BAB 7
BAB 7
HAPPY READING
***
Mobil Erlan kini berhenti di basement. Kinan membuka sabuk pengaman begitu juga dengan Erlan. Mereka melangkahkan kaki menuju lift. Kinan menyeimbangi langkah Erlan, ia menatap Erlan, ia akui bahwa Erlan memiliki wajah yang tampan, tubuhnya tegap tinggi. Dia pria diidam-idamkan wanita di luar sana. Tidak hanya tampan dia juga sangat kaya.
Banyak beranggapan bahwa pria itu memiliki kelainan sexual, karena menyukai sesama jenis. Ah, yang benar saja? Ia tidak percaya tentang gossip itu. Jelas terlihat bahwa beberapa kali pria itu menggoda dengan sentuhanya. Bahkan kemarin terang-terangan mengatakan bahwa pria itu ingin berselingkuh. Ia yakin Erlan itu normal, yang masih menginginkan seks.
Mereka yang berada di kantor tidak tahu prihal pak Erlan seperti apa. Hanya karena tidak pernah membawa kekasih, semua orang menjudge kalau pak Erlan itu seorang gay. Bahkan Brian sahabat Erlan itu di anggap kekasihnya Erlan, karena sering menemui Erlan di kantor. Padahal kenyataanya, Brian akan bertunangan dengan seorang wanita.
Even, menurutnya Erlan tidak punya waktu untuk mengurus hal seperti itu. Pekerjaanya yang banyak, jadwal meeting, klien dan pekerjaan yang menumpuk, sehingga dia terlihat mengesampingkan hubungan percintaanya dan memilih membangun karir. Wajar saja dia tidak memiliki kekasih jika pria itu lebih mencintai pekerjaanya dibanding wanita.
Mungkin ada kekasihnya, tapi tidak pernah membawanya ke kantor. Lagian di kantor bukan waktu yang tepat untuk berpacaran. Bisa saja, Erlan berpacaran di apartemen atau rumahnya. Di kantor bukan tempatnya untuk cinta-cintaan.
“Fendi, Cartier atau Gucci?” Tanya Erlan, menatap gerai di hadapan mereka.
Kinan tertuju pada salah satu gerai yang selalu menarik perhatiannya, “Cartier,” ucap Kinan.
Erlan lalu melangkahkan kakinya menuju gerai Cartier. Kinan mengikuti langkah Erlan masuk ke dalam outlet itu. Jujur seumur hidupnya, baru kali ini ia masuk ke dalam gerai ini. Ia tahu bahwa brand ini berasal dari Prancis, satu buah cincin saja dibandrol dengan harga selangit. Ia masuk ke dalam, di sambut hangat oleh pramuniaga yang berjaga.
Tidak sembarangan orang memasuki gerai ini, kecuali orang kalangan menengah atas dan uang mereka tidak ada habisnya. Ketika masuk ia dimanjakan dengan koleksi jam dan perhiasan. Tidak hanya itu Cartier juga mengoleksi belt, kaca mata dompet, tas tangan dan parfume. Ia melihat lampu Kristal gantung berukuran besar, menambah kesan mewah di gerai ini.
“Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?” Tanya pramuniaga itu kepada Erlan.
“Selamat siang juga, saya mau mencari jam tangan.”
“Kita ada koleksi cartier large ballon bleu pave diamond, ini jam tangan unisex sangat cocok untuk pria dan wanita. Terbuat dari emas putih 18 karat, dan di dalamnya tertanam 2 bari berlian. Casingnya menggunakan bahan stainless steel dilengkapi dengan Kristal safir.”
“Kita juga ada koleksi cartier tourbillon chronograph platinum, tali gelagnya berwarna pink crocodile diameter 45 mm, memiliki ketebalan 15,7 mm, tahan air hingga 30 meter.”
“Price nya berapa?” Tanya Erlan penasaran.
“Yang ini harganya 172.000 USD dan ini 240.000 USD.”
Erlan melirik Kinan yang nyaris menganga, karena harga sebuh jam tangan itu sudah mencapai milyaran. Ia menarik nafas, ia juga tidak setuju membeli kedua jam tangan itu. Terlalu mahal menurutnya.
“Saya mencari harga yang sekitar 10.000 USD, karena saya akan membeli dua, sepasang. Untuk gift tunangan sahabat saya.”
“Ada pak, ini dia saya menyarankan cartier santos chronograph diameter 46 mm x 17 mm, ini memiliki case terbuat dari stainless steel kaca Kristal safir. Harganya cukup terjangkau.”
“Untuk wanita?” Tanya Erlan.
“Ini ada koleksi cartier santos berdiameter 4,2 cm. Gelangnya terbuat dari kulit asli,” ucap Erlan.
“Bagaimana menurut kamu?” Tanya Erlan kepada Kinan.
“Oke, saya setuju dengan dua jam tangan ini.”
Kinan dan Erlan melihat pramuniaga itu menaruhnya di dalam paperbag. Setelah itu mereka keluar dari gerai tersebut. Erlan memandang Kinan yang masih berada di sampingnya.
“Itu gerai florist pak,” ucap Kinan, menunjuk ke salah satu gerai di sana.
Kinan dan Erlan lalu masuk ke dalam, ketika memasuki gerai ini, tentu saja keharuman dari bunga masuk ke hidung mereka. Kinan menatap bunga-bunga terpajang di rak dengan berbagai model.
“Menurut kamu apa yang bagus?” Tanya Erlan.
“Bunga mawar saja pak. Bunga ini sangat berkaitannya dengan cinta, kecantikan, asmara dan persahabatan. Jadi kita tidak mungkin melewatkannya.”
“Oke, itu saja.”
Kinan lalu memesan satu standing bunga mawar, dan meminta diantar ke hotel The Hermintage jam enam. Setelah itu mereka melakukan pembayaran dan keluar dari outlet. Semua keperluan untuk ke acara pertunangan Brian sudah terpenuhi.
Erlan akui ia memang sangat cocok dengan Kinan, wanita itu memiliki pilihan yang selalu tepat. Jadi ia lebih suka menanyakan apa yang bagus dan mana yang terbaik. Karena pilihan Kinan selalu yang terbaik dan mendasari alasan yang tepat. Tidak salah ia memilih Kinan menjadi sekretarisnya.
“Kamu perlu dress menemani saya nanti,” ucap Erlan.
Alis Kinan terangkat, “Dress? Ah, jangan pak, saya sudah banyak dress. Nantii saya pulang ke apartemen saja, buat ganti baju, lagian tidak terlalu jauh,” tolak Kinan.
“Kamu menjadi pendamping saya Kinan. Jadi saya ingin kamu berpenampilan terbaik di sana, di sana banyak sahabat-sahabat saya juga.”
“Tapi pak.”
“Biasa kamu beli pakaian di mana? Dior? Fendi?”
“Di situ pak, di Zara saja,” ucap Kinan, ia tidak ingin pak Erlan ke outlet super mahal itu.
Erlan menyeimbangi langkah Kinan menuju lantai atas. Ia memandang Kinan, gesture tubuhnya terlihat natural, tubuhnya ramping dan tingginya ideal, seolah sangat pas di dalam tubuhnya. Ia tahu bahwa selera fashion Kinan sangat baik, terlihat jelas bagaimana cara dia berpakaian.
Kini mereka masuk ke dalam outlet, Erlan masuk ke dalam, gerai ini banyak menjual pakaian wanita. Pencahayaanya sangat baik. Erlan menatap deretan dress yang terpajang di rak dan ada beberapa yang terpasang di manekin. Tatapan Erlan tertuju pada salah satu dress hijau berbahan satin yang ada di menekin, dengan potongan dada rendah dan belahan hingga tinggi.
“Saya ingin kamu pakai yang itu,” ucap Erlan.
“Ini pak?”
“Iya, saya rasa itu sangat bagus jika kamu memakainya.”
Kinan mengambil midi dress di rak yang menggantung. Ia mencari size sesuai dengan tubuhnya. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar pas. Sementara Erlan menunggu dengan sabar. Kinan menggantungkan tas nya, ia mulai membuka pakaiannya. Ia lalu mencoba dress pilihan pak Erlan. Ia tidak tahu, ternyata pilihan Erlan adalah dress midi slim fit bodycon berbahan satin ini.
Dress itu kini sudah terpasang di tubuhnya. Oh Tuhan, ternyata benar dress ini sangat cantik di tubuhnya. Perpaduan warna hijau tua dan kulitnya sangat kontras. Kinan menyungging senyum, aksi bete nya terhadap Febian yang tidak menghubunginya kini hilang seketika hanya dress ini.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Kinan keluar dari kamar pas. Erlan menata dress berwarna deep green itu sudah terpasang di tubuh Kinan. Ia terpana beberapa detik, ternyata Kinan sangat cantik. Jujur ia lebih suka Kinan berpakaian seperti ini dibanding dengan pakaian kakunya. Oh God, ia tidak bisa melewatkan satu detikpun penampilan Kinan yang sekarang.
“Bagaimana menurut kamu?” Tanya Kinan.
“Perfect.”
Kinan mendengar itu lalu tersenyum begitu juga dengan Erlan. Ada perasaan yang sulit mereka jabarkan, karena ada terselip rasa bahagia di sana.
***