Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3 - Katakan padanya untuk berhenti bermimpi atau aku akan menghancurkan hidupnya!

“Ayah, aku tidak mau tahu, aku yang harus menikah dengan Oliver Phoenix.” Lilly berseru pada ayahnya dengan wajah kesal setengah mati. Hatinya berdarah, ia tidak akan pernah rela Amber menikahi pria menjanjikan seperti Oliver.

Miller menatap putrinya yang sejak tadi membuat ulah. Jika saja Lynda tidak membuat Lilly berhenti bicara mungkin saja ia akan mengalami kecelakaan karena mengemudi dalam keadaan marah. Saat ini hati nuraninya sedang menderita. Ia masih tidak ingin menyerahkan Amber pada Oliver. Ia jelas tahu benar bagaimana tidak berbelas kasihnya seorang Oliver, bagaimana jika keponakannya diperlakukan dengan buruk? Ia tidak akan mungkin bisa menghadapi adiknya di akhirat nanti. Ia telah berjanji pada adiknya untuk menjaga Amber, tapi pada akhirnya ia juga yang mendorong Amber menuju kehidupan yang kelam.

“Sayang, Oliver Phoenix sangat cocok dengan putri kita. Aku pikir sebaiknya kau berbicara dengan Tuan Oliver bahwa yang seharusnya menikah dengannya adalah putri kita.” Lynda juga tidak ingin kehilangan menantu luar biasa seperti Oliver. Siapa yang tidah tahu pengaruh keluarga Phoenix di benua ini. Memang benar penerus keluarga Phoenix tidak berbelas kasihan dan kejam, tapi pasti ada pengecualian untuk istri dan mertuanya.

Ia tidak peduli bagaimana pria itu bersikap di luar sana, yang ia pedulikan hanyalah harta kekayaan dan kekuasaan keluarga Phoenix. Ditambah lagi Lilly juga menginginkan pernikahan itu. Jadi, ia tidak menjual putrinya sendiri demi kemuliaan.

“Pengaturan pernikahan itu bukan aku yang menentukan. Dan jika aku memiliki jalan keluar lain aku tidak akan mengirimkan Amber pada Oliver Phoenix.” Miller menjawab dengan putus asa. “Dan kau, Lilly, kau sedang menjalin hubungan dengan Arthur Smith, bagaimana bisa kau ingin menikahi pria lain sekarang!”

Miller sangat tidak senang dengan sikap putrinya saat ini. Lilly sudah memiliki pasangan, tapi kini memimpikan pasangan sepupunya sendiri. Itu sangat tidak pantas.

“Ayah, apakah aku benar-benar putrimu?” Lilly semakin marah pada Miller. “Ayah selalu memberikan yang terbaik untuk Amber sejak kecil, dan sekarang Ayah bahkan memilihkan pria yang luar biasa untuk Amber. Tidak, Ayah, aku tidak akan membiarkan Amber mengambil milikku kali ini. Hanya aku yang pantas menjadi istri Oliver Phoenix.”

Kepala Miller seperti akan meledak. Kenapa sulit sekali bicara dengan putrinya sendiri, andai saja putrinya memiliki setengah saja sifat Amber maka ia pasti bisa mati dengan tenang. Seharusnya Lilly lebih pengertian pada Amber, Amber telah kehilangan orangtuanya jadi Amber membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Ia hanya memperlakukan Amber dengan baik dengan memenuhi segala kebutuhan Amber serta mengasihi Amber, tapi Lilly selalu saja memusuhi Amber dan memperlakukan Amber dengan buruk.

“Apa kau tidak melihat bagaimana Oliver memperlakukannmu tadi? Dia tidak menyukaimu, bagaimana kau bisa menjadi istrinya jika dia saja menolakmu!” Miller mengatakannya dengan kejam agar putrinya bisa berhenti berkhayal. Oliver Phoenix bukan seseorang yang bisa disentuh dengan mudah. Selain itu seperti yang ia katakan, pernikahan antara Oliver dan Amber bukan ia yang menentukannya.

Oliver sendiri yang memilih Amber sejak awal. Ia tidak tahu bagaimana Oliver mengetahui tentang Amber karena selama ini ia jarang membawa Amber ke urusan bisnisnya.

“Itu semua karena Ayah hanya membicarakan Amber di depan Oliver. Ayah tidak pernah menyebutkan apapun tentangku!” geram Lilly. Ia selalu berpikiran buruk tentang ayahnya yang menurutnya akan selalu mendahulukan Amber daripada putrinya sendiri.

“Lilly, tenangkan dirimu.” Lynda menegur putrinya. Ia tidak suka Lilly berbicara dengan kasar pada Miller meski pada kenyataannya ia juga memikirkan hal yang sama dengan yang Lilly katakan tadi. “Suamiku, kau hanya perlu mencoba untuk bicara dengan Oliver Phoenix. Sebutkan tentang Lilly serta semua kelebihan yang Lilly miliki. Putri kita jauh lebih baik dari Amber.”

“Tuan Oliver tidak akan mendengarkan kata-kataku meski mulutku berbusa. Tidak akan ada yang bisa mengubah pernikahan Amber dan Tuan Oliver kecuali Tuan Oliver sendiri. Berhenti menjadi tidak masuk akal! Kepalaku akan meledak karena kalian berdua!” Setelah itu Miller meninggalkan anak dan istrinya lalu pergi ke kamarnya.

Jika ia tetap tinggal di antara dua wanita yang tidak bisa berpikir dengan baik itu maka ia pasti akan terkena darah tinggi karena kemarahan yang tidak bisa ditangani lagi.

“Ayah! Aku tidak peduli, aku yang harus menjadi pengantin Oliver Phoenix!” teriak Lilly yang diabaikan oleh Miller.

“Ibu, lihat bagaimana Ayah memperlakukanku! Dia lebih menyayangi Amber daripada aku. Ibu, aku tidak bisa menerima semua ini. Oliver Phoenix harus menjadi milikku.” Lilly beralih ke ibunya. Harapannya saat ini hanyalah ibunya. Wanita ini selalu memiliki jalan untuk membantunya mendapatkan apa yang ia inginkan. Ibunya selalu memanjakannya dan menyayanginya berbeda dengan ayahnya yang pilih kasih.

“Tenang dan jaga perilakumu, Lilly.” Lynda bicara dengan tegas. “Ibu akan bicara lagi dengan ayahmu, tapi jika itu benar-benar tidak mungkin bagimu untuk menikah dengan Tuan Oliver maka kau harus bisa menerima.” Lynda benci mengatakan hal ini. Ia tidak terima putrinya dikalahkan oleh Amber. Namun, jika memang tidak ada jalan maka ia tidak bisa memaksa.

“Ibu, kau harus melakukannya dengan baik. Ayah belum mencoba bicara dengan Oliver. Aku yakin Oliver pasti akan menyukaiku. Aku jauh lebih baik dari Amber.” Lilly memelas pada ibunya. Ia sangat percaya diri padahal ia telah ditolak tanpa ampun oleh Oliver beberapa saat lalu.

“Sekarang kembalilah ke kamarmu. Ibu akan membujuk ayahmu.”

“Terima kasih, Ibu. Kau yang terbaik.” Lilly memeluk ibunya lalu ia segera melangkah menuju ke lantai dua, tempat di mana kamarnya berada.

Lynda menyusul suaminya. Ia masuk ke dalam kamar dan menemukan suaminya tengah duduk di sofa.

“Sayang.” Lynda bersuara lembut. Untuk membujuk suaminya ia harus menggunakan cara lembut.

“Aku tidak bisa menukar Amber dengan Lilly. Itu benar-benar tidak mungkin untuk aku lakukan.” Miller sudah tahu apa yang ingin istrinya bicarakan dengannya.

“Cobalah bicara dengan Oliver terlebih dahulu. Akan lebih baik jika dia menjadi menantu kita.” Lynda memikirkan manfaat Oliver di dalam keluarga mereka ke depannya.

Wajah Miller benar-benar tampak lelah. “Aku akan mencobanya. Namun, jika itu tidak berhasil maka jangan pernah membahas hal ini lagi.” Miller mengatakan itu untuk menghentikan istrinya, ia akan melakukan seperti yang istri dan putrinya inginkan. Namun, ia tidak bisa berjanji pada hasil akhirnya.

“Baiklah. Aku sangat menghargai usahamu.” Lynda mengelus tangan suaminya dengan lembut.

Keesokan harinya, Miller benar-benar mencoba untuk bicara dengan Oliver. Ia datang ke perusahaan Oliver, tapi karena ia tidak memiliki janji maka ia tidak bisa bertemu dengan Oliver. Jadi, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah menelpon asisten pribadi Oliver, Levon Almero.

“Tuan, bisakah saya berbicara dengan Tuan Oliver?” Miller bersuara dengan sopan.

“Saya akan berbicara pada Tuan Oliver terlebih dahulu.”

“Baik, Tuan Levon.”

Menunggu beberapa detik, akhirnya suara Oliver terdengar dari seberang sana. “Katakan!”

“Tuan, bisakah saya bertemu dengan Anda?”

“Aku tidak memiliki waktu. Urusan kita sudah selesai.”

“Tuan, putri saya menyukai Anda. Apakah bisa jika Amber digantikan oleh putri saya, Lilly Stanley.” Miller mengatakannya setelah mengumpulkan keberanian yang cukup banyak. Ia tahu seperti apa hasilnya, tapi ia tetap mengatakannya.

“Putrimu tidak layak untukku. Katakan padanya untuk berhenti bermimpi atau aku akan menghancurkan hidupnya!” sinis Oliver.

“Saya mengerti, Tuan. Maafkan atas kelancangan saya.” Miller tidak mau melihat putrinya berakhir mengenaskan jadi ia meminta maaf agar Oliver tidak tersinggung lagi.

“Besok aku akan menikah dengan Amber. Kau dan keluargamu tidak perlu hadir di acara itu!”

“Tapi, Tuan…” Miller belum selesai bicara, tapi panggilan sudah diputuskan sepihak oleh Oliver.

Wajah Miller tampak tidak berdaya saat ini, ia bahkan tidak bisa hadir di acara pernikahan keponakannya sendiri. Ia merasa begitu sedih, sejak Amber menjadi tanggung jawabnya ia sangat ingin menjadi pendamping Amber di pernikahan Amber kelak, tapi siapa yang tahu bahwa ia bahkan tidak bisa melihat Amber di hari penting itu.

Miller akhirnya menghubungi Amber. “Sayang, bisakah kau makan siang dengan Paman?”

“Bisa, Paman.”

“Baiklah, kalau begitu Paman akan mengirim supir untuk menjemputmu.”

“Baik, Paman.”

Segera, makan siang tiba. Amber sudah duduk berhadapan dengan Miller. Tatapan Miller pada Amber saat ini begitu rumit, terdapat rasa bersalah yang besar di sana.

“Paman tidak bisa hadir di acara pernikahanmu besok, maafkan Paman.” Miller berkata dengan penyesalan di matanya.

“Kenapa Paman tidak bisa datang?” tanya Amber. Ia tidak tahu jika Oliver tidak mengizinkan keluarganya hadir di pernikahannya.

“Tuan Oliver tidak mengizinkan kami datang.” Miller menjawab jujur. “Maafkan Paman karena membuatmu melakukan pernikahan dengan Tuan Oliver.”

“Paman, tidak perlu meminta maaf. Aku benar-benar baik-baik saja dengan menikahi Tuan Oliver.” Amber harusnya berterima kasih pada pamannya karena telah mempertemukannya kembali dengan pria masa kecilnya.

Namun, meski Amber mengatakan tidak apa-apa, Miller masih merasa buruk. Keponakannya bisa memiliki pernikahan yang indah dengan pria yang dicintai olehnya, tapi hal itu harus terkubur karena ketidakmampuannya.

Miller mengeluarkan kotak hitam lalu menyerahkannya pada Amber. “Ini adalah hadiah pernikahanmu dari Paman. Terima kasih telah membantu Pamanmu yang tidak berguna ini.”

“Paman, jangan bicara seperti itu. Aku tidak melakukan pernikahan dengan terpaksa.” Amber memandangi pamannya dengan lembut. Ia kemudian meraih hadiah dari pamannya. Tidak mungkin baginya untuk menolak niat baik pamannya terlebih itu tentang pernikahannya. Amber membuka kotak itu terdapat satu set perhiasan permata di sana. “Paman, ini terlalu mahal untukku.” Amber merasa tidak pantas menerimanya.

“Tidak, itu tidak terlalu mahal. Terima saja. Hanya itu yang bisa Paman berikan padamu sebagai hadiah pernikahan,” seru Miller.

Amber menghela napas, ia terpaksa menerima hadiah mahal itu. “Terima kasih, Paman. Aku sangat menyukainya.”

“Paman senang kalau kau menyukainya.” Hati Miller menghangat ketika melihat senyum tulus di wajah keponakannya. Setelah itu keduanya makan siang bersama.

***

Lilly meledak karena kemarahan, ayahnya memberikannya kabar yang tidak ia harapkan sama sekali. Ia benar-benar tidak bisa menerima semua ini. Kenapa Amber selalu mendapatkan yang jauh lebih baik dari yang ia dapatkan. Tidak! Amber harus tetap berada di bawahnya agar ia bisa menginjak-injak Amber.

“Berhenti membuat ulah atau ayah akan menarik semua fasilitas yang kau gunakan saat ini!” Miller tahu apa yang dipikirkan oleh putrinya. Ia sudah berusaha, tapi putrinya masih saja tidak puas. Ia benar-benar tidak mendisiplinkan putrinya dengan baik.

Mendengar ancaman dari ayahnya Amber semakin marah, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak bisa kehilangan semua fasilitasnya. Ia masih memiliki banyak gaun dan perhiasan yang ingin ia beli.

“Aku membenci Ayah!” Lilly segera berdiri dari sofa lalu meninggalkan ruang keluarga. Wanita itu selalu memaksakan kehendak dan kekanak-kanakan.

“Sayang, ayo kembali ke kamar. Lilly akan segera sadar setelah dia merenungkan dirinya.” Lynda dengan lembut menenangkan suaminya. Ia sedikit kesal, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Memangnya kenapa jika Amber menikah dengan penerus keluarga Phoenix? Bukankah masih ada perceraian. Pria luar biasa seperti Oliver pasti tidak akan puas hanya dengan satu wanita saja.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel