Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Save, Si Tampan yang Misterius

Bab 4 Save, Si Tampan yang Misterius

Save merapikan dirinya di depan cermin berukuran 40*90 cm yang pinggirnya menonjolkan ukiran seperti miniatur hewan-hewan. Ia tiba-tiba berhenti saat menyisir rambutnya yang berwarna sedikit abu-abu kecoklatan. Dia mengamati wajahnya sendiri dengan seksama. Mulai dari matanya yang berwarna biru muda, bulu mata panjang yang sangat lentik, alis yang hitam kelam, rambutnya terlihat ikal meski tidak terlalu panjang dan bentuk wajahnya yang oval. Lalu dia melihat ke seluruh tubuhnya. Kulitnya yang berada di ¬medium tone¬ membuatnya terlihat cool.

“Sepertinya Nort lebih tinggi.“ Save memegang puncak kepalanya, melihat telapak tangannya dari cermin. Kemudian memutar badannya dari cermin, kembali ke pembaringannya dan berusaha memasuki ruang mimpinya.

Save berdiri sendiri, dilihatnya Maia dengan baju yang sudah terkoyak dengan posisi duduk di tanah tepat berada di depannya. Tidak ada Nort di sana. Save menyapu pandangan ke sekelilingnya, netranya menangkap informasi bahwa dia sedang berada dalam pertempuran. Save kebingungan ketika tiba-tiba ada suara yang berbisik di telinga kirinya. Save mencari sosoknya. Nihil. Sekali lagi dengan nada yang lebih kencang, suara itu mengatakan, “Bunuh gadis itu. Cabik-cabik dia, bukankah dia makanan yang lezat, Save? Bunuh dia!”

Save mencoba berlari ke arah Maia, tangan kanan Save yang semula kosong tiba-tiba muncul pedang yang sepertinya siap mencabik siapa saja. Save menahan sekuat tenaga. Keringat mengucur sangat keras, tangannya gemetar, matanya mengalir bulir-bulir hangat dan badannya menegang. Dia seperti melawan dirinya sendiri. Meskipun sudah ditahan, tiba-tiba pedang sudah berada di posisi siaga. Save berteriak sekuat tenaga memanggil Maia yang terduduk lemas di depannya. Maia mengangkat kepalanya perlahan dan mata mereka terkunci untuk beberapa waktu. Lalu Save merasa seperti terhipnotis dan tiba-tiba …

“Arrrrgh!” Save terduduk, mengucek mata dan mencoba menyadarkan dirinya.

Butuh waktu lebih dari lima menit untuk membuatnya sadar bahwa yang dialaminya adalah mimpi. Save melihat ke setiap sudut ruangan, furniturnya serba dari tulang hewan. Kamarnya yang berwarna serba abu-abu, kemudian pandangan matanya berhenti di selimut yang ia pegang dengan kedua tangannya. Selimut yang berwarna perak itu pemberian dari Maia. Sesaat Save mengingat mimpinya ketika matanya dan mata Maia bertatapan cukup lama, hingga Save mampu melihat warna mata Maia yang berwarna kehijauan itu.

Save berniat untuk melanjutkan tidurnya, saat sesuatu memaksa masuk ke dalam rongga hidungnya. Ia sering sekali mencium bau itu saat ayahnya pulang dari hutan. Rasa penasaran Save pun menuntunnya untuk memastikan bau apa yang sebenarnya sangat menusuk itu. Ada yang aneh dari Save, ia menjadi sedikit bersemangat dan sangat lapar ketika mencium bau tersebut. Save membuka jendela kamarnya. Betapa terkejutnya Save ketika ia melihat serigala tengah memangsa salah satu kudanya. Save tidak merasa ketakutan, ia merasa seperti kehausan dan kelaparan yang lebih dari sebelumnya. Ketika Save hampir kehilangan kendali, serigala tersebut melihat ke atas, tepat ke arah Save yang sedang memperhatikannya. Save terkejut, lalu menutup jendelanya, memutuskan untuk kembali ke pembaringan dan tidur.

***

Save bangun lebih siang dari biasanya. Dia bersiap-siap merapikan diri untuk bergegas ke rumah Nort. Sekitar 10 menit, Save sudah terlihat rapi lalu mencari Sam ke setiap sudut ruangan dirumahnya. Tetapi sepertinya Sam sudah pergi meninggalkannya. Dia juga tidak menemukan tanda-tanda ayahnya berada di rumah. Save berjalan ke luar rumahnya, melihat ke sekeliling halaman rumahnya dan ke arah tegak lurus dari jendela kamarnya, tepat di mana dia melihat kudanya dimangsa. Bersih, tidak ada tanda-tanda darah di sana. Penciumannya masih tergelitik dengan aroma yang sama, meski tidak terlalu jelas.

“Save, bukankah ini hari terakhir libur?” Save dikagetkan dengan kehadiran ayahnya dari arah kanan tempatnya berdiri.

“Iya, Yah. Ayah dari hutan lagi? Kata orang di sana banyak sekali makhluk yang mengerikan, kenapa ayah selalu ke sana?” Mata Save terpaku pada tangan kanan dan kiri ayahnya yang membawa benda tajam.

“Apa kamu tidak lelah selalu pergi ke rumah Nort? Apa kamu tidak ingin menghabiskan hari ini untuk beristirahat saja?” Ayahnya meletakkan benda yang sedari tadi berada dalam genggamannya.

“Save bosan di rumah, Yah. Sam juga di rumah Nort.” kata Save.

“Baiklah.”

“Ayah pergi ke hutan dari semalam?” Tiba-tiba Save mengingat kejadian semalam yang dilihatnya.

“Apa ayah tidak melihat hal yang mencurigakan? Soalnya Save melihat kuda kita dimangsa, di sini.” Save melanjutkan kata-katanya, sambil menunjuk tempat kejadian semalam.

“Ayah pergi tadi subuh tidak melihat apa-apa, Save. Mungkin kamu berhalusinasi. Sudah, sana berangkat. Mungkin Nort sudah menunggumu.” Ayahnya berlalu masuk ke rumah dan meninggalkannya sendirian.

Save bergegas menunggang kudanya dan menuju ke rumah Nort.

***

“Hari ini mau ke tempat yang baru atau ke tempat kemarin, Nort?” Maia mencoba memecahkan keheningan di antara mereka yang sudah berlangsung selama dua jam itu.

“Tunggu Save dulu. Saya sebenarnya masih ingin menjelajahi tempat yang tempo hari kita datangi. Rasa penasaranku seperti terpupuk dan tumbuh subur sekarang.” Nort menjawab pertanyaan tanpa melihat ke arah Maia.

“Apakah Nort membenci Maia? Mengapa tidak melihat ke arah Maia ketika menjawab? Dasar.” Maia menggerutu.

Seketika suasana kembali hening hingga Save datang.

“Ada apa gerangan dengan situasi ini? Kalian bertengkar?” Save mengambil posisi untuk duduk di samping Nort.

“Tidak.” jawab Nort dan, “Iya.” jawab Maia secara bersamaan.

“Baiklah tuan dan nona, saya minta maaf karena datang terlambat. Sehingga rencana untuk memacu adrenalin ke tempat yang baru harus diurungkan. Bagaimana kalau kita berkeliling dan menyelesaikan rasa penasaran di tempat yang tempo hari kita datangi saja?” Save melihat ke arah Nort dan Maia. Pada saat yang sama, Maia terlihat melirik ke arah Nort, dan itu membuat Save sedikit merasa tidak nyaman.

“Baiklah, saya siapkan bekal untuk perjalanan.” Nort berniat bangkit dari tempat duduknya.

“Halo tuan, Nort. Bukankah di sana juga ada makanan?” Maia mencoba menggoda Nort dengan nada meledeknya tersebut. Tetapi Nort sudah berlalu dan meninggalkan Save serta Maia berdua.

Save mencoba mencari kata-kata untuk mencairkan rasa canggung yang sedang mengusiknya sendiri. Namun, saat ia melihat ke arah Maia mata mereka bertemu. Save tiba-tiba mengingat mimpi yang dialaminya semalam, dan saat yang sama Save memalingkan wajahnya.

“Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?” Maia tiba-tiba melihat sinis ke arah Save.

Belum sempat Save menjelaskan, Nort sudah hadir di antara mereka membawa satu tas makanan di kanan kirinya dan satu tas gendong yang menggantung di belakang punggungnya. Cukup dengan tiga anggukan, kode dari Nort tersebut mampu dimengerti oleh Maia dan Save. Lalu mereka bertiga meninggalkan rumah Nort dengan menunggang kuda.

***

Mereka sudah sampai di depan gerbang yang terbuat dari pepohonan yang diapit oleh dua bukit. Meski sudah dua kali datang ke hutan tersebut, mereka selalu saja kehilangan Maia setelah berhasil melewati gerbang. Sama seperti kali ini. Ketika Nort dan Save berada di depan pintu yang penuh dengan bercak darah itu, sekitar tiga detik kemudian barulah Maia bergabung bersama mereka dengan cara melompat dari ranting yang berada di seberang pintu yang penuh dengan bercak darah tersebut. Bedanya kali ini Save dan Nort tidak ditabrak seperti saat pertama kali datang.

Nort membuka pintu dan mendahului Save serta Maia untuk masuk ke dalam pohon yang dikeramatkan oleh penduduk setempat tersebut. Save melihat ke arah kanan pintu, terlihat beberapa butir batu alam berwarna hazel, putih tulang, kuning, indigo dan hijau turkis diletakkan di buku yang terbuat dari kayu kuno dan terlihat sangat kokoh. Di sampingnya ada beberapa botol kaca yang berisi sesuatu yang tidak terlalu terlihat karena tertutup dengan air yang sudah sangat keruh. Di tengah ruangan terdapat dua meja yang berbentuk lingkaran dan beberapa kursi. Di belakang kursi tersebut terdapat pintu yang tertutup pintu besi, dan terlihat terkunci dengan gembok warna coklat tua menggantung di sana.

Dinding-dindingnya menjadi rak buku raksasa dari lantai paling bawah sisi kiri Save, hingga lantai paling atas. Save menghitung ada empat lantai termasuk lantai dasar. Hanya saja penerangan hanya mengandalkan lilin-lilin yang diletakkan di sudut-sudut ruangan.

“Save, ke sini.” Maia melambaikan tangannya tepat di depannya.

“Kira-kira suara yang kita dengar tempo hari berasal dari mana?” Save berjalan mendekat ke arah Maia yang sudah duduk bersama dengan Nort di salah satu meja.

“Entahlah.” Nort menggelengkan kepalanya. Sesekali masih menyapu pandangannya ke sekeliling. Mencoba membayar rasa penasarannya.

“Iya, bukankah suara itu mengatakan bahwa ini adalah markas kita?” Maia menyangga dagunya menggunakan kedua tangannya.

“Save, apa kamu sedang sakit? Mengapa badanmu dingin sekali?” Maia meletakkan telapak tangannya di kening Save.

“Eh, tidak. N, Nort, bukankah ini sudah lebih dari setahun kamu berada di sini? Apa kamu nyaman di sini?” Save mengubah alur pembicaraan Maia. Ia terlihat gugup dan salah tingkah.

“Iya Save, terkadang tatapan matamu itu sangat tajam. Sehingga saya sering salah paham. Saya pikir kamu sedang marah.” Nort yang sepertinya kurang paham dengan kode yang diberikan Save, lalu melanjutkan alur pembicaraan Maia yang belum dijawab oleh Save.

“Apa kamu baik-baik saja, Save?” Nort melanjutkan kata-katanya ketika melihat Save seperti tidak mampu menjawab pertanyaannya.

“Pohon ini namanya pohon Mummy.” Save tiba-tiba berteriak dan berdiri sambil menunjuk ke atas pintu yang bertuliskan Mummy.

Nort dan Maia tercengang melihat Save yang bertingkah tidak biasa tersebut. Dengan seksama mereka melihat ke arah yang ditunjuk dengan tangan Save.

“Mau lanjut menguji adrenalin? Sepertinya di sini banyak hal yang perlu kita jelajahi.” Maia menyeringai ke arah Nort dan Save.

Maia berjalan memimpin Nort dan Save menuju ke arah tangga. Namun, belum sempat Maia menaiki anak tangga yang pertama, mereka dikejutkan dengan suara siulan dari bawah tanah. Save mendengar suara aneh yang tidak didengar oleh Maia dan Nort. Mereka bertiga pun dilanda kepanikan di dalam pohon Mummy.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel