Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Paduka Kaisar Sakit Parah

Bab 11 Paduka Kaisar Sakit Parah

Ivonne seakan sudah tidak bisa membedakan kenyataan dan mimpi, gemetar sambil mendorong kotak obat itu kembali ke bagian bawah ranjang. Saat kotak obat itu memasuki bagian bawah ranjang, ternyata benda itu menghilang.

Dia tidak berani bernapas selama tiga detik, mengulurkan tangan dan menyentuh bagian bawah ranjang, memang benar tidak ada apa-apa.

Dia gemetar, perlahan merangkak kembali ke ranjang, bernapas dengan terengah-engah.

Apa yang terjadi baru-baru ini, sudah melebihi ranah kognitifnya, pengetahuan profesionalnya dan pengetahuan non-profesionalnya sudah tidak dapat memberinya jawaban untuk hal-hal yang tidak diketahui ini, ada ketakutan dalam hatinya, dia benar-benar merasa takut.

Pintu didorong terbuka, Ivonne masih belum sempat mendongakkan kepalanya untuk melihat, dia sudah merasakan aura dingin di sekeliling, dia hanya merasakan rasa sakit di kulit kepalanya, tubuhnya kemudian dilempar turun dari atas ranjang.

"Apa kamu sedang berpura-pura mati? Jika ingin mati maka langsung mati, atau bangun kemudian ganti baju dan ikut aku ke Istana." Suara dingin itu terdengar di atas kepalanya, Ivonne kemudian dengan kasar ditarik, punggungnya dengan kasar menyentuh lantai, sangat menyakitkan hingga seluruh tubuhnya gemetar, masih belum sempat untuk mengambil nafas, dagunya sudah ditahan oleh sebuah tangan yang keras, kekuatannya sangat besar, bahkan hampir menghancurkan dagunya.

Pandangan mata Ivonne yang menyakitkan berbenturan dengan pandangan matanya yang marah, wajah yang dingin dan kejam, dia tidak bisa menyembunyikan raut jijik dan meremehkan pada Ivonne, "Aku peringatkan padamu, jangan berpikir melakukan trik apapun, jika masih berbicara sembarangan di depan Ibu Suri, maka aku menginginkan nyawamu."

Ivonne kesakitan hingga menjadi sangat marah, nyawa manusia ada di mata mereka ini, apa begitu tidak berharga? Dia sudah begitu terluka, tapi orang ini masih tidak mau melepaskannya.

Ivonne menggunakan semua kekuatannya, menjambak rambut Raja Ronald, menopang tubuhnya dengan lututnya, kemudian membenturkan wajahnya ke kepala Raja Ronald dengan kencang, gerakan ini adalah rencananya untuk memberikan serangan terakhir.

Raja Ronald tidak menyangka bahwa Ivonne berani melawan, dan lagi menggunakan kepalanya sendiri untuk membenturkannya padanya, untuk sesaat dia tidak bisa mengelak, pandangan matanya berkunang dan dia pusing untuk sesaat.

Ivonne sudah hampir pingsan, tapi mencoba untuk menahannyaa, ketika Raja Ronald masih belum bereaksi, lututnya ditumpukan di punggung tangan Raja Ronald, darah segar menetes dari mulutnya ke wajah Raja Ronald, rambut panjangnya tergantung ke bawah, dengan gila berkata: "Melakukan sesuatu itu ada batasnya, mengapa kamu menindas orang sampai sebegitunya!"

Sebuah tamparan jatuh di wajah Ivonne.

Kepala Ivonne menoleh, pandangan matanya menggelap, dalam keburaman dia melihat langkah Bibi Linda yang berjalan masuk, "Yang Mulia, tolong berbelas kasihlah!"

Yang Mulia tidak menunjukkan belas kasihan, sebuah tamparan kembali dilayangkan, setelah kemarahannya, dia melihat darah di belakang punggung Ivonne, dengan dingin berkata: "Urus luka-lukanya, ganti pakaiannya, balut lukanya dengan kencang, kemudian berikan dia semangkuk sup golden purple agar dia bisa bertahan selama setengah hari."

Ivonne melihat sosoknya yang berjubah hitam emas yang berjalan langkah demi langkah menjauh dari pandangannya, akhirnya menarik napas lega, perlahan-lahan menjadi rileks.

Bibi Linda dan Letty maju untuk membantunya, mereka tidak berbicara, ketika membantu memapahnya ke atas ranjang kemudian dibaringkan secara telungkup dan memotong pakaiannya, keduanya mengambil napas dingin.

Letty dengan meringis berkata: "30 kali pukulan dengan papan, mereka benar-benar kejam, benar-benar memukul dengan kejam."

"Cepat ambil air panas, bubuk obat dan juga buat sup golden purple!"

Sekujur tubuh Ivonne kesakitan, terutama ketika pakaiannya digunting dan dengan perlahan dipisahkan dari tubuhnya yang sudah menempel, sekujur tubuhnya gemetaran, tapi dia sama sekali tidak mengatakan apa-apa, tenggorokannya bagai terbakar di dalam api, tidak bisa mengatakan sepatah katapun.

Membersihkan luka, membersihkan darah yang menempel, mengoleskan bubuk obat, seluruh proses ini, Ivonne menahannya dalam diam, seakan sedang bermimpi buruk, dia akan baik-baik saja ketika bangun.

Dia mendengar Letty bertanya: "Bibi, apa benar-benar akan meminumkan sup golden purple?"

"Ya, jika tidak, sepertinya nyawanya tidak akan selamat." Setelah Bibi Linda selesai berkata, dia menghela nafas.

"Tapi sup golden purple ini ..."

"Jangan banyak omong kosong, cepat bantu papah Permaisuri."

Ivonne dipapah bagai gumpalan kapas yang lemah, cairan hangat mengalir masuk melalui sudut bibirnya, sangat pahit, dia hampir kehilangan kemampuan untuk menelan.

"Minumlah, Permaisuri, minum saja dan akan membaik." Bibi Linda berbisik pelan di telinganya.

Ivonne sangat ingin menyingkirkan rasa sakit ini, jadi dia meminumnya dalam satu tarikan napas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel