2
Malam ini Eury kembali melakukan aksinya. Ia harus menyelesaikan tugas utamanya. Eury tidak mempunyai banyak data orang yang telah melakukan pembunuhan itu tapi yang Eury tahu pria itu memiliki tatto di bagian pergelangan tangannya. Sebuah tato berbentuk kepala harimau. Dan wajahnya, Eury hanya bisa melihat setengah saja karena bagian hidung sampai mulut tertutup oleh masker. Pembunuh itu yang pastinya adalah seorang penembak jitu. Eury belum pernah melihat penjahat itu sebelumnya dan saat di berikan data-data tentang pembunuh itupun Eury tidak bisa memastikannya.
Eury memulai pencariannya di sebuah club malam. Sebuah club yang selalu di kunjungi oleh mafia. Malam ini ia akan menjadi seorang waitress.
Kemampuan Eury dalam dunia seperti ini tidak perlu diragukan lagi. Ia bahkan masuk dengan mudah ke dalam club itu. Ia segera mengenakan pakaian waitress dan menutup wajahnya dengan masker.
"Kenapa kau menggunakan masker?" Seorang penjaga tempat itu bertanya pada Eury.
"Aku sedang terkena flu," Eury menjawab sesantai mungkin. Suara seraknya memperkuat penyamarannya.
"Sudahlah, cepat bekerja sana." Pria itu mendorong bahu Eury agar segera bekerja.
Eury menganggukan kepalanya lalu segera bekerja. Pakaian waitress di club ini hampir sama dengan costum penari erotis, itu menurut Eury. Kulit mulus Eury terpampang indah, malam ini akan ada banyak tangan jahil yang mencoleknya dan akan ia pastikan kalau akan ada banyak pria yang akan mengajaknya tidur. Eury sudah terlalu terbiasa dengan hal ini. 7 tahun lalu ia pernah bekerja di sebuah bar di Columbia selama hampir 1 tahun.
"Pelayan," Pelanggan pertama sudah Eury dapatkan. Club ini baru saja buka tapi sudah banyak orang yang mengisinya. Dan catat, hampir semuanya adalah mafia, bukan mafia yang berada di kelas menengah ke bawah tapi menengah ke atas. Kenapa Eury menargetkan tempat ini, karena ia tahu pria itu pastilah orang kelas menengah. Seorang sniper handal seperti itu pasti memiliki banyak uang.
"Ya, Tuan. Anda mau pesan apa?" Eury menggunakan suara seraknya.
Pria-pria yang berada di tempat duduk itu bisa menilai kalau Eury adalah gadis cantik meski Eury menggunakan masker.
"Berikan kami coktail dan kentang goreng." Pria berkulit pucat yang memanggil Eury tadi memesan.
"Baiklah. Ada lagi?"
"Untuk saat ini itu dulu, tapi satu jam lagi kami ingin kau menemani kami," Pria dengan rambut terkuncir menjawabi Eury.
"Tentu saja. Saya akan menemani kalian, saya permisi,"
Menemani? Mungkin sebelum Eury menemani orang-orang itu ia akan memusnahkan 4 pria yang menurut Eury sangat menjijikan itu. Eury begitu membenci mafia, tapi ia tidak bisa membunuh saat ini, akan berbahaya baginya jika membuat keributan di tempat seperti ini.
Eury segera ke bartender, memesan minuman untuk para pria menjijikan. "Kau baru?" Bartender itu menatap Eury. Ia merasa asing dengan Eury.
"Ya, aku pekerja baru. Aku mahasiswa yang mengambil kerja paruh waktu disini,"
"Ah ya, aku ingat. Tuan Micko mengatakan akan ada pekerja baru hari ini,"
Bukan sebuah kebetulan bagi Eury karena ini adalah hasil susunan Eury. Allary menyadap telepon di tempat ini dan ia mendapatkan informasi tentang kerja paruh waktu. Pekerja yang harusnya bekerja saat ini tengah berada di sebuah gudang, ya, Eury yang sudah menyekapnya.
"Ini," Bartender itu menyerahkan pesanan Eury. "Semoga kau betah bekerja disini," Kata bartender pria itu. Bartender itu tidak sedang ingin menggoda Eury, ia hanya bersikap ramah saja.
"Hm," Eury berdeham. Setelahnya ia segera kembali ke 4 pria tadi.
Eury menunduk meletakan pesanan tadi. Rok pendeknya yang hanya dua jengkal dari pinggul semakin terangkat hingga memperlihatkan lebih banyak pahanya.
"Kau indah sekali," Jari telunjuk si pria berkulit pucat menyusuri paha Eury.
"Terimakasih," Eury bersuara manis. "Silahkan dinikmati,"
Eury segera melangkah, tapi kakinya berhenti saat tangannya ditahan oleh si pria berkuncir.
"Berapa hargamu semalam?"
"Tuan, bisa membayarku berapapun. Aku tidak pernah mematok harga,"
Pria itu menyentak tangan Eury, membuat tubuh Eury menabrak tubuh pria itu. Bibir pria itu menyusuri leher Eury. "Aku tunggu kau sepulang kau bekerja," bisiknya bergairah, pria itu menggigit kecil cuping telinga Eury.
"Aku berharap waktu cepat berlalu," Eury membalas dengan suara sexynya.
Pria tadi meremas bokong Eury, setelahnya Eury pergi meninggalkan pria-pria itu. Ia beralih ke pelanggan lainnya. Sambil melayani ia terus menelusuri tiap sudut tempat itu.
Satu jam sudah Eury berada di club malam ini tapi ia masih belum menemukan apapun.
"Pelayan," seorang pria dengan tato kepala harimau memanggil pelayan.
"Biar aku saja," Seorang pelayan cantik menyerobot Eury. Pelayan itu segera mendekati pria yang tadi memanggilnya.
Eury tak melihat tangan pria itu, ia kembali bekerja.
"Cih, dasar Delilah, ia selalu saja mengambil pelanggan yang tidak pelit," Seoran g pelayan mengoceh di dekat Eury.
"Tak apa, kau akan temukan pelanggan yang lain. Di tempat ini banyak pria-pria berdompet tebal," Pelayan yang bername tag Jean itu menepuk pundak Eury seolah menguatkan Eury.
"Pelayan!" Suara itu terdengar, Eury segera mendekati pria yang memanggilnya.
"Mau pesan apa, Tuan?" Eury sudah berada di depan pria yang memanggilnya.
"Sex on the beach untuk 2 orang dan cemilannya,"
"Baiklah. Akan segera saya pesankan."
"Antarkan ke meja yang berada di sudut sana," Pria itu menunjuk ke sebuah tempat.
"Baik, Tuan,"
Eury segera memberi nota pesanan pada bartender. Setelah selesai ia segera menuju ke meja yang berada di sudut ruangan. Pria yang tadi memanggil Eury ada disana.
"Maaf, aku terlambat," Suara itu seperti melodi mematikan untuk Eury. Meski sudah 7 tahun, Eury tetap mengingat suara itu dengan baik.
"Tidak apa-apa, Arche. Aku juga baru datang," Pria yang memanggil Eury tadi adalah Ozzie.
Eury bersikap sesantai mungkin. Ia meletakan pesanan ke atas meja. "Silahkan dinikmati," Eury mengubah suaranya menjadi sedikit besar. Jika selama 7 tahun ia tidak bisa melupakan suara pria yang memperkosanya bukan tidak mungkin pria itu juga akan ingat pada suaranya.
"Ada lagi yang anda butuhkan?"
"Tidak ada, kau boleh pergi," Ozzie menjawab pertanyaan Eury.
Eury segera membalik tubuhnya. "Tunggu!" Jantung Eury seakan ingin lepas. Apa mungkin pria itu mengenalinya?
"Ya, Tuan," Eury membalik tubuhnya.
"Jika kau sakit sebaiknya kau tidak bekerja. Tempat ini tidak membutuhkan orang sakit,"
Kecemasan Eury menghilang. Ternyata pria itu tidak mengenalinya.
"Jangan salahkan dia Arche. Dia hanya butuh uang. Lagipula tempatmu ini sangat ramai, pelayan memang sangat dibutuhkan disini,"
Eury terdiam. Jadi club ini milik pria di depannya.
"Pergilah!" Arche bersuara tanpa minat.
Eury segera meninggalkan Ozzie dan Arche. "Jadi ini tempatnya? Akan aku jadikan tempat ini seperti rumahku dulu." Pembalasan, Eury akan melakukan pembalasan.
Pekerjaan Eury tidak menemukan titik terang, ia tidak menemukan pria itu di club itu, tapi tidak sia-sia dia ke tempat itu karena kali ini Eury menemukan pria yang sudah merusak hidupnya.
Tak ada gunanya bagi Eury meneruskan pekerjaannya. Ia akan segera keluar dari tempat itu. Tapi sebelum keluar, Eury akan melakukan satu hal terlebih dahulu. Eury melangkah dengan hati-hati, ia memastikan kalau tak ada orang yang mengikutinya. Ia sampai di mobilnya, ia mengambil sebuah tas lalu masuk melalui jalan yang tak di jaga oleh keamanan. Jalur yang hanya digunakan oleh para pekerja disana.
Eury menyetel sebuah alat, saat ini yang sedang ia pegang adalah alat pemicu ledakan. Eury melangkah menuju ke tempat yang ramai, ia meletakan tas yang ia bawa ke bawah meja. Eury sudah memastikan kalau ia aman.
Setelahnya Eury segera keluar dari tempat itu. Ia masuk kembali ke dalam mobilnya yang tidak mengenakan plat. Eury menghidupkan sebuah ponsel, ia menekan tombol pada ponsel itu lalu meletakan ponsel itu ke telinganya.
"Dalam waktu 20 detik lagi tempat itu akan meledak. Selamatkan diri kalian," Usai mengatakan itu Eury segera mematikan ponselnya dan membuang sim card ponsel itu.
Mobil Eury segera meninggalkan tempat itu. Ia menghitung mundur, para pengunjung club itu sudah berlarian keluar dari club. "5, 4, 3, 2, 1," Duar,, ledakan besar terjadi di club tadi. Bom yang Eury gunakan meruntuhkan tempat itu.
"Mata untuk mata, nyawa dibayar nyawa," Eury tersenyum culas. Kepalanya kembali menghadap ke depan, kobaran api di tempat itu membuat Eury amat bahagia. Ia akan membalas Arche, dan ia pastikan caranya akan sama.
Eury merasakan kesenangan sementara Arche merasakan kemarahan yang sampai ke ubun-ubun. Bagaimana bisa ada orang yang berani menyentuh tempatnya, bukan hanya menyentuh tapi menghancurkannya. Pemerintah saja tak berani melakukan hal ini pada tempatnya.
"Bodoh kalian semua!!" Arche menerjang satu persatu penjaganya. "Apa saja kerja kalian hah!! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti ini!!" Bugh,. Bugh,, Arche meninju orang-orangnya.
Arche mengurut keningnya, kepalanya berdenyut nyeri. Ia memandangi club miliknya yang terbakar. Brak.. Arche menerjang penjaga yang berada tepat di depannya, penjaga itu tersungkur hingga kebelakang.
"Arche. Aku dapatkan USB yang menyimpan rekaman clubmu. Kita periksa ini dan lihat siapa yang sudah menghancurkan tempatmu," Ozzie memang terlalu nekat. Ia memasuki club yang terbakar itu hanya untuk mendapatkan memory card yang menyimpan semua rekaman di club.
Ozzie segera menuju ke mobilnya, dibelakangnya ada Arche yang menyusul.
Ozzie membuka laptopnya lalu segera melihat rekaman kamera pengintai. Ozzie mempercepat video itu jadi sepuluh menit sebelum ledakan. Ozzie dan Arche mengamati dengan cermat. "Ini dia," Ozzie memperlambat rekaman itu.
"Pelayan itu!" Arche mengepalkan kedua tangannya. "Bangsat!!" Ia mengumpat murka. Bahkan ia pun tertipu oleh wanita itu.
"Arche, minta Micko untuk kesini,"
Arche keluar dari mobil Ozzie. Ia segera menarik Micko ke dalam mobil Ozzie.
"Micko. Kau mengenal wanita ini?" Ozzie menunjukan rekaman tadi pada Micko.
"Tidak, Tuan," Micko jelas tidak mengenalinya. Ia belum pernah bertemu dengan wanita disana.
"Kau yakin? Dia menggunakan baju pelayan tempat ini?"
"Saya memang ada mempekerjakan pelayan baru, tapi bukan wanita ini,"
Dugh,, Arche memukul kepala Micko dengan tangannya. "Kalau dia bukan pegawaimu bagaimana bisa dia masuk ke dalam club!!"
"M-maafkan saya, Tuan,"
Arche tidak bisa mentolerir kesalahan. Kebodohan Micko adalah tidak mengecek satu persatu karyawannya. "Keluar kau dari sini!" Arche mendorong Micko hingga terjungkal keluar dari mobil.
Micko mulai melangkah. Arche mengeluarkan handgunnya, wush.. tubuh Micko tergeletak di belakang club itu.
"Tidak berguna," Semudah itu Arche menghabisi nyawa orang lain.
"Ozzie, periksa rekaman lainnya. Tempat parkiran,"
Ozzie segera memeriksa rekaman lainnya.
"Wanita ini cerdik sekali. Ia menggunakan mobil tanpa plat," Ozzie menatap Eury yang masuk mobil Porshe berwarna abu-abu tanpa menggunakanplat.
"Tunggu sebentar," Ucapan Ozzie membuat Arche menatap Ozzie. Ozzie menggerakan jarinya membuka sebuah file foto penggagalan transaksi Arche. "Wanita ini dan wanita yang meledakan clubmu satu orang," Ozzie sangat cerdik. Ia bisa menyimpulkan dengan cepat.
Arche baru menyadari itu. "Wanita itu. Dia benar-benar mencari masalah denganku." "Aku tidak bisa membiarkan dia hidup lebih lama lagi. Aku akan mencarinya dengan tanganku sendiri." Jika Arche sudah turun tangan itu artinya ia benar-benar terganggu. Arche akan menggunakan segala cara untuk membalas orang yang sudah mengusik miliknya.