Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Membuka Jalan

“Sebenernya Bu Viona itu siapa sih?” tanya Alex saat dia dan Siska dalam perjalanan.

“Mungkin bisa dibilang Bu Viona itu adalah salah satu orang kepercayaan Pak Baskara di kantor. Beliau memegang kendali Star Media yang gerak di dunia hiburan dan periklanan.”

“Oh, ku pikir dia salah satu direktur di sana.”

“Bukan, dia hanya bagian dari direksi Media grup. Oh ya, emang yang dikasih Bu Vio tadi tuh kartu nama siapa sih?”

“Katanya itu salah satu penjaga perdagangan besar. Salah satu rekanan Pak Arman. Kita harus buka itu dengan cara kita sendiri.”

“Woow ... ini langkah luar biasa. Gw pikir pemasaran adalah jalan buntu kita, ternyata Bu Vio bantuin kita. Bagus deh.”

Selama dalam perjalanan Siska dan Alex mencari informasi tentang Ko Rudi. Tapi tentu saja itu sulit. Tapi Siska memiliki informan yang lumayan mengetahui sedikit tentang Ko Rudi.

Siska segera memberi tahu informasi itu dan menyuruh Alex segera memikirkan strategi untuk menekan Ko Rudi. Kemampuan negosiasi Alex diperlukan saat ini.

Setelah kemampuan penciptaan barang luar biasa yang diturunkan oleh gen ibunya sudah dia tunjukkan, kini saatnya gen sang ayah yang harus dia keluarkan. Gen menjadi pemimpin yang sudah mengalir di dalam darahnya dan saat ini sedang di asah.

Mobil mereka berhenti di sebuah komplek ruko di pinggiran kota. Alex dan Siska segera turun dari mobil dan masuk ke salah satu ruko. Kedatangan mereka berdua disambut oleh tiga orang berbadan besar dan mempunyai banyak tato di tubuh mereka.

“Mau ngapain kalian ke sini?” tanya salah seorang dari mereka.

“Mau ketemu sama Ko Rudi," jawab Alex tegas.

Orang yang berhadapan dengan Alex itu melihat Alex dan Siska dari atas ke bawah. Sepertinya mereka sedang mengenali orang di depan mereka itu.

“Dari mana kalian?”

“Media Grup.”

Tiga orang itu segera saling berpandangan, mereka melihat tanda pengenal yang menggantung di leher Alex dan Siska.

“Tunggu sebentar.”

Salah satu dari orang yang berbadan besar itu pergi ke lantai dua. Sepertinya dia akan ke ruangan Ko Rudi. Dan tak lama kemudian dia kembali lagi.

“Ikut aku. Ko Rudi nunggu di atas.”

Alex dan Siska pun akhirnya mengikuti langkah orang itu naik ke lantai dua. Sebuah pintu di bukakan untuk mereka berdua dan menyuruh mereka masuk.

Saat Alex dan Siska masuk, di dalam ruangan itu ada seorang pria keturunan tionghoa yang sudah berumur dan satu lagi seorang pria berbadan tegap berkulit coklat yang berdiri di sebelah meja orang tionghoa itu.

“Siapa kalian?” tanya Ko Rudi kaget karena tidak mengenali tamunya.

“Kami orang Media Grup,” ucap Alex yang sudah duduk di depan meja Ko Rudi.

“Media Grup. Apa yang dilakukan orang dari perusahaan raksasa sampai datang ke tempatku yang kecil ini.”

“Tidak jauh berbeda dengan yang lain. Bukakan jalur perdagangan untuk kami.”

“Hahahahahaaa ... apa aku tidak salah dengar. Sebuah perusahaan besar meminta bantuan pada orang seperti kami. Kalian sangat lucu,” Ko Rudi tertawa girang.

“Ya mungkin kami lucu. Datang ke sini tanpa banyak persiapan dan uang besar di tangan kami. Tapi kami yakin kalian akan membukakan jalur itu untuk kami.”

“Cih! Sombong sekali kamu. Memangnya apa yang kamu punya?” tanya Ko Rudi sambil menempelkan badannya ke meja agar lebih dekat dengan Alex.

“Tidak banyak. Mungkin kalau aku melaporkan sebagian bisnis ilegal kalian pada kepolisian, kalian akan sedikit kesulitan keuangan. Tapi aku tidak yakin itu akan menggoyangkan bisnis kalian dalam waktu lama.”

“Hahahahaa ... kalian pikir aku punya bisnis seperti itu? Dan kalau pun ada, kalian tidak akan bisa membuktikan kalau itu adalah milikku.”

“Oh iya, kamu benar, Ko. Aku lupa akan hal itu. Tapi setidaknya ada orang yang bisa membuktikannya.”

“Siapa? Kamu dari tadi bicara ngawur!”

Siska yang tidak mengerti tentang apa yang dikatakan Alex jadi sedikit khawatir. Dia takut pertolongan dari Viona ini akan berakhir begitu saja. Dia sampai menoleh ke Alex, takut dia akan semakin salah bicara.

Alex pun tak kalah akal. Dia segera memutar otak mencari apa yang bisa dia gunakan untuk menekan lagi. Dia melihat ada tulisan nama seseorang yang sepertinya penting di atas meja. Sepertinya itu bisa dia gunakan.

“Wijaya. Koko kenal dengan nama itu kan?”

Mendengar nama itu disebutkan, ekspresi wajah Ko Rudi berubah, “Wijaya? Siapa dia?” tanya Ko Rudi dengan suara bergetar.

‘Yes! Kena lu!’ ucap batin Alex.

“Masa Koko ga kenal Wijaya. Apa perlu aku telepon Pak Harry Wijaya,” Alex makin menekan Ko Rudi dengan mengeluarkan ponselnya.

Ko Rudi mulai terlihat goyah. Dia melihat ke arah Alex dengan pandangan penuh kecurigaan. Dia terlihat sedikit bimbang juga.

“Apa yang kalian mau?”

“Seperti yang aku bilang tadi. Buka jalur perdagangan untuk barang yang akan aku pasarkan dalam waktu dekat.”

“Apa kalian gila. Kalian datang ke tempat yang salah.”

“Kalo aku datang ke tempat yang salah, tidak mungkin Arman sering berkunjung ke sini kan. Waah gimana kalo Wijaya Grup sampe tau tentang ini ya.”

“Brengsek!”

Saat umpatan amarah Ko Rudi keluar dari mulutnya, ternyata itu adalah sandi untuk asistennya harus mulai menyerang tamunya itu.

Namun sayangnya kecepatan tangan yang dimiliki oleh asisten Ko Rudi kalah cepat dengan tangan Siska. Siska yang memiliki kepekaan tinggi karena terlatih beladiri dari kecil lebih tahu kapan musuh akan menyerang.

Tangan Siska kini sudah mencengkeram leher sang asisten. Meskipun dia berbadan kecil tapi kekuatan cengkeramannya bisa membuat asisten Ko Rudi yang berbadan besar itu tidak bergerak. Alex sampai takjub pada kemampuan Siska yang tersembunyi itu.

“Jangan main kasar, Ko. Kita dateng ke sini baik-baik lho. Apa susahnya sih membuka jalur perdagangan itu buat kami. Koko bisa lakukan buat Arman kenapa ke aku ga bisa.”

“Kurang ajar kalian!”

Terdengar pintu ruangan dibuka dengan sangat kencang. Dengan cepat Alex segera menarik tangan Ko Rudi yang ada di atas meja dengan kuat sampai badan Ko Rudi jatuh telungkup di atas meja. Dia kemudian menekan kepala Ko Rudi ke meja dengan sangat keras sampai dia mengaduh.

Braak!

Bunyi hantaman kepala Ko Rudi yang membentur meja dengan sangat keras terdengar di ruangan itu. Pria paruh baya itu sampai mengaduh.

“Jangan ikut campur! Ato Bos kalian akan mati sekarang juga!” ucap Alex keras.

“Aduh, sakit! Mundur kalian semua. Apa yang kamu mau?” ucap Ko Rudi sambil merintih kesakitan.

“Perjanjian. Cepat buat perjanjiannya.”

“Lepaskan aku dulu. Gimana aku bikin kalo aku kaya gini.”

“Jangan macam-macam denganku! Aku ga pernah main-main!”

“Iya aku janji.”

Ko Rudi segera membuat surat perjanjian itu. Dia hanya menyuruh Alex mengirimkan contoh gambar barang yang akan dia pasarkan dan waktu penjualannya.

Kini surat perjanjian sudah di tangan. Alex dan Siska segera pergi meninggalkan kantor Ko Rudi dan kembali ke Media Grup.

“Kita tim yang keren kayanya,” ucap Siska sambil tos dengan Alex merayakan keberhasilan mereka.

***

Rapat direksi tentang peluncuran produk baru pun digelar. Arman dan timnya kini duduk berhadapan dengan Alex dan Siska. Rapat dimulai tepat setelah Baskara datang.

Presentasi dari tim 1 pimpinan Arman seperti dugaan Alex akan mendapatkan banyak dukungan, ini bukan hal aneh lagi. Kini saatnya Alex yang presentasi.

“Ide apa ini? Sofa apa yang dijual 80 juta! Jangan melawan pasar!”

“Iya, kalo kita merugi karena produk yang sudah jelas gagal ini, siapa yang mau tanggung jawab!”

Kalimat-kalimat yang meragukan kemampuan Alex kembali terdengar. Tapi karena ini sudah setengah jalan, Alex masih percaya diri saat ini. Apa lagi Ko Rudi sudah di tangannya.

“Coba tenang dulu, ini kan masih belum tentu tidak berhasil apa salahnya kalau kita coba dulu,” ucap Viona.

“Mau dicoba gimana, Bu. Harga itu terlalu mahal meskipun fasilitasnya lengkap. Orang tidak akan membutuhkan hal yang aneh seperti ini.”

“Pa, Vio punya usul,” ucap Viona.

“Apa itu?”

“Gimana kalo kita buat iklan pre order untuk dua barang ini. Masing-masing 500 buah. Siapa yang menjual lebih banyak dan paling cepat, itu pemenangnya. Kalo pre order kan tidak perlu diproduksi dulu, gimana?”

“Sepertinya itu ide bagus.”

“Iya bener. Ini mengurangi kerugian yang besar kalo barang ga laku.”

“Jangan lupa, batas penjualan juga tidak boleh lebih dari 3 hari,” ucap Erik.

‘Haah! 3 hari untuk 500 unit?’ ucap batin Alex kaget.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel