Permintaan Emilia
Banyaknya pekerjaan dan tanggung jawab membuat Isa harus bekerja lembur untuk malam ini. Pagi ini ia kembali di sibukkan dengan proyek baru yang harus di selesaikan dalam waktu kurang lebih dua hingga tiga minggu kedepan, waktu yang begitu singkat membuat Isa kuwalahan, apalagi dia tidak memiliki tangan kanan yang bisa membantunya kecuali sekretaris biasa.
Pada saat Isa tengah sibuk berkutat laptopnya tiba-tiba seseorang datang dan langsung bergelayut mesra di lengan kanan Isa sehingga membuat sang empunya seketika menolehkan kepalanya terkejut.
"Emilia, kenapa kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu jika ingin datang?"
Sontak Emilia mengerutkan keningnya. "Memangnya kenapa? Takut kalau istri kamu tahu?" Tanyanya dengan nada sinis.
Dengan cepat Isa menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak sayang, sudahlah jangan bahas dia ketika bersamaku!" Tegasnya.
"Isa, ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan kepada kamu,"
Suasana di dalam ruangan kantor itu seperti kami jadi serius dan menegangkan. Posisi duduk Emilia saat ini sudah berada di bangku tepat di depan Isa. Dengan cepat sang kekasih pun menutup laptopnya kemudian menatap sang kekasih itu dengan seksama.
"Apa Emilia?"
"Aku ingin mengakhiri hubungan ini, dan memintamu untuk menikahiku!"
Deg.
"Kamu becanda? Mana bisa aku menikah denganmu Emil, secara aku sudah memiliki istri. Meskipun aku tidak pernah mencintainya tetapi perjanjian pernikahan yang dibuat oleh kedua orang tuaku tidak berani aku langgar atau akan kehilangan seluruh aset yang diberikan," jawabnya.
Raut wajah Emilia itu berubah dingin dan menegangkan. "Aku tidak peduli! Sampai kapan kita menjalani hubungan seperti ini? Tanpa kejelasan dan tidak tahu apa tujuannya,"
"Wanita mana yang rela hubungannya digantung seperti ini?" Ucapnya menggebu sembari bantu cari tempat duduknya.
"Hey, tolong dengarkan aku dulu!"
"Lepaskan! Lebih baik aku pergi saja jika kamu tidak bisa menuruti permintaanku!"
Dengan cepat Isa menarik pergelangan tangan Emilia kemudian mendekapnya begitu erat. Meskipun awalnya mendapati tolakan dari Emilia tetapi beberapa detik kemudian wanita itu nampaknya sudah lebih baik.
"Tolong bersabarlah, aku pasti akan menikahimu sampai masa kontrak itu selesai. Saat ini aku juga sedang berjuang untuk mendapatkan restu kedua orang tuaku, tolong hargai perjuanganku ini Emilia,"
"Tapi sampai kapan Isa? Aku lelah melihat tingkah istrimu, aku cemburu jika kamu terus berada di dekatnya. Bagaimana jika suatu saat nanti kamu mulai jatuh cinta dengannya? Aku tidak mau itu terjadi," ucap Emilia sembari menitikan air matanya.
Hal itu membuat Isa seperti kata tersenyum kemudian mengacup singkat kening Emilia lembut dan penuh kasih sayang.
"Tidak akan terjadi! Percayakan semuanya kepadaku Emilia,"
"Baiklah, kalau begitu kapan kita survey rumah baru kita? Rasanya aku sudah tidak sabar untuk tinggal disana,"
"Emm... Kapan pun yang tuan putri inginkan akan raja laksanakan,"
Diam-diam Isa telah membangunkan rumah untuk Emilia. Tidak hanya itu ada dua perusahaan yang sedang dalam proyek pembangunan juga akan diatas namakan Emilia. Pastinya semua pembangunan itu tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, agar seluruh aset yang diberikan tidak di tarik kembali oleh papahnya.
Sepuluh tahun menjalin hubungan dengan Emilia membuat Isa tidak bisa melupakan sang kekasih hati itu. Sejam dulu kedua orang tuanya sangat membenci Emilia, bukan karena sikap dan karakter Emilia, tetapi karena orang tua Emilia merupakan musuh terbesar dari keluarga Davidson.
Persaingan bisnis yang begitu kata sehingga membuat hubungan mereka terancam kandas. Kedua orang tua itu sama-sama tidak merestui hubungan putra dan putri mereka, sudah ada banyak lelaki pengusaha kaya raya yang dijodohkan dengan Emilia, tetapi tidak ada satupun yang menarik perhatiannya. Hanya Isa yang selalu singgah di dalam hatinya.
Siang harinya pada saat Emilia dan Isa sedang berada di restauran tidak sengaja bertemu dengan sang papah yang baru saja selesai meeting dengan client. Pertemuan itu membuat Isa bergegas membawa Emilia untuk pergi, tetapi langkah itu terhenti kala dua pengawal pak Arman menghentikan mereka.
"Isa!"
"Om Arman, apa kabar?" Sapa Emilia ramah kepada pak Arman tetapi tidak mendapatkan respon darinya.
"Sejak kapan kamu munculkan hubungan dengan wanita ini? Apakah kamu lupa bahwa papa tidak menyukainya?" Tanya pak Arman begitu dingin dan tegas kepada putranya.
Isa yang mendengar itu pun seketika menatap sang papah malas.
"Memangnya kamu pikir setelah keluar dari keluarga Davidson bisa menghidupi wanita ini? Selama ini kamu dimanfaatkan olehnya tetapi karena cintamu itu membuat kedua matamu buta!"
"Ck! Berhenti pah! Apa salah Emilia pah? Selama ini dia berusaha baik kepada papah, tapi kenapa papa selalu bersikap buruk padanya?"
"Orang tuanya merupakan penjahat hebat, bagaimana mungkin sifat itu tidak menurun kepada anaknya? Cara buah tidak jatuh dari pohonnya!" Tegasnya sembari menatap sangit ke arah Emilia.
Kedua tangan Isa mengepal kuat. Menatap kedua mata sang papah dengan tajam, ia berusaha untuk menahan amarahnya agar tidak meledak di hadapan papanya.
"Cukup pah! Sudah cukup papa menghina Emilia. Seburuk apapun penilaian papah terhadap Emilia, aku akan tetap mendukungnya, asal papa tahu aku juga tidak akan pernah melepaskan Emilia!" Tegasnya.
Pak Arman menatap Emilia tajam menusuk sehingga membuat Emilia menundukkan kepalanya takut.
"Kalau sampai hubungan rumah tangga Isa dan Nikita hancur, Kamu adalah orang pertama yang akan aku salahkan. Aku akan membuat keluargamu menderita!" Tegas pak Arman kemudian pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja.
Selepas kepergian pak Arman, Emilia langsung memeluk tubuh Isa begitu erat sembari menangis histeris di dalam dekapan sang kekasih. Tidak bisa berbohong bahwa perasaannya sangat sensitif, sekuat apapun dia menunggu serta menjalani hubungan terlarang bersama Isa, tetap saja ia merasakan sakit ketika mendengar ancaman serta bagian dari pak Arman.
"Ssttss! Tenanglah Emilia, aku pasti akan berjuang untuk membuat kedua orang tuaku menyukaimu, tolong bertahanlah sedikit saja," pintanya sembari mengusap rambut sang kekasih penuh kasih sayang.
"Kedua orang tuamu begitu menyukai Nikita, berbeda denganku. Bagaimana mungkin aku bisa mempertahankan hubungan kita Isa? Sekuat apapun berjuang tetap saja istri saya akan menjadi pemenangnya," jawabnya sembari menangis tersedu.
"Tidak Emilia! Aku berjanji ini akan menjadi perjuangan yang terakhir kalinya, jika apapun yang aku usahakan saat ini tidak berhasil, maka terpaksa aku rela keluar dari keluarga Davidson dan memilih untuk hidup bersamamu," ucapnya dingin.
Sontak hal itu membuat Emilia mendongakkan wajahnya dan menatap sang kekasih itu meminta keyakinan.
"Kamu yakin?"
"Ya! Tetapi tunggu aku untuk berjuang mendapatkan sebagian asetku terlebih dahulu, aku tidak siap jika hidup menderita. Selama ini seluruh aset milik kedua orang tuaku yang di atas namakan diriku, ketika aku sudah tidak menjadi keluarga Davidson lagi, maka seluruh aset itu akan hilang,"
"Bantu aku!"
Bersambung...