Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Kebohongan Yang Terkuak

“Eungh ....” Suara lenguhan Elle dan erangan Mike yang bersahutan terdengar begitu menggema di dalam apartemennya, membuat Grace yang mendengar semua itu, merasakan sakit di hatinya seperti luka sayat yang sengaja disiram alkohol, amat sangat perih dan menyakitkan.

Grace mencoba mengatur napasnya yang memburu, setelah agak tenang, aktris cantik itu memberanikan diri berdiri di depan pintu sambil bersandar pada rangka pintu kamar Elle yang terbuka setengah.

Mike terlihat sedang menjelajahi leher jenjang nan putih milik Elle dan menyesapnya, meninggalkan beberapa jejak kepemilikan di sana.

Mendengar suara teriakan di antara desahan dan lenguhan dari gadis yang berada di bawah kungkungannya itu, Mike pun segera melesakkan pusakanya ke lubang segitiga bermuda milik Elle, membuat Elle menjerit nikmat.

“Akh, ini nikmat sekali, Elle!”

Pria itu terus mempercepat gerakannya dengan sangat brutal, wanita yang berada di bawah kungkungannya itu pun sampai menjerit-jerit dibuatnya, hingga menghantarkan mereka pada puncak kenikmatan dan mencapai klimaks bersama.

Selama permainan gilanya, mereka benar-benar diselimuti kabut gairah, dan suara desahan serta lenguhan mereka yang saling bersahutan sungguh memenuhi seluruh ruangan apartemen Grace.

Setelah mereka mencapai klimaksnya, barulah Grace bertepuk tangan, menerbitkan senyuman sinis di wajah cantiknya, setelah menghapus air matanya.

Prok ... Prok ... Prok ...

Mendengar suara orang bertepuk tangan, mereka berdua pun terbelalak, dan sontak menatap ke arah pintu kamar yang sejak tadi terbuka lebar karena tak ditutup oleh Mike.

Grace menyilangkan kedua lengannya di dada sambil bersandar pada rangka pintu kamar Elle yang terbuka.

Saking bergejolaknya hasrat mereka berdua, mereka sampai tidak menyadari jika Grace sedang menyaksikan permainan mereka sejak sepuluh menit yang lalu. Setelah Grace bertepuk tangan, barulah mereka menyadari kehadirannya.

Beberapa waktu sebelumnya ...

Seorang pria dengan mobil sportnya yang edisi terbatas, baru saja tiba di basemen parkir apartemen elit yang ditempati oleh beberapa aktris terkenal dan beberapa kalangan atas.

"Aku harus segera bersembunyi sebelum orang-orang suruhannya berhasil menemukan keberadaanku," gumam pria itu saat memakai masker untuk menutupi wajahnya, sebelum turun dari mobil miliknya.

Baru saja pria bernama Christian Reed itu turun dari mobil mewahnya dengan menggunakan masker hitam, dan tengah berjalan menuju pintu lift, ada sekelompok orang-orang berpakaian serba hitam turun dari mobil van berwarna hitam dan membekap seorang pria yang terlihat sama persis sepertinya yang tengah berdiri di samping mobil miliknya. Namun, Christian memilih untuk tidak menoleh dan berpura-pura tidak melihatnya, ia hanya memperhatikannya dari bayangannya yang terpantul di pintu lift.

Napas pria itu tercekat di tenggorokan melihatnya. Kemudian ia bergegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam pintu lift yang baru saja berdenting dan terbuka.

Bruk!

"Hei! Apa kau tak menggunakan matamu saat berjalan, huh?" omel Grace pada Christian saat dirinya tiba-tiba ditabrak.

Pria itu tak sengaja menabrak seorang wanita cantik nan stylish yang tengah memakai kacamata hitamnya.

"Maaf maaf!" ucap Christian. Dengan tergesa, ia berlutut di hadapan wanita tersebut, lalu meraih tas tangan wanita yang terjatuh, dan memberikannya kepada sang pemilik.

Wanita itu adalah Grace Stewart, seorang aktris yang dinobatkan sebagai aktris tercantik dan terpopuler dua tahun belakangan karena kecantikan dan bakatnya yang multitalenta.

Grace menatap pria yang baru saja menabraknya itu.

Kedua mata pria itu terbelalak saat melihat sosok Grace.

"Bukankah dia Grace Stewart?" batinnya berpikir sambil terus menatap wanita di hadapannya itu.

Melihat Christian yang tengah memakai setelan jas berwarna hitam yang dipadupadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa menggunakan dasi itu, terlihat persis seperti para bodyguardnya saat baru pertama kali bekerja dengannya, membuat Grace berpikir bahwa pria itu adalah bodyguard barunya.

Tanpa bicara apa pun, Grace melemparkan remote kunci mobilnya pada pria itu, dan langsung ditangkap oleh pria yang masih berdiri mematung menatapnya itu. Karena berpikir pria itu adalah bodyguard barunya.

Karena sebelum dirinya keluar dari apartemen, manajer sekaligus sahabatnya, Elle, mengatakan jika ada seorang bodyguard baru yang menunggunya di basemen.

Elle mengatakan, bodyguard itu yang akan menggantikan Richard, bodyguard yang sudah bekerja dengannya dua tahun belakangan yang tiba-tiba mengundurkan diri tanpa berpamitan pada Grace.

Melihat reaksi pria itu, Grace merasa tidak aneh. Karena setiap pria yang baru pertama kali bertemu dengannya secara langsung, pasti mereka selalu terpana melihat pesona kecantikannya, dan menatapnya dengan tatapan seperti Christian tengah menatapnya sekarang.

Setelah beberapa langkah, ia menyadari jika pria itu masih berdiri mematung sambil menatap bingung remote mobilnya.

"Hei! Kenapa kau masih diam? Kau bodyguard baruku, 'kan?"

"Huh?" Pria itu mendongakkan wajahnya menatap Grace yang menurunkan sedikit kacamata hitamnya. "Bo-bodyguard?" tanya pria itu dengan dahi yang berkerut, ia sungguh tak mengerti dengan perkataan Grace.

"Ya! Kau Bryan bodyguard baruku, 'kan?" tanya Grace lagi memastikan.

Pria itu tertegun, nampak tengah mencerna perkataan Grace sambil memindai tatapannya pada pakaian yang tengah dikenakannya.

Tiba-tiba ia teringat dengan sosok pria yang berpakaian sama persis sepertinya, yang tadi dibekap dan ditangkap oleh sekelompok pria bertubuh kekar dan besar berpakaian serba hitam, lalu dimasukkan ke dalam mobil van berwarna hitam, tepat sebelum Grace keluar dari dalam lift.

Karena dirinya pun tengah berusaha melarikan diri dari sang paman yang berniat melenyapkannya, akhirnya ia pun memutuskan untuk menggantikan posisi pria itu saja.

"Hallo?" Grace mengibaskan tangannya di depan wajah pria itu. "Kenapa melamun? Apa aku salah orang?" tanya Grace lagi yang mulai curiga.

"Hum? Ti-tidak, Nona ... ya, benar! Aku bodyguard barumu," jawabnya tegas bersikap seperti seorang pengawal.

"Ya sudah. Ayo, antar aku!" titahnya pada pria bertubuh atletis dan pemilik rahang tegas itu.

"Antar? Antar ke mana?" tanyanya tak mengerti.

"Sudah, jangan banyak bertanya! Cepat bukakan pintu mobilnya untukku!" titahnya ketus pada pria itu.

Grace memang memiliki karakter yang sedikit ketus dan sombong jika pada orang yang baru ditemuinya. Terkecuali pada penggemarnya, ia selalu bersikap ramah pada mereka.

Alih-alih mendahului Grace, pria itu justru malah mengekorinya. Membuat Grace kesal dan kembali menatapnya, "Kenapa kau malah mengekor di belakangku? Kau tidak berpikir mesum tentangku, 'kan?"

"Ti-tidak! Aku tidak tahu yang mana mobilmu, Nona," jawab pria itu.

"Kau tekan saja remote itu, maka kau akan tahu yang mana mobilku," omelnya pada pria yang ia kira pengawal barunya itu. "Stupid," gumamnya pelan. Namun, masih bisa terdengar jelas oleh pria itu. Kemudian ia berjalan menuju mobilnya sambil menelepon kekasihnya, Mike.

Christian hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat mendengar umpatan Grace padanya. Ia mengakui jika dirinya benar-benar terlihat seperti orang bodoh sekarang.

“Hai, Sweetheart!” sahut Mike dari seberang teleponnya.

“Kau jadi kan menyusul ke rumah Mommy? Dia kemarin sudah berpesan kepadaku bahwa kau harus datang,” tutur Grace to the point pada sang kekasih dengan nada yang agak ketus. Kesal karena beberapa hari ini kekasihnya itu jarang sekali menghubunginya.

“Maaf, Sweetheart. Aku belum selesai shooting, masih ada beberapa kali take lagi. Aku titip salam saja pada Mommy ya, katakan padanya, nanti disaat aku sedang free, aku akan berkunjung ke rumahnya,” tutur Mike.

Grace mendengus kesal, “Sampaikan saja sendiri!” ketusnya, kemudian mengakhiri panggilannya sepihak.

“Selalu saja membuat alasan! Menyebalkan!” gerutunya sambil menatap layar ponselnya seolah sedang mengomel pada kekasihnya itu.

Belakangan ini, Grace merasa ada yang aneh dengan Mike, biasanya kekasihnya itu selalu menuruti keinginannya, terlebih jika itu adalah keinginan dari calon ibu mertuanya, Mike pasti akan membatalkan jadwalnya demi memenuhi keinginannya.

Akan tetapi, satu bulan belakangan ini Mike mulai berubah, dia bukan seperti Mike yang selama ini dikenalnya.

Bahkan di saat Grace sedang merajuk seperti ini, tidak ada upaya dari tunangannya itu untuk membujuknya, padahal selama ini Mike selalu mementingkan dirinya di atas segalanya, bahkan jika dirinya sudah merajuk seperti ini, pria itu akan meninggalkan pekerjaannya dan menyusul ke tempat di mana Grace berada, walau Grace sedang shooting atau pemotretan di luar negeri sekalipun, pria itu akan menghampirinya.

Sudah satu minggu ini saja, Mike belum pernah menemuinya, padahal Grace sangat merindukannya.

Tanpa sadar, air mata menetes dari sudut matanya, namun dengan cepat ia menyekanya.

Ketika Grace hendak masuk ke dalam mobil, gadis itu tak sengaja melihat sekilas seperti ada mobil yang tak asing baginya yang terparkir di ujung basemen yang tempatnya lebih gelap karena lampunya yang tengah padam dan belum diperbaiki oleh orang maintenance apartemen elit itu.

“Sepertinya itu salah satu mobil Mike?” gumamnya dalam batin sambil mengernyitkan dahi menatap mobil sport Porche Cayman GT4 berwarna biru metalik itu.

“Nona, tidak jadi pergi?" ucap pria yang sudah membukakan pintu mobil untuk Grace itu.

“Wait,” sahut Grace mengangkat sebelah tangannya sambil melangkahkan kakinya hendak menghampiri mobil Mike.

Akan tetapi, saat baru saja beberapa langkah, tiba-tiba ada panggilan dari Richard, mantan bodyguardnya.

Akhirnya, gadis itu pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri mobil itu, lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya sendiri.

Pria yang dikira bodyguardnya itu langsung melajukan mobilnya keluar dari basemen apartemen elit itu.

Ia menggunakan fitur lokasi yang ada di mobil itu untuk mengetahui di mana lokasi rumah orang tua Grace, setelah ia mendengar percakapan Grace bersama seseorang di ponselnya.

“Hei, Richard! Kenapa kau mengundurkan diri tanpa mengatakan apa pun padaku?” omel Grace pada bodyguard lamanya itu, saat menjawab panggilannya.

“Elle yang sudah memecat ku, Grace. Kau berhati-hatilah padanya!” tutur Richard dari seberang teleponnya.

“Apa maksudmu? Dia bilang padaku kau yang mengundurkan diri," kata Grace dengan alis yang menukik.

“Itu bohong, Grace! Aku memergoki dia berciuman di ruang make up dengan tunanganmu saat kau sedang perform tiga hari yang lalu. Karena dia takut aku mengadu padamu, jadi mereka membuatku dipecat oleh tuan Max dengan memfitnahku,” jelas Richard dengan nada yang emosional.

“What’s? Kissing? Tunanganku? Mike with Elle maksudmu? Are you kidding me, Richard?!” pekik Grace tak percaya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel