Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Interaksi Pertama Yang Tidak Biasa

Sara menyela dengan nada tegas. "Pak, kita punya dua pilihan," katanya. "Pertama, kita bisa mencoba komunikasi menggunakan perangkat akustik jarak jauh helikopter untuk memperjelas maksud kita dan menenangkan situasi. Pilihan kedua," dia berhenti sejenak, untuk menimbang kata-katanya, "adalah mempertimbangkan respons taktis, yaitu pembalasan. Kita memiliki MQ-9 Reaper yang siap untuk menghancurkan mereka berkeping-keping!."

Richard mengerutkan kening mendengar saran Sara yang tegas. "Sara, aku sudah jelaskan sebelumnya, untuk misi ini kita tidak akan menggunakan kekerasan. Kekerasan bukanlah solusi untuk ini. Jika kita membalas tembakan mereka, kemungkinan besar akan mengenai para Survivor yang tidak bersalah, dan itu juga berpotensi membuat mereka melawan kita."

Richard kembali melihat ke monitor, menyaksikan situasi yang tegang itu. "Mari kita tetap berpegang pada opsi pertama. Gunakan perangkat akustik jarak jauh untuk komunikasi. Kita harus menegaskan bahwa kita di sini untuk membantu, bukan untuk menyerang mereka."

Richard meraih mikrofon dan berbicara. "Specter 1, ini Eagle, lakukan komunikasi dengan para Survivor-survivor itu, ganti."

"Dimengerti, Eagle, Spectre-1 akan memulai komunikasi menggunakan LRAD sekarang," terdengar jawaban dari helikopter.

Richard menyaksikan helikopter itu dengan hati-hati bermanuver ke ketinggian yang lebih aman, memastikan helikopter itu berada di luar garis tembak langsung dari darat. Tim di pusat komando fokus pada siaran langsung, mereka menunggu perubahan situasi.

Perangkat akustik jarak jauh helikopter diaktifkan, menyiarkan pesan yang jelas kepada para Survivor di bawah. "Ini adalah tim penyelamat pemerintah. Kami di sini untuk membantu, bukan untuk menyakiti. Tolong gencatan senjata dan izinkan kami mendarat. Saya ulangi, kami dari tim penyelamat pemerintah, kami di sini untuk membantu, bukan untuk menyakiti."

Mereka memperkenalkan diri sebagai pasukan pemerintah agar mudah dimengerti. Jika mereka mengatakan kepada para korban bahwa mereka adalah milisi swasta bernama Blackwatch, mereka mungkin akan ragu.

Pusat komando berharap para penyerang akan berhenti menembakkan senjata mereka, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, tembakan semakin gencar.

Brrrrrrrrt

Brrrrrrrrt

Brrrrrrrrt

Ketika tembakan dari darat semakin meningkat meskipun ada pesan dari helikopter, rasa frustrasi dan kekhawatiran tumbuh di pusat komando. Mark menggelengkan kepalanya, ekspresinya muram.

"Jika komunikasi tidak berhasil dan kita tidak bisa menyerang balik, kita sebaiknya mundur. Terlalu berisiko untuk mempertahankan helikopter di garis tembak." Ujar Mark.

"Tidak, mungkin kita masih bisa meyakinkan mereka, kita punya MQ-9 Reaper di sana, bagaimana kalau kita menembakkan rudal udara-ke-darat ke dekat mereka sebagai peringatan bahwa jika mereka terus melakukannya, kita akan menembaki mereka. Pak, aku punya firasat buruk tentang ini. Biasanya, Survivor tidak akan menyerang siapa pun tanpa mengetahui siapa yang mereka hadapi terlebih dahulu. Sepertinya mereka beroperasi di bawah tekanan tinggi atau paranoid," saran Sara, dengan fokus pada aspek perilaku. "Agresi preemptif semacam ini bisa jadi merupakan hasil dari trauma atau ancaman di masa lalu. Mereka mungkin mengasumsikan yang terburuk, menganggap semua orang sebagai musuh potensial."

Richard mendengarkan dengan saksama saran Sara,dia mengangguk mengerti. "Kamu ada benarnya, Sara. Tapi menggunakan rudal, hanya sebagai peringatan itu terlalu berisiko. Itu bisa saja dengan mudah disalahartikan dan memperkeruh situasi. Itu hanya membuktikan kepada mereka bahwa kita bermusuhan."

"Pak, Anda telah memutuskan bahwa kita akan memindahkan basis operasi kita ke New Clark City, dan mereka sedang mendudukinya saat kita berbicara. Kita harus menghadapi mereka dengan satu atau lain cara," Sara mendesak. "Tembakkan rudal itu."

Richard menghela nafas, mengakui maksud pacarnya. "Eagle ke Reaper-1."

"Ini Reaper-1, menunggu perintah," jawab pilot MQ-9 Reaper.

"Aku ingin kalian menembakkan tembakan peringatan di dekat posisi para Survivor. Pastikan jaraknya cukup aman, cukup untuk menunjukkan kemampuan kita tanpa menimbulkan ancaman nyata," Richard menginstruksikan. .

"Dimengerti, Eagle. Bersiap untuk tembakan peringatan," jawab pilot MQ-9 Reaper.

Beberapa saat kemudian, tayangan menunjukkan rudal Hellfire menghantam jarak yang aman dari lokasi para Survivor, itu menghasilkan ledakan terkendali yang lebih merupakan unjuk kekuatan daripada ancaman nyata.

Sara mengamati reaksi para Survivor dengan seksama melalui layar monitor. "Semoga saja ini meyakinkan mereka bahwa jika mereka melawan kita, rudal berikutnya akan menghantam mereka."

Richard menghela napas sambil mengusap-usapkan tangannya ke wajahnya. Kekasihnya benar-benar sensitif hari ini.

Seperti yang mereka duga, orang-orang yang selamat berhenti menembakkan senjata mereka. Namun, ledakan itu menarik gerombolan zombie untuk datang ke arah kamp.

"Sial," gumam Richard. "Sekarang mereka akan berpikir bahwa kita menembakkan rudal itu untuk memanggil para zombie... Reaper-1, kamu boleh menyerang gerombolan zombie. Gunakan rudal-rudal kalian, tapi hindari korban sipil."

"Dimengerti, Eagle," terdengar jawaban dari pilot MQ-9 Reaper. Drone yang dilengkapi dengan kemampuan penargetan yang tepat, mulai menembaki para zombie yang bergerak maju dan mencoba membendung arus mereka.

Richard kemudian menoleh ke tim helikopter. "Specter-1, berikan dukungan kepada Reaper-1. Serang gerombolan zombie."

"Jolly 1 dan 2, serang gerombolan zombie."

Helikopter Pave Hawk berbalik ke sisi mereka, memposisikan M134 Minigun untuk serangan yang optimal.

Brrrrrrrrt!

Brrrrrrrrt!

Suara khas tembakan cepat Minigun bergema  saat mereka menargetkan gerombolan zombie yang mendekat.

Di pusat komando, Richard dan timnya menyaksikan serangan terkoordinasi antara Reaper dan helikopter,serangan mereka mulai menipiskan gerombolan zombie. Ketepatan Reaper, dikombinasikan dengan tembakan penyapu dari Minigun helikopter, sangat efektif dalam mendorong mundur para zombie.

"Pertahankan tekanan," perintah Richard dengan tegas.

"Dimengerti, Eagle."

Beberapa menit berlalu, gerombolan zombie mulai berkurang di bawah sana akibat dari  serangan tanpa henti. Richard memperhatikan hal tersebut dengan seksama, ekspresinya tegang saat situasi berangsur-angsur terkendali.

Dengan berkurangnya ancaman zombie, Richard mulai mempertimbangkan langkah selanjutnya. "Setelah area ini aman, mari kita coba membangun kembali komunikasi dengan kamp Survivor," katanya. "Kita perlu menjelaskan tindakan kita dan meyakinkan mereka tentang niat kita."

Saat zombie terakhir berhasil diatasi, Pave Hawk yang ditumpangi Graves, berbicara melalui komunikasi untuk terakhir kalinya.

"Saya ulangi, kami dari tim penyelamat pemerintah. Kami di sini untuk membantu, bukan untuk menyerang kalian,"

Helikopter melayang pada jarak yang aman namun siap untuk melakukan manuver menghindar jika mereka mencoba menembak kembali.

Beberapa detik kemudian, sebuah suara yang diperkuat oleh megafon terdengar.

"Kalian bukan dari pemerintah!"

Richard mengerutkan alisnya. "Bagaimana mereka bisa tahu?"

"Bisakah Anda mengulangi ucapan terakhir Anda?" Graves mengulangi, suaranya menggelegar dari perangkat akustik jarak jauh yang dipasang di hidung helikopter.

"Saya ulangi, kalian bukan dari pemerintah, karena pemerintah sudah tidak ada lagi, itu sebabnya kami melepaskan tembakan saat kalian memperkenalkan diri seperti itu," pria itu menjelaskan.

Mendengar percakapan dari pusat komando tersebut, Richard hanya bisa tertawa kecil.

"Jadi mereka menembak hanya karena mereka pikir pemerintah sudah pergi? Itu benar-benar perbuatan yang sembrono," Richard merenung.

Sara melirik ke arah Richard, ekspresinya serius. "Itu lebih dari sekadar sembrono. Mereka sangat gegabah. Mereka bisa saja membunuh orang-orang kita di luar sana."

'Kenapa hari ini Sara sangat mudah marah' gumam Richard dalam hati.

"Hei... apa kamu baik-baik saja?" Richard bertanya,l dengan nada prihatin. "Kamu bertingkah begitu... entahlah, hari ini kamu tampak beda dari biasanya."

Sara memaksa tersenyum dia berusaha terlihat tenang. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit stres, itu saja."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel