasar.
Namun dengan cepat Nikita menepis cekalan itu dengan kuat. Kini sikap lemah lembutnya musnah karena tersulut amarah.
"Lepaskan! Kamu pikir aku bodoh? Selama ini aku sudah mengetahui perselingkuhanmu dengan wanita murahan ini!"
"Nikita! Jaga ucapanmu! Jangan pernah menghina Emilia, dia jauh lebih baik darimu!" Tegasnya.
Seketika Nikita tersenyum sengit. "Benarkah? Bukankah seharusnya wanita baik tidak merebut suami orang?" Tanyanya dengan nada sinis.
Emilia yang mendengar tuduhan itu pun segera menyahut. Tidak kalah emosinya.
"Merebut? Asal kamu tahu, aku sudah menjadi kekasih Isa jauh sebelum dia bertemu denganmu. Seharusnya yang patut untuk dikatakan perebut lelaki orang itu adalah kamu bukan aku!" Ucapnya begitu tegas dan dingin seakan.
"Tetapi sekarang Isa sudah menikah denganku dan kamu masih berhubungan dengan suamiku. Di mana harga dirimu? Katanya wanita cantik, berpendidikan, tetapi pada kenyataannya perebut suami orang! Dirimu tidak jauh dari kata murahan!" Ucapnya sembari mendorong dada Emilia dengan kasar.
Aksi itu nyaris membuat Emilia terjatuh, tetapi sayangnya Isa begitu sigap dalam menangkap tubuh wanita itu. Di sini Isa nampak begitu membela dan melindungi Emilia.
"Jauhkan tangan kotormu itu dari hadapanku! Wanita bodoh dan jelek sepertimu tidak pantas untuk bersanding dengan Isa! Kita lihat saja siapa yang akan menang,"
"Nikita, pernikahan ini hanya karena kedua orang tuaku. Jangan pernah menganggap bahwa aku mencintaimu dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu! Karena di hatiku hanya ada Emilia!" Ucap sang suami begitu tegas.
Seketika hal itu membuatnya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum miris. Selama 5 tahun mereka menikah, tetapi tidak pernah sekalipun Isa memandangnya ada. Hanya Emilia yang terus menjadi bahan perbandingan Isa terhadap dirinya. Tetapi hal itu tidak membuatnya menyerah untuk mempertahankan rumah tangga ini, setelah sekian lama ia tidak melihat suaminya berhubungan lagi dengan Emilia, ia berpikir bahwa sang suami sudah mulai berubah dan belajar mencintainya. Tetapi pada kenyataannya tidak ada secepik ruang pun di dalam hatinya untuk ia singgahi.
"Aku bahkan rela memberikan seluruh asetku hanya untuk Emilia, aku tidak masalah jika jatuh miskin demi membahagiakan Emilia. Sampai kapanpun tidak ada yang menggantikan posisi Emilia di hatiku, meskipun kedua orang tuaku tidak menyukai Emilia. Lebih baik aku mati dalam keadaan tidak berpasangan daripada harus hidup menderita bersamamu!" Tegasnya.
Tidak terasa air mata itu mengalir begitu deras merasakan rasa sakit yang luar biasa seakan menancapkan duri tajam di dalam hatinya. Tetapi ia berusaha untuk kuat di hadapan Emilia, ia tidak mau jika dianggap kalah oleh wanita itu.
"Wanita miskin, jelek, tidak berpendidikan sepertimu tidak layak untuk menjadi bagian anggota dari keluarga Davidson. Lihat saja cepat atau lambat kedudukanmu pasti akan tersingkirkan, jadi jangan pernah bangga jika kamu menjadi istri sah dari Isa. Karena sampai kapanpun yang menang hanyalah mantan kekasihnya," ucapnya begitu sini dan nampak berbangga hati.
"Aaaarrggghhtt..!! Sialan!"
Bugh.
Bugh.
"Aarrkkkhhh!"
"Nikita! Kurang ajar! Berani kamu menyentuh Emilia!" Pekik Isa murka melihat Nikita mendorong Emilia hingga terjatuh ke tanah.
"Isa! Pergi dari hadapanku dan bahwa istri siaranmu ini!" Perintah Emilia begitu murka.
Namun pada saat Isa hendak menolong kekasih hatinya itu dengan cepat Emilia menepisnya begitu kasar dan mendorong tubuh sang kekasih itu agar menjauh darinya.
"Tapi Emilia, bagaimana dengan keadaanmu?" Tanya Isa nampak begitu khawatir.
Tetapi dengan cepat Emilia menepis tangan kekar itu dan memalingkan wajahnya ke arah lain penuh dengan amarah yang membara.
"Tinggalkan aku sendiri! Urus istrimu yang tidak tahu diri itu! Pergi!" Tegasnya.
Nikita tersenyum sinis sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada nampak puas melihat Isa di usir oleh Emilia. Dan ia berhasil membuat pelakor jatuh tumbang karena tangan sucinya.
"Sampai kapanpun istri saya akan menjadi pemenangnya. Kebenaran pasti akan terungkap, lihat saja karma itu pasti akan datang menghampirimu wanita pelakor!"
"Ikut denganku!"
Emilia menatap kesal sepasang suami istri yang memasuki dalam mobil itu. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya kemudian menatap sinis ke arah mereka penuh dengan denda membara di dalam hatinya.
"Ck! Sial! Mungkin kali ini kamu menang Nikita! Tetapi lihat saja nanti, aku pasti akan membuat suamimu tunduk kepadaku dan membuatmu dibuang oleh keluarga Davidson!" Ancamannya.
Sesampainya di rumah, Isa langsung membawa istrinya itu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar tersebut dengan rapat. Ia mendorong tubuh sang istri hingga jatuh di lantai.
Tatapan sorot mata tajam menusuk itu membuat Nikita ketakutan, dengan gerakan yang begitu cepat bisa memberikan tamparan dua kali tepat pada kedua pipi Nikita secara bergantian.
Plak!
Plak!
"Dasar wanita tidak tahu diri! Miskin, memalukan! Kamu sengaja ingin merusak reputasiku kan? Kamu pikir dengan sikap murahanmu itu sudah membuatmu hebat? Hah?!" Ucapnya menggebu-gebu.
Sementara Nikita yang mendengar itu sudah menangis merasakan sakit pada kedua pipinya tetapi tidak sebadi dengan rasa sakit di dalam hatinya mendengar sang suami yang terus melakukan pembelaan terhadap mantan kekasihnya.
"Kamu pikir menjadi aku tidak sakit mas? Selama ini aku selalu mengalah, aku membiarkanmu berhubungan dengan Emilia bukan berarti aku baik-baik saja mas,"
"Sampai kapan kamu tidak pernah menganggapku ada di sini? Aku ini istri kamu, 5 tahun kita menjalani hubungan ini tetapi tidak pernah sekalipun kamu memandangmu sebagai istri, di mana hati nurani kamu?" Ucapnya sembari menangis tersedu.
Isa tersenyum sangit sembarina mengangkat kedua tangannya di atas pinggang.
"Sejak awal aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini, ingat Nikita! Pernikahan dini hanya berlangsung karena paksaan kedua orang tuaku, jika bukan karena menyelamatkan asetku dari kedua orang tuaku mungkin aku tidak akan pernah menikah dengan wanita bodoh sepertimu!"
"Aku sudah menduga bahwa wanita murahan sepertimu hanya menumpang hidup di sini. Jadi jangan harap jika kamu mendapatkan perlakuan baik dariku ataupun dari keluargaku, karena keberadaan kamu di sini hanyalah sebagai beban, wanita tidak berguna, bodoh, dan memalukan!"
Setiap kalimat yang keluar dari bibir Isa seakan menjadi duri di dalam hatinya. Nikita menggelengkan kepalanya pelan, ia benar-benar tidak habis pikir terhadap tingkah suaminya.
"Aku memang wanita miskin, bodoh, tidak berpendidikan, jauh di bawah Emilia. Tetapi tidak adakah sedikit ruang untukku singgah di dalam hatimu mas? Lantas bagaimana dengan perjuanganku selama ini?" Tanyanya nampak frustasi dengan keadaan.
"Selama ini tidak ada yang mengharapkan kehadiranmu di sini, karena mereka tahu bahwa wanita miskin sepertimu hanya akan memanfaatkan kekayaanku. Oleh sebab itu aku tidak pernah menyentuhmu dan tidak akan pernah memiliki keturunan dariku, karena jika itu terjadi, aku yakin kamu akan memanfaatkan anakmu untuk meraup harta kekayaanku," ucapnya dengan hinaan.
"Aku memang bodoh, tetapi aku tidak semurahan Emilia! Hanya memanfaatkan perasaanmu untuk mendapatkan kekayaan!"
Bersambung..