Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Rasa Trauma

Mike terperangah mendapat tamparan dari Grace sambil memegang sebelah pipinya.

“Grace ... kau ....”

“Kenapa? Kau terkejut aku bisa memukulmu, huh?” Grace menatapnya dengan tatapan penuh marah dan napasnya yang terdengar memburu.

Pasalnya, selama ini Grace selalu bersikap lembut pada Mike, bahkan jika sedang kesal padanya, Grace hanya memilih untuk mendiamkannya, tidak pernah memaki apalagi memukulnya. Sampai akhirnya hatinya kembali luluh karena sikap romantis yang Mike tunjukkan padanya, selalu berhasil meluluhkan hatinya.

“Grace, aku mohon maafkan aku. Aku sungguh mencintaimu, Grace. Aku menyesal telah melakukan kesalahan dengan mengkhianati cinta kita. Please, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita,” mohon Mike menatapnya penuh harap.

Air mata Grace mengalir di kedua pipinya tanpa permisi, “Kau pikir bisa semudah itu untuk aku memaafkanmu, Mike? Setelah aku melihat dengan mataku sendiri apa yang kau lakukan dengan Elle, manajer sekaligus sahabatku sendiri, yang sudah aku anggap seperti adik bagiku. Kau sungguh tak memiliki hati jika memaksaku untuk kembali padamu!”

“Tapi, Grace. Cintaku padamu itu nyata, maka dari itu aku tak melakukannya padamu karena kau hanya ingin melakukannya di malam pertama pernikahan kita nanti. Aku selalu menghargai keinginanmu. Karena itulah aku melampiaskannya pada Elle. Aku tidak pernah sedikit pun mencintainya, Grace,” balas Mike.

Grace tersenyum getir dengan air mata yang tak hentinya mengalir, “Menghargai? Jika kau menghargai aku, kau tidak akan mengkhianatiku dan merusak hubungan kita, Mike. Kau tidak akan menghancurkan perasaanku seperti ini. Sakit, Mike ... hatiku sangat sakit menerima semua kenyataan ini!”

“Ya, aku tahu! Aku sadar aku salah, Grace. Tapi, tolong pertimbangkan hubungan kita selama ini. Kedua keluarga kita sudah saling mengenal dan menjalin hubungan dengan baik selama ini. Tolong jangan buat mereka kecewa dengan keputusanmu yang egois seperti ini!”

“Apa?” Napas Grace terdengar semakin memburu, “Kau bilang aku egois, huh?”

“Ya! Kau hanya mementingkan perasaanmu sendiri, Grace. Bersikaplah realistis. Kau hanya perlu menganggap semua yang kau lihat kemarin tidak pernah terjadi,” tutur Mike dengan entengnya, hingga membuat emosi Grace semakin bergejolak.

Grace mencoba mengatur napasnya perlahan sambil memegangi dadanya yang semakin terasa sesak.

“Sekarang juga kau pergi dari hadapanku, Mike!” titahnya sambil memejamkan matanya dan menunjuk pintu ruangan itu.

“Tidak, Grace. Aku ....”

“Pergi!” jerit Grace dengan wajahnya yang sudah bersimbah air mata, hingga suaranya yang nyaring menggema di ruangan itu. Untung saja ruangannya kedap suara. Namun, bagi Christian yang tengah berdiri di depan pintu itu, terdengar samar jeritan Grace yang membuatnya langsung bergegas membuka pintunya, dan berdiri di hadapan Grace, mencoba melindunginya dari Mike.

“Cepat keluarkan dia dari sini, Bryan!” titahnya pada sang bodyguard dengan posisi memunggungi kedua pria itu.

Christian langsung menarik kasar tubuh Mike. Namun, langsung ditepis kasar oleh Mike hingga tubuhnya sedikit terhuyung.

“Grace, aku belum selesai bicara,” katanya sambil meraih pergelangan tangan Grace.

“Jangan sentuh aku!” teriaknya lagi seraya menghempaskan kasar tangannya. “Mulai sekarang, kita hanya akan berakting sebagai kekasih di depan umum karena kita masih terikat kontrak dengan beberapa perusahaan. Setelah kontrak-kontrak itu selesai, aku tidak akan pernah menerima pekerjaan yang melibatkanmu lagi!” tegasnya.

“Tidak, Grace! Kita ....”

“Bryan, tutup pintunya!” titah Grace pada sang bodyguard.

Christian pun menurut dan menutup pintunya, lalu berdiri di sisi Grace. Takut jika pria itu menyakitinya.

Grace menatap sambil mengulas senyum sinisnya pada Mike, lalu menarik kerah jas Christian dan menyambar bibirnya dengan kasar di hadapan pria yang telah mengkhianatinya itu.

Dengan penuh amarah, Mike mendorong kasar tubuh Christian hingga punggung pria itu terbentur dinding.

“Jangan gila kau, Grace! Bisa-bisanya kau mencium seorang bodyguard! Di mana akal sehatmu, huh?” hardiknya pada Grace dengan tatapan penuh amarah, membuat Grace tersenyum miring sambil mendekati Christian, dan mengalungkan lengannya pada leher sang bodyguard.

“Kau saja bisa melakukan lebih dari ini bersama manajerku! Kenapa aku tidak bisa, huh?” balasnya, lalu kembali menyambar bibir tipis Christian. Sengaja membuat pria itu merasakan bagaimana sakitnya melihat orang yang dicintainya bermesraan dengan orang lain.

“Kau benar-benar sudah gila, Grace,” gerutu Mike.

Kesal melihat tingkah Grace, Mike pergi meninggalkan ruangan itu sambil membanting pintunya dengan keras, hingga membuat beberapa staf dan kru yang melewati lorong ruangan make up itu menatapnya heran.

“Damn! Kenapa ciuman ini membuatku candu?” batin Grace yang mulai menikmati balasan ciuman dari Christian.

Menyadari Mike telah pergi, Grace tersadar, dan segera melepaskan bibirnya yang saling bertaut.

“Maaf!” ucapnya pada Christian sambil menyeka bibirnya dari pertukaran saliva mereka. “Kau bisa keluar sekarang,” titahnya sambil memunggungi pria itu, wajahnya memerah karena jantungnya yang mendadak terasa berdebar saat berciuman tadi.

“Aku rasa ada sesuatu yang perlu kita bahas,” jawab Christian yang membuat jantungnya semakin bergemuruh.

Ia tahu pasti pria yang ia yakini bernama Bryan itu pasti ingin membahas tentang kejadian tadi malam.

“Aku tidak memiliki banyak waktu. Aku harus mengganti kostumku sekarang, karena satu jam lagi ada shooting iklan,” sahut Grace mengalihkan topik.

Christian hanya tersenyum menatap bayangan Grace dengan wajahnya yang bersemu merah, yang terpantul pada cermin di hadapan Grace. Pria itu tahu jika Grace malu untuk membahasnya.Ia hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.

Grace mengembuskan napasnya panjang setelah Christian menutup pintunya. “Bagaimana jika dia membahas tentang apa yang terjadi tadi malam? Apa yang harus aku katakan? Aku tidak mungkin terus menghindarinya,” gerutunya sambil berpikir keras.

“Apa aku pecat saja dia? Tapi, jika aku pecat, bagaimana jika ternyata dia memiliki rekaman tadi malam? Bisa hancur karirku,” lanjutnya terus menggerutu.

“Lagi pula, hanya dia yang berada di sisiku sekarang. Aku belum sempat mencari orang untuk menggantikan posisi Elle.”

Wanita itu terus saja berbicara sendiri sambil menggigiti ujung-ujung kukunya dan mondar-mandir di dalam ruangan itu.

Tok ... Tok ... Tok ...

“Grace, apa kami sudah bisa masuk sekarang?” tanya penata busana dan penata rias yang akan membantunya melepaskan gaun pengantin tanpa lengan berwarna putih yang memiliki ekor sepanjang tiga meter itu.

“Ya! Masuk!” sahut Grace.

Kedua wanita itu pun masuk ke dalam ruangan itu dan membantu Grace untuk melepaskan gaunnya.

Vio, seorang asisten penata busana, menghela napas panjangnya.

“Sayang sekali jika kau melepaskan gaun ini. Gaun ini semakin indah dan elegan jika terpasang di tubuhmu seperti ini, Grace,” katanya yang membuat Grace hanya tersenyum tipis.

“Bukankah tidak lama lagi kau akan menikah dengan Mike? Bagaimana jika memakai gaun ini saja? Sangat cocok untukmu, Grace,” timpal Ola, salah satu staf yang dari C & A, Co.

Grace menatap bayangan dirinya di cermin, lalu tersenyum getir dengan kedua netranya yang mengembun.

Pernikahan yang selama ini sudah sangat ia nantikan, sirna sudah. Jangankan untuk menikah dengan Mike. Untuk menikah dengan pria lain saja sudah tidak terpikirkan lagi di benaknya.Rasa trauma menggelayuti jiwanya.

Melihat raut wajah Grace yang menyendu, kedua wanita itu tak berani lagi berkata apa pun. Hanya fokus melanjutkan pekerjaannya.

Usai berganti pakaian, Grace melanjutkan pekerjaannya di tempat lain.Sepanjang hari, ia terus berpikir bagaimana caranya mendapatkan pengganti Elle. Karena ia tidak ingin jika tuan Max yang mencarikan manajer untuknya.

Setelah selesai dengan semua pekerjaannya, Grace meminta bodyguardnya untuk segera kembali ke apartemen.

Tiba di apartemen, Grace langsung melangkahkan kakinya menuju kamar. Namun, dengan cepat Christian menahannya dengan mencekal pergelangan tangannya.

“Tunggu!” ucapnya.

Grace langsung memejamkan matanya tanpa menoleh pada Christian, ia tahu pasti bodyguardnya itu ingin membahas tentang kejadian tadi malam.

“Ada apa?” tanyanya dengan nada ketus.

“Ada yang harus kita bahas tentang kejadian tadi malam, Nona Stewart,” jawab Christian dengan sikapnya yang tegas.

“Apa lagi yang harus dibahas? Bukankah sudah jelas yang kita lakukan hanyalah sebuah kesalahan? Kita melakukan itu karena kita sedang mabuk,” balas Grace yang masih enggan menatap Christian. Berpura-pura sibuk menatap layar ponselnya.

“Mungkin kau memang sedang mabuk. Tapi, tidak dengan aku!” sahut Christian yang membuat Grace membelalakkan kedua matanya. Karena dia mengira mereka melakukannya karena sama-sama mabuk.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel