Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

SPN 4

"Itu orang cukk, masih aja percaya sama makhluk tak kasat mata gitu. Kita ini lebih kuat dari pada mahkluk halus Din, jadi ngga usah parno!" timpalnya menegas.

Sampai ketika Syamsul malah berhenti, dan seketika satu di antara mereka menghampiri Syamsul.

Aku baru sadar ternyata yang menghampiri kami seorang wanita. Meskipun samar samar, aku bisa melihat bahwa mereka ternyata berpenampilan lebih seksi.

"Berapaan Mba ?" tanya Syamsul.

"Dua ratus lima puluh, mas !" jawab sang wanita.

Namun di sisi lain ada juga wanita yang menghampiriku, spontan aku menurunkan kaca pintu mobil. Sejenak aku kaget ketika dia langsung memasukkan kepalanya melewati batas pintu, dan saat ini wajah kami sangat dekat, otomatis aku bisa mencium bau farfumnya.

"Main Aa ?" tanyanya.

Baru saja aku ingin menanyakan maksudnya, namun Syamsul malah menarikku, dan berbisik.

"Din, kalau kalau menurutmu cantik, bilang aja oke main !" ucapnya.

Sedikit demi sedikit aku mulai mengerti maksud dan tujuan Syamsul singgah di tempat ini. Di kota sebelah aku pernah juga mendapatkan tawaran seperti ini, meski keinginanku untuk mencoba sangat tinggi, tapi aku memungkirinya berhubung aku tidak memiliki uang untuk hal itu.

Jadi aku kemudian kembali berbisik ke Syamsul.

"Anjngg, gw ngga ada duitt cukkk !" bisikku.

"Demi kebahagiaanmu, kali ini aku yang bayar !" ucapnya lirih sambil menepuk pundakku.

Berhubung wanita yang menghampiriku cukup hempal, dan melihat banyak lemak di perutnya, aku seolah tidak berminat.

"Maaf Mba, saya lagi ngga ke pengen !" ucapku.

"200 aja kok mas !" jawabnya.

Sempat aku tergiur, tapi ini adalah momen pertamaku, jadi aku harus mendapatkan sesuai dengan keinginanku.

"Ngga Mba, lagi badmood soalnya!" jawabku.

Ketika aku menoleh, ternyata Syamsul juga menolak wanita yang menghampirinya, jadi setelah itu kami sedikit memajukan mobil, dan kembali singgah ketika melihat ada dua wanita yang membuat mataku sontak melotot.

"Sul, ini baru tipeku !" sahutku, bersemangat.

Wanita yang membuatku pangling langsung menghampiriku, dan satunya lagi menghampiri Syamsul.

"Hy, salam kenal !" ucapku sambil mengulurkan tanganku, dan wanita itu juga membalas uluran tanganku.

"Laura, salam kenal !"

"Udin !"

"Berapaan Mba ?" tanyaku.

"Lima ratus aja mas !" jawab Laura, mendengar harga yang dia sebutkan, membuat keinginanku seolah terpungkiri.

"Itu sudah termasuk murah loh, ini kebetulan belum dapat sama sekali, makanya di turunin !" lanjutnya.

"Tadi cewek sebelumnya, ngasih 200k aja, kok mba Laura kemahalan?" tanyaku.

Sejenak Laura sedikit mundur, lalu berdiri sambil berpikir. Sejenak aku menoleh ke arah Syamsul.

Menurutku cewek yang sedang ngobrol dengan Syamsul terkesan lebih tua, namun sepertinya Syamsul memilih wanita itu.

"250 dulu mas, itu udah murah banget, plissss !" ucapnya memohon.

"Gasssss !" ucap Syamsul menyahut.

Akhirnya sesi tawar menawar harga sudah selesai, dan waktunya kami menuju ke penginapan. Sementara mereka berdua berboncengan menggunakan motor Laura. Sesampainya di penginapan Syamsul langsung memberikan uang tiga ratus ribu, dan lima puluhnya untuk sewa kamar penginapan. Setelah itu, Laura seolah sangat terburu- buru sampai dia yang menarikku untuk melangkah lebih cepat menuju kamar yang kami sewa.

Kami tidak langsung melakukannya, melainkan memilih duduk di pinggiran kasur. Laura sejenak meminta waktu untuk bersantai dengan merokok.

"Mba, boleh ngga kita melakukannya bukan karena nafsu ?" tanyaku.

"Kalau boleh, pasti aku bahagia banget Mba, ini pertama kali aku bisa berduaan dengan wanita secantik Mba !" lanjutku.

"Hmmm, maksudnya main rasa pacar gitu ?" tanya Laura.

"Iya Mba !" jawabku.

"Hmmm, jangan bilang kamu belum pernah main ?" tanya Laura menyelidik.

"Belum Mba !" jawabku.

"Oke, sebelumnya kita harus sama - sama rileks, jangan panggil nama, tapi panggil sayang, tapi kalau mau terus manggil sayang juga boleh, tapi kalau lain kali mau main, call aku aja !" ujarnya.

"Iya !" jawabku seketika merasa deg degan.

Laura sejenak mematikan rokoknya, lalu perlahan duduk di sampingku, jarak kami semakin dekat saat ini.

Ternyata dekat dengan wanita dengan memakai perasan membuatku keringat dingin.

"Sayang !" ucap Laura, seolah memanggilku.

"Iya, yankk!" ucapku.

"Hehehe, masih kaku, sini yuk kita sandaran di atas, kita ngobrol aja dulu, kalau udah nafsu baru main !" ucap Laura, dan dia langsung menarikku untuk ikut naik di atas kasur, lalu mengambil posisi menyandar, kaki selonjoran dan duduk kami kali ini rapat.

Laura malam ini memakai pakaian kaos lengan pendek ketat, di padukan dengan celana jeans pendek, yang membuatku pangling wajahnya sangat cantik, secantik namanya.

"Kamu umur berapa, kok bisa - bisanya belum pernah gituan ?" tanya Laura kembali membuka pembicaraan, dan dia malah memegang tanganku. Rasanya begitu sejuk, dan lembut.

"20 yank, aku boleh nanya ngga ?"

"Boleh, sesi curhat boleh juga ngga ?"

"Aku lebih suka jadi pendengar saja sih, kalau memberikan solusi mungkin tidak terlalu bisa !"

"Ngga papa, solusi itu di dapatkan ketika kamu udah mau menjadi pendengar setia !" jawabnya.

"Gimana sih pandangan kamu terhadap laki -laki ?" tanyaku.

"Aku ngga mau munafik, tentunya pertama kenyamanan, kedua harta di sisi lain aku tidak mau hidup susah, dan ketiga kesetiaan !"

"Kok ngga masuk fisik ?"

"Kemarin aku udah nikah mandang fisik nih, tapi malah di selingkuhin, makanya aku membuang fisik, dan mementingkan kesetiaan !" jawabnya.

"Ternyata ada juga yang tidak mandang fisik yah, aku kira cewek cantik itu carinya yang ganteng aja !"

"Coba deh kamu perhatikan beberapa pasangan yang sudah menikah, pasti si cantik tidak berpasangan dengan si tampan, dan begitu juga sebaliknya. Lalu kenapa rata - rata janda itu pada cantik, karena mereka awalnya mementingkan fisik pasangannya, dan akhirnya di sia siakan. !"

"Iya juga sih, jadi kamu statusnya janda yah ?"

"Hmmm, sepertinya aku sudah tau kenapa kamu belum berani mendekati wanita !"

"Iya, seperti dugaanmu, aku tidak percaya diri untuk dekat dengan wanita !" jawabku.

"Sebenarnya kamu percaya diri kok, buktinya aja kamu udah santai, tangan kamu aja mulai ngelus pahaku !" timpanya.

"Iya, karena aku tidak khawatir lagi, di sisi lain aku percaya diri karena kamu tidak memandang fisik !" jawabku.

"Untuk masa mencari kekasih itu, kamu tidak perlu memaksa untuk menjadi sempurna di mata pasanganku, karena satu pasangan harus saling menyempurnakan. Satu hal yang harus kamu punya, wanita itu kebanyakan mementingkan sebuah kenyamanan, dan untuk memberikan itu, kamu harus berani mendekati siapa yang kamu suka, jangan menyerah hanya sekali percobaan. Itu adalah momen terindah wanita ketika dia merasa sangat - sangat di perjuangkan sebelum dia di dapatkan!" ujar Laura.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel