Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Sudah larut malam saat Ethan datang menemuiku. Ketika melihatku duduk di sisi ranjang, dia buru-buru menyalakan lampu dan segera mendekatiku.

Dia berjongkok dan mendongak melihatku, "Fiona, ada apa? Kenapa terus duduk seperti ini? Pinggangmu sakit, tidak?"

Dia berkata sambil menyalakan lampu di meja samping ranjang dan aku mengangkat tangan untuk menutupi wajahku. Ethan pikir cahaya lampu menyilaukan mataku, jadi cepat-cepat meredupkan lampunya.

Dia menjauhkan tanganku dengan lembut dan melihat mataku yang bengkak karena menangis, lalu ekspresinya langsung menjadi cemas.

"Kenapa kamu menangis? Siapa yang membuat istri tersayangku marah?"

"Atau kamu kurang enak badan?" Dia mengelus perutku yang besar dan berkata penuh kasih sayang.

"Apakah anakku membuat istriku marah? Setelah kamu lahir, ayah akan menyuruhmu minta maaf pada ibumu."

Saat bicara, aroma bunga yang manis tercium lagi, menyusup ke hidungku.

"Kamu ke mana saja?"

Mungkin nada suaraku terlalu dingin.

Ethan tanpa sadar menyentuh hidungnya, "Istriku, perusahaan sedang mengejar proyek, jadi aku lembur."

Suaranya terdengar sedikit kasihan, "Lihat, aku bahkan tidak sempat pulang mandi dan ganti baju, tapi langsung datang melihatmu. Apakah aroma parfum perusahaan membuatmu tidak nyaman lagi?"

Ethan, kamu sedang berbohong.

Kamu baru saja menyetir dua jam untuk membeli bahan bubur Jasmine.

Jasmine selalu mengirimkan pembaruan tentang dirimu.

Aku menggenggam tangannya dan mengelus perutku, "Suamiku, aku dan bayi kita ingin makan bubur buatanmu. Bisakah kamu buatkan untuk kami?"

Kilatan tidak sabar melintas di matanya. Dia menarik tanganku dan merangkul pundakku.

"Bubur tidak enak, demi putra kita, kamu harus makan yang bergizi."

"Aku pergi mandi dan ganti baju dulu, supaya tidak membuatmu tidak nyaman dengan baunya."

Dia berjalan ke pintu kamar mandi dan menemukan aku masih belum bicara, lalu memijit pelipisnya, "Jika kamu benar-benar ingin makan bubur, minta ibu antarkan."

Aku menahan emosi yang bergolak di hati sambil merasakan sakit hati dan mengelus perutku sembari berkata lembut, "Sayang, sudah saatnya kamu berjuang bersama ibu."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel