Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. He is Not A Sugar Baby

Chapter 7

Paris membuka kelopak matanya, setelah tertidur beberapa jam akhirnya Paris merasakan tenaganya pulih kembali. Demi Tuhan, Paris tidak Sudi lagi bercinta dengan Shane, pria itu tidak cocok untuk dijadikan teman ranjang. Bahkan jika harus menghadapi kemarahan Arsen nanti Paris lebih baik menjinakkan Arsen dibanding tunduk di bawah ancaman Shane. Sekali lagi, Paris sangat yakin Arsen pasti akan percaya dengan mulut manisnya di banding perkataan Shane kelak.

Paris membersihkan tubuhnya, merendamnya di dalam bathub yang berisi air hangat sambil membuka media sosial melalui ponselnya. Besok ia telah merencanakan untuk berfoto di beberapa tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan di Tokyo.

Ia telah menghubungi fotografer ternama di Tokyo. Setelah air mulai dingin Paris keluar dari bathub. Ia mengenakan celana jeans dan blouse sederhana berwarna putih lalu menyisir rambut hitamnya yang lurus. Paris mengenakan flat shoesnya kemudian meraih tas tangannya. Memastikan ponsel dan card holder serta beberapa lembar uang tunai berada di sana lalu melangkah pergi meninggalkan kamar tempatnya menginap. Ia memiliki janji untuk bertemu dengan seorang sugar baby yang ia pesan melalui Rachel tadi siang. Ia akan berpesta malam ini, menyantap buruannya ketimbang tidur di ranjang yang dingin sendirian.

***

Samuel Alejandro. Pria itu terlalu tampan jika hanya menjadi pria biasa. Hidup dengan santai menikmati kebebasannya di Tokyo. Dia memiliki usaha cafe kecil dan toko alat musik yang kebanyakan pengunjungnya adalah anak-anak muda. Menghisap rokoknya sambil bekerja dengan laptopnya, bangun tidur saat matahari telah berada di atas kepalanya, berpesta dengan gadis-gadis liar dan alkohol bersama teman-temannya. Kebebasan seperti itulah seperti surga baginya.

Berawal dari hobinya pergi menjelajah seluruh dunia dan semua berakhir di Tokyo. Saat tiba di sana ia merasa enggan untuk beranjak hingga memutuskan untuk menetap di Tokyo dan waktu bergulir tanpa terasa. Sudah satu tahun ia hidup di Tokyo bahkan juga mencoba peruntungan dengan membuka usaha untuk menyambung hidupnya untuk membunuh kejenuhan daripada hanya berdiam diri.

Malam ini mencari teman untuk kencan satu malam sepertinya akan menyenangkan.

Pria bermanik mata cokelat almond itu meraih dompet dan ponselnya. Berjalan menuju pintu keluar lalu menyambar jaket dan kunci mobilnya sebelum melesat menuju sebuah lounge di mana ia biasa mencari para wanita yang bisa ia ajak untuk melakukan one night stand.

Samuel setengah bersiul memasuki lounge yang merupakan fasilitas yang tersedia di dalam hotel bintang lima yang sangat ternama di Tokyo bahkan mungkin di seluruh dunia.

Ia menyapukan pandangannya untuk mencari tempat yang di rasa strategis untuk mengintai calon teman kencannya malam ini. Pria itu memilih tempat duduk di meja yang berada tak jauh dari meja bartender, tempat itu juga tidak terlalu di terangi cahaya lampu.

Baru saja beberapa menit Samuel duduk dan pesanan cocktailnya tiba, seorang wanita cantik berambut gelap tampak melangkah masuk ke dalam lounge. Wanita itu mengenakan celana jeans sederhana dan blouse berwarna putih. Ia melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan oleh Samuel ketika pertama masuk lounge. Menyapukan pandangannya seolah mencari sesuatu.

Sesaat pandangan mata mereka beradu dan tanpa diduga wanita itu justru langsung melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Samuel duduk.

"Apa kau bernama Samuel?" sapanya.

Suaranya begitu lembut, santun dan indah. Terdengar bagai sebuah kidung syahdu di telinga Samuel. Ditambah dengan parasnya yang tampak sempurna saat Samuel memfokuskan pandangannya di wajah gadis itu dari jarak yang sangat dekat.

Mungkinkah bidadari tersesat masuk ke dalam lounge?

Samuel masih terbius oleh suara itu tetapi ia segera menguasai dirinya dengan bersikap setenang mungkin. Jika Paris yang ada di depannya adalah si rubah liar yang menyamar sebagai kelinci yang jinak dan tak berdosa maka Samuel adalah serigala berbulu domba. Sudah tidak terhitung berapa banyak wanita yang ia kencani dan kebanyakan dari mereka adalah wanita bersuami. Alasannya simpel, wanita yang bersuami tidak akan mengajaknya berkomitmen, tidak seperti wanita lajang. Tetapi, terkadang ia juga memilih one night stand di kala hasratnya harus dipenuhi dengan segera.

Samuel perlu memastikan pendengarannya sekali lagi, ia takut telinganya salah dengar karena suara musik santai di lounge itu tidak bisa di katakan pelan.

"Kau mencari siapa, Nona?"

Paris melemparkan senyum manisnya. "Apa kau yang bernama Samuel?" tanyanya sekali lagi.

"Ya, aku Samuel," jawab Samuel sedikit ragu-ragu.

Paris menatap intens wajah Samuel. Dari wajahnya pria ini berusia lebih dari dua puluh lima tahun, seharusnya dia bukan sugar baby.

Namun, dari pada malam ini ranjangku dingin, pria ini pun tidak masalah, pikirnya.

Paris tampak mengembuskan napas lega. "Aku yang membelimu malam ini. Ayo, pergi bersamaku," katanya langsung.

Sekali lagi Samuel merasa ia mungkin salah dengar tetapi ia memutuskan menjaga gengsinya dibanding bertanya kembali. Mungkin wanita cantik di depannya akan menganggapnya sebagai pria tampan namun memiliki cacat pendengaran.

Apa seseorang mengerjaiku? Atau ada yang menjualku? Samuel bertanya-tanya dalam benaknya. Tetapi, kesempatan terpampang nyata di depan matanya sungguh sangat sayang untuk di lewatkan. Wanita di depannya sangat menggemaskan, parasnya sempurna dan Samuel yakin tubuhnya lebih indah dari patung manekin dengan lekuk yang sempurna. Samuel dengan cepat tidak ingin membuang kesempatan, ia memutuskan untuk menyamar menjadi pria bayaran malam ini.

"Sam," ucap Paris setibanya mereka di dalam kamar. "Begini... Biasanya aku menggunakan... extaci... maksudku bukan aku yang yang menggunakan, tetapi seharusnya kau, karena ini bukan di negaraku, aku tidak tahu di mana harus membeli."

Samuel hanya menatap Paris dengan tatapan yang bercampur aduk. Kagum akan kecantikannya, tetapi juga takjub dengan keliarannya dan ia semakin tidak sabar ingin mencicipi tubuh indah di depannya. Menguasainya.

"Aku ragu tanpa bantuan extaci kau tidak bisa bertahan hingga aku puas. Jadi, kuberi kau kesempatan hingga lima alat kontasepsi ini habis." Paris masih meneruskan pidatonya. "Ah, iya... aturan mainku adalah aku tidak suka berada di bawah dan aku tidak mau kau berhenti jika aku belum menginginkannya."

Samuel benar-benar dibuat geram, wanita yang tidak diketahui namanya ini sangat menyepelekannya.

Ia pikir aku menderita impotensi hingga harus menggunakan bantuan extaci? Dan apa-apaan itu? Tidak mau berada di bawah? Akan kubuat kau memohon ampun hingga meminta di bebaskan.

"Aku mengerti," jawab Samuel berbeda dengan apa yang ada di dalam benaknya.

Samuel mendekati Paris, meraih pinggang rampingnya yang terasa pas di dalam dekapannya seolah lingkar pinggang itu didesain untuk lengannya. Menatap Paris dari jarak yang sangat dekat, entah dorongan dari mana Samuel ingin sekali mengecup kulit di antara kedua alis Paris yang indah tetapi Samuel mengurungkannya, ia memilih menyapukan bibirnya di bibir sensual milik Paris, menghisapnya dengan lembut, menghirup aroma Paris dari dalam mulutnya.

Samuel mendorong lidahnya yang hangat ke dalam mulut Paris, membelai lidah kecil Paris menggunakan lidahnya yang lembut dan hangat hingga erangan kecil Paris terdengar dari tenggorokan wanita itu. Samuel mengangkat tubuh ringan Paris lalu membawa Paris duduk di tepi ranjang dengan posisi Paris duduk di atas pangkuannya tanpa melepas tautan bibir mereka. Cumbuan bibir mereka mulai dan dalam, bergairah seperti dua kekasih yang saling merindukan.

Telapak tangan Samuel menyusup ke dalam blouse yang dikenakan oleh Paris, langsung menuju kepada dua benda kenyal di dada Paris. Menekannya dengan gerakan perlahan dan penuh irama. Sementara Paris jemari tangannya menyelisik di antara rambut cokelat Samuel, memperdalam ciumannya. Tidak pernah ia merasakan gairah yang bergelora seperti ini di dalam hidupnya. Tidak pernah ia berciuman sedalam ini dengan pria selain Arsen.

Samuel membuka blouse yang di kenakan oleh Paris melalui kepalanya lalu mencampakkan benda itu begitu saja, melepaskan pengait bra dengan mudah, membiarkan benda itu meluncur begitu saja dari tubuh Paris. Sudah biasa Samuel melihat tubuh indah dan molek dari banyak wanita, sudah sering Samuel mencicipi wanita bahkan yang masih tersegel sekalipun. Tetapi, wanita yang nyaris tanpa busana di atas pangkuannya lebih dari sekedar indah.

Perlahan Samuel memindahkan tubuh Paris ke atas ranjang, membaringkannya dengan penuh kasih sayang lalu membuka kancing celana jeans yang di kenakan oleh Paris. Menariknya hingga hanya menyisakan pakaian dalam yang tipis.

Samuel menatap tubuh indah Paris dengan sorot mata penuh kekaguman, pinggang yang kecil dan pinggul yang meliuk sempurna. Demi Tuhan, Samuel sangat yakin, Tuhan benar-benar tidak adil karena wanita yang satu ini diberi keindahan yang tidak semua wanita miliki.

Bersambung....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel