Bab 6. Pertemuan Keluarga
Angeline menatap Bryan dengan heran, entah mengapa dia merasa kecewa karena Bryan menjadi dingin. Tidak, Bryan memang dingin sejak awal. Jadi apa yang Angeline harapkan?
Para pelayan mulai melayani Angeline. Bak salon sungguhan, Angeline dirubah menjadi sangat berbeda dan cantik. Pertama dia diminta untuk merendam diri dalam bathup beraroma terapy. Angeline jelas sangat senang karena tak pernah memanjakan dirinya seumur hidup.
Setelah itu, para pelayan melakukan perawatan tubuh dengan luluran yang membuat kulit Angeline menjadi sangat halus. Rambutnya yang bergelombang tak terurus, dipotong sebahu. Terlihat sangat rapi dan berkilau dengan poni sebatas alis.
Angeline memakai gaun selutut tanpa lengan. Menampilkan lekuk tubuhnya yang memang kurus namun terlihat indah. Memakai sepatu heels, dan make up tipis namun tetap menawan. Angeline menatap dirinya di depan cermin dengan tidak percaya. Dia bahkan tak bisa mengenali dirinya sendiri atas perubahan penampilannya.
Di ruang makan, kepala pelayan mengajarkan bagaimana cara Angeline makan dan minum. Menggunakan peralatan makan yang beragam dan fungsi yang berbeda sedikit membuat Angeline kesulitan. Hingga kepala pelayan memarahinya karena selalu salah.
Bahkan Angeline berlatih berjalan dengan sangat anggun dan tak boleh menjatuhkan tumpukkan buku yang ada di atas kepalanya. Seharian penuh, Angeline berlatih agar menjadi wanita elegan yang penuh keanggunan. Tak boleh ada sedikit kesalahan. Semuanya harus sempurna tanpa ketahuan.
Malam harinya, Angeline yang sudah lelah berlatih akhirnya diperbolehkan makan sepuasnya. Angeline yang sangat lapar menghabiskan satu piring penuh nasi dan beberapa potong ayam goreng. Dia bahkan menghabiskan roti yang tersaji di meja.
“Mengapa kau menghabiskan semuanya!” bentak kepala pelayan dan membuat Angelina tersedak.
Angeline mengambil gelas dan meminumnya dalam sekali teguk, tepat Bryan datang bersamaan dengan sekretaris dan pengacaranya. Angeline berhenti minum dan langsung berdiri dari tempatnya.
“Duduklah, habiskan minummu dan bernapas dengan perlahan,” ucap Bryan tanpa menatap Angeline.
Angeline menaruh gelasnya dan mengelap mulutnya yang sedikit berlepotan. Kepala pelayan memberikan hormat lalu pergi dari sana. Bersamaan dengan para pelayan yang lain. Angeline menatap heran namun tak berkata apa-apa.
“Mengapa tidak duduk?” tanya Bryan. Angeline pun duduk dengan tegang. Suasana di sana berubah menjadi makin suram.
Bryan melirik ke arah sekretarisnya dan sekretarisnya langsung memberikan sebuah dokumen yang cukup tebal.
“Kau harus menghapal semua yang ada di sana. Mulai sekarang, kau adalah seorang anak dari profesor yang sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Tinggal seorang diri, tak ada adik ataupun kerabat. Bahkan teman pun tak ada. Tinggal di California dan lulusan S1 jurusan desain. Memiliki butik yang tidak terlalu terkenal, namun memiliki banyak pelanggan dari wanita sosialita,” jelas sekretaris John menunjukkan beberapa poin penting yang harus Angeline ketahui.
“Mengapa ... aku harus mengubah identitasku? Apa itu berarti namaku berubah?”
“Tidak, namamu tetap Angeline Felicia, hanya latar belakangmu yang harus menyesuaikan standar untuk menjadi istriku. Dan selama kontrak, jangan sekali-kali menghubungi keluargamu.”
“Apa? Tetapi, mereka pasti akan khawatir –“
“Ini adalah ponsel dan nomor barumu, gunakan ini selama masa kontrak masih berlaku. Masalah keluargamu, akan kami urus. Sampai masa kontrakmu berakhir, keluargamu akan menjadi tanggung jawab tim kami. Dan kami pastikan mereka hidup dengan baik tanpa kekurangan apa pun,” sela pengacara Ace.
Angeline kembali tak bisa berkomentar apa-apa. Bagaimana pun juga, apa yang Angeline butuhkan sudah dipenuhi oleh Bryan. Dan kini Angeline wajib menuruti semua kesepakatan mereka selama kontraknya masih berlangsung.
“Kurasa penjelasannya sudah cukup karena kau hanya diam saja. Hapalkan semuanya malam ini. Besok kita akan bertemu dengan keluargaku dan membahas pernikahan kita,” ucap Bryan mengakhiri pertemuan mereka.
“Tunggu! Secepat itu?”
“Ya, mengapa? Kau mau menundanya? Aku sudah tak punya waktu. Bersiaplah, jam tujuh pagi supirku akan menjemputmu.”
Bryan bangkit dan berjalan keluar. Para pengikutnya mengekori di belakang. Meninggalkan Angeline yang masih belum terbiasa dengan semuanya. Dia hanya bisa menghela napas dan mengacak rambutnya yang masih rapi sedetik yang lalu.
Pagi harinya, Angeline sudah siap sejak satu jam yang lalu. Dia bahkan sarapan sepotong roti dan segelas susu. Bangun dari jam empat subuh, Angeline yang terbiasa tak tidur tidak kaget dengan rutinitas tersebut. Hanya saja, berleha-leha sambil membaca dokumen yang harus dia hafal masih hal baru baginya.
“Ibu dan Michael, apa mereka sudah sarapan?” gumam Angelina sudah merindukan keluarganya. Namun, kenyataan menyadarkannya untuk tidak memikirkan keluarganya. Angeline hanya harus menjalani masa kontrak selama satu tahun. Tak lebih dan tak kurang.
Sebuah mobil tiba, sopir yang menjemput Angeline turun dan membukakan pintu. Angeline berjalan dengan anggun, tampak sekali perubahan padanya. Wajahnya menjadi lebih cantik dan bersinar. Make up yang tipis dan raut yang elegan. Benar-benar jauh dengan Angeline yang dahulu berlari ke sana kemari hanya untuk mendapatkan pekerjaan.
Sepanjang perjalanan, Angeline masih membaca dokumennya. Dia tak ingin melakukan kesalahan sekecil apa pun. Angeline bertekad untuk tidak mengecewakan Bryan dan melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.
Sesaat kemudian, mobil Angeline pun sampai di sebuah hotel ternama. Angeline cukup terpukau saat memasuki lobby hotel tersebut. Di sana sudah ada John yang menantikan kehadirannya. Angeline langsung bersikap anggun dan mencoba untuk tidak melihat sekitar saat berjalan mendekati John.
Rupanya, Bryan sudah berada di sana. Dia sedang sibuk berteleponan dengan klien. John menyapa Angeline. Dan membawa Angeline untuk naik lift terlebih dahulu. Mereka pun sampai di restoran mewah yang ada di sana. Angeline duduk di salah satu ruang privat yang hanya bisa dipesan oleh tamu VVIP.
Beberapa pelayan mulai berdatangan untuk mengisi air mineral pada gelas yang ada di meja. Angeline cukup gugup, hingga Bryan datang dengan masih memandangi ponselnya.
“Pagi Pak- Bryan,” sapa Angeline tersenyum lebar hingga membuat matanya melengkung. Bryan hanya menatapnya dingin tanpa membalas sapaan Angeline.
Angeline tampak canggung dengan sikap Bryan tersebut. Namun, belum ada dua menit beberapa orang datang dan duduk di kursi yang sudah tersedia. Meja yang panjang itu mulai penuh dengan kedatangan orang-orang yang tampak penting dan berkelas.
Angeline jelas terpukau dan tak pernah menyangka akan melihat karisma dari orang-orang yang sangat jauh berbeda dengan dirinya. Oorang-orang itu menatap Angeline dengan tatapan heran dan tak suka.
Mereka terkejut karena Bryan duduk di sebelahnya. Banyak persepsi akan kedatangan Angeline di sana. Namun, tak ada satu pun yang berani bertanya langsung pada Bryan. Hingga Nyonya Rose datang bersama dengan Lucy, sepupu jauh yang hendak dia nikahkan dengan Bryan.
Nyonya Rose menatap tajam pada Angeline yang hanya bisa tersenyum kecil dengan tidak nyaman. Suasana makin mencekam dan membuat Angeline gugup. Bahkan air di gelas Angeline sampai habis diminum. Seorang pelayan datang untuk mengisi air di gelas Angeline.
Terima kasih,” ucap Angeline gugup. Tingkahnya mencuri perhatian semua orang.
“Saya akan menikah dengannya minggu ini,” ucap Bryan tiba-tiba mengejutkan.