Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sekolah Beladiri Jalur Merpati

Li Wei terbangun keesokan harinya ketika waktu menunjukkan periode Wu Shi yaitu jam di antara 11.00 - 13.00 - cukup siang untuk terbangun dari tidur malam. Bibi Wei Fang belum juga pulang ke rumah.

Biasanya jika perempuan itu menginap di luar - karena alasan pekerjaan, Bibi Wei Fang akan kembali ke rumah paling cepat ketika matahari telah senja, hari berikutnya.

Li Wei merasa sekujur tubuhnya dipenuhi rasa nyaman. Belum pernah seumur hidup dia merasakan hall seperti ini. gerakannya terasa begitu ringan. Langkah-langkah kakinya juga tegap dan bertenaga.

"Apakah ini karena aku telah menelan Mutiara Energi milik mahluk Longxu itu? Apakah artinya aku akan mampu mengolah energi Mingzhu dan dapat berlatih beladiri?" Li Wei bertanya-tanya.

Saat teringat akan Mutiara Energi, dia juga teringat sosok Longxu.

"Dimana Longxu itu?"

Li Wei mencari-cari sosok berjubah hitam itu. Pikirnya makhluk itu mungkin bersembunyi pada kandang, dibelakang.

Tapi sosok itu menghilang tak ditemui di kandang.

Li Wei lalu termangu-mangu sendirian, di dalam rumah sempitnya. Dia melihat, ada sisa-sisa genangan air di lantai rumah, tempat yang mana Longxu meringkuk sekarat, semalam.

Dia menyentuh cairan di lantai.

Teksturnya terasa kental seperti lendir. Ada bau laut yang anyir, tipis tercium tapi tidak memuakkan.

"Mungkin Longxu itu telah pergi, air berlendir itu mungkin sisa genangan keringat atau apapun jejak yang ditinggalkan Longxu itu." Li Wei menyimpulkan.

Dia tak tahu. Sebagai makhluk jadi-jadian yang bersifat magis, Longxu ketika mati tidak akan meninggalkan fisik tubuhnya di dunia. Roh makhluk semacam itu akan langsung menguap dan lenyap. Sementara sisa tubuh fisiknya akan berubah menjadi air, mirip air laut kental tapi berlendir.

Lama dalam posisi diam, termenung seperti itu, Li Wei teringat pesan Longxu mengenai Mutiara Energinya yang diburu ahli-ahli bela diri itu.

Li wei dilanda bahagia mengingat Energi Mutiara Longxu, yang dijejalkan ke mulutnya semalam.

"Makhluk itu tak sia-sia dipuja kaum nelayan. Dia memberiku benda yang diincar banyak ahli dunia ini.

Aku bertanya-tanya. Apakah sekarang ini, diri yang bodoh ini akan mampu mengolah energi Mingzhu di dunia? Itu artinya untuk berlatih keterampilan bela diri untuk menjadi seorang Kultivator sudah bukan masalah bagiku bukan?"

Li wei mendadak bahagia. Secercah harapan kini muncul di hatinya. Jika benar, apa yang dikatakan Longxu pada malam itu. Dia mewarisi Mutiara Energi yang diburu banyak ahli di Kota ini.

Li wei bergegas membersihkan tubuh, menatap penampilannya di depan cermin.

"Aku harus bersiap-siap. Audisi penerimaan murid baru di Sekolah Jalur Merpati, tepat diadakan hari ini." Senyum bahagia menghiasi wajah Li Wei.

Dia memecahkan kotak tabungan dari tembikar, yang disimpan secara rahasia di bawah tempat tidur. Li Wei bertekad bulat akan mengikuti audisi penerimaan murid Sekolah Jalur Merpati.

"Mutiara Energi warisan itu, adalah tiket perjalanan menuju puncak praktisi pengolah energi Mingzhu!"

Sejak lahir Li wei ditakdirkan tidak memiliki Mutiara Energi di bagian pusarnya, sehingga tak dapat mengolah energi mengalir di dunia untuk menjadi kekuatan tempur.

Pertemuan tak terduga dengan Longxu, memperoleh warisan Mutiara energi mahluk itu, membuat Li Wei percaya diri melamar di Sekolah Beladiri Jalur Merpati.

+++

Diatas jembatan Yunxiu, sesosok anak muda berusia 14 tahun itu berjalan gembira.

Jembatan Yunxiu adalah salah satu jembatan yang menghubungkan bagian Barat dan bagian Timur Kota Shuimiao, yang dibelah oleh Sungai Ganges. Sungai Ganges ini adalah salah satu sumber daya air, yang hulunya berasal dari daerah Barat nun jauh.

Hari telah siang, tapi pusat kota masih saja terlihat ramai. Kaum pedagang yang telah laku dan selesai menjual dagangan di pasar kota, tampak mondar mandir melintas jembatan. Kereta dorong dan kereta kuda berseliweran mengangkut sisa barang dagangan untuk pulang.

Sementara kelompok pekerja atau petugas pemerintah kantoran, tak kalah sibuk hilir mudik. Semua terlihat terburu-buru di jalanan kota, ada juga melintasi jembatan.

Semuanya berburu waktu mencari warung atau restoran di pusat kota untuk acara makan siang.

Harumnya bawang putih tumis bercampur minyak panas, ditambah aroma kaldu daging, menyebar penuh di udara, di sepanjang jalan sebelum dan sesudah melintasi Jembatan Yunxiu atau Jembatan Awan Indah itu.

Tapi Li Wei pun tidak terlihat berjalan terburu-buru. Dia tak ingin memberi kesan terlalu terburu-buru juga tak ingin terlihat terlalu lambat untuk datang mengikuti audisi di Sekolah Jalur Merpati.

"Sekolah Beladiri Jalur Merpati!" Li wei membaca papan nama bangunan itu keras-keras.

Bangunan Sekolah Beladiri Jalur Merpati, berdiri congkak di antara bangunan megah di Pusat Kota Shuimiao. Meski tidak terlalu besar, namun susunan batu alam organik, serta pilar-pilarnya yang terukir dengan pola burung merpati - semua terbuat dari bahan berkualitas.

Ini membuat tampilan bangunan sekolah Beladiri itu, terlihat mewah dan cukup bergengsi untuk ukuran Kota Shiaomiao ini.

Li Wei melewati gerbang utama, kayunya besar-besar, di cat berwarna merah.

Ada jalan setapak yang cukup muat untuk dilalui dua orang dewasa, semuanya beralaskan batu koral alami, berwarna putih seperti salju. Tanaman bunga krisan dengan warna bunganya yang merah mencolok, terlihat kontras dengan batu koral, menjadi dekorasi di jalan setapak itu.

"Kuda-kuda!"

"Tusukan pedang ke arah nadi leher!"

Hiyaaat!

Suara sekelompok anak muda berteriak penuh semangat, terdengar memenuhi seantero bangunan dalam. Mereka berseru setelah aba-aba seseorang yang sepertinya adalah instruktur beladiri.

Li Wei merasa bulu kuduknya meremang tak tentu.

Hal seperti inilah yang dia impi-impikan selama hidupnya. Berkumpul bersama sekelompok anak muda, berlatih dengan penuh semangat, untuk menjadi seorang Ksatria yang disebut Kultivator, lalu berkelana ke ujung Dunia Li Wei melamun dan tersenyum.

Selanjutnya, Li wei membuka pintu gerbang berukuran normal, yang membatasi pekarangan luar dengan halaman bagian dalam Sekolah Beladiri itu.

Sesuai dugaannya.

Ada sekelompok anak muda, yang jumlahnya tidak kurang dari dua puluh orang, mereka rata-rata remaja pria. Semua berlatih pedang di bawah instruksi seorang pria usia tiga puluh tahun.

Suara pedang berdengung, tiap kali mereka mengayunkan pedang, mengikuti gerakan yang diperagakan pria pelatih, yang berdiri di depan kelompok anak muda itu.

Li Wei melirik penuh kerinduan, ketika pedang kembali berdengung. Pemandangan ini adalah impian seumur hidupnya.

"Lama sekali aku ingin menyaksikan secara langsung. Bunyi dengungan pedang ketika diayunkan ahli-ahli seperti anak muda tu" wajah Li Wei berseri, tak lagi melirik tapi sekarang manatap langsung pelatihan itu.

Sekonyong-konyong, terdengar seseorang menggertak nya.

"Siapa kamu!" Li wei perlahan memalingkan muka mencari lihat.

"Apa yang kamu lakukan di Perguruan Beladiri Jalur Merpati kami?

Ini bukan latihan untuk pertunjukan di jalanan! Jika kamu bukan bagian dari sekolah beladiri ini, sebaiknya kamu pergi, sebelum Master Seo Park memergoki mu, lalu mengusir mu pergi seperti anjing dari tempat ini!"

Li Wei mendongak.

Dia adalah seorang anak muda yang berpakaian mewah. Bajunya terbuat dari sutra pilihan berwarna biru dengan keliman emas yang dijahit tangan, pada ujung lengan bajunya.

"Ini musim panas, tapi dia mengenakan mantel musim dingin?" Li Wei tertegun.

Mantel satin si anak muda terlihat mengkilap tapi tidak melambai tertiup angin. Ada sulaman Burung Hong di belakang mantel, bentuknya sangat indah, sepertinya dikerjakan oleh tangan-tangan ahli - tentu mahal harga nya.

Li Wei melirik ke samping anak muda pesolek itu.

Gadis manis itu berdiri di samping pria pesolek, dia tidak terlalu cantik, tapi wajahnya terkesan menggoda. Semuda itu dan dia telah mengenakan riasan wajah yang tebal. Tunik yang dia kenakan panjang, tapi ketat melekat dengan belahan tinggi sehingga menampilkan pahanya yang putih mulus, terlihat jelas karena celana kain yang transparan itu.

Li Wei menarik nafas dalam-dalam.

Dia kenal dua anak muda itu. Yang perempuan bernama Seo Feng Jie - putri tunggal Master Seo Park pemimpin Sekolah Beladiri Jalur Merpati, sedangkan yang pria bernama Jian Hua, anak seorang bangsawan level menengah, yang congkak dan sombong.

Teringat setahun sebelumnya ketika Li Wei menjalani audisi di sekolah beladiri itu, dua anak muda ini yang menertawakan dia.

Saat itu terbuka fakta kalau Li Wei tak memiliki Mutiara Energi di bagian perut bawah (danitian kalau di novel lain).

Kedua anak muda ini yang paling keras mempermalukan dirinya. Li Wei pulang dengan malu, setelah di olok-olok banyak orang, karena hasutan dua pasangan muda ini.

"Apakah merek akan hal yang sama, menghinaku seperti tahun sebelumnya?" Li Wei bertanya-tanya dalam hati.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel