BAB 6 - Joke
"Tentu saja dia bahagia, Raja yang begitu bodoh memberikan aset kecantikan milik Negara, tak lain Anak Jendral itu sendiri. Seharus dia sadar bahwa idiot itu sangat berguna di masa depan," ucap Revano.
"Berguna bagaimana maksudmu?" tanya Dion, Yustin bersamaan.
Revano tidak menjawab.
Yustine bicara, "Lihat Riska yang begitu sangat marah... melihat kekasihnya berdansa dengan Sepupunya."
Revano menyunggingkan bibirnya. "Devan memang sengaja mengambil kesempatan itu. Pria mana sih, yang tidak terpengaruh oleh pesonanya."
Raja yang melihat kecantikan Putri lain yang berdansa dengan anaknya, entah kenapa ia merasa begitu ingin menikahinya. Kehausan kekuasaan yang ada di tangannya, begitu ingin menikahinya segera, dan membuatnya menjadi Selir favoritnya.
Maka dari itu, setelah ia mengumumkan pernikahan Adiknya, ia akan mengumumkan pernikahannya, untuk dirinya sendiri, bersama Putri cantik itu.
Raja tidak perduli asal dari mana Putri itu, bahkan jika itu adalah Negara musuhnya sendiri, ia tidak perduli sama sekali. Yang ia inginkan hanya kepuasan semata.
Saat alunan musik berhenti Devan dan Putri cantik itu membungkuk memberi hormat kepada Raja dan juga Ratu.
Raja yang sudah tidak sabaran lagi, ingin cepat-cepat bertanya, "Dari manakah Putri cantik ini berasal?"
Vanya yang tertunduk di bawah, tersenyum smirk. 'Kejebak kau.' Vanya mengangkat kepalanya tinggi- tinggi, seketika wajahnya berubah menjadi datar, pesona dalam dirinya sangat begitu kuat terpancar, membuat semua Orang yang memandang dirinya, tidak dapat teralihkan.
"Yang mulia Agung Britania Raya, saya putri dari Jendral Martinez."
Raja yang marah tidak jelas memukul sandaran tangan kursinya. Raja kini sangat bingung membuat keputusan. di satu sisi ia ingin menganugerahkan pernikahan untuk Adiknya, tapi disisi lain ia begitu menginginkan Anak Jendralnya.
Suara Adik Raja yang begitu bersemangat, membuat Raja begitu Patah hati sekarang, tiba-tiba saja dia memendam kebencian untuk Adiknya sendiri.
Semua Orang mulai menunggu Raja bicara, bahkan Keluarga tiri Jendral sudah tidak sabar lagi mendengar titah dari Raja.
Raja yang tidak ingin Adiknya kecewa berdiri, lalu berkata lantang, "Kau adalah Putri Jendral, maka saya akan umumkan bahwa Putri Jendral akan di anugrahkan pernikah bersama Pangeran John Philip!" Suara Raja terdengar tegas.
Semua orang yang hadir membantah. Mereka tidak setuju dengan keputusan konyol Raja. Dan mulai berbisik satu sama lain.
'Raja ini bodoh sekali. Otak dari mana ia miliki, Putri cantik seperti ini kenapa di sia-siakan hanya untuk menikahi si Tua bangka itu.'
'Raja konyol, duduk di tahtanya tapi tidak bisa memakai kemampuan berpikirnya.'
'Putri cantik seperti ini, sebaiknya di jadikan pertukaran kerja sama untuk Negara, ini malah menikahkan Adiknya yang sudah berambut putih.'
'Raja otak udang hahaha...'
Sandi, Danya hanya Mengepalkan tangan mereka marah, andaikan saja mereka mempunyai keberanian. Bisa dipastikan peluruh imunisi akan mengenai kepala Raja yang duduk di kursi tahtanya.
Jendral Sandi yang begitu kesal memukul paha Istrinya.
Tania merasakan tulang pahanya seperti ingin patah, ia meringis kesakitan, tapi tidak membuat Sandi memperhatikan kondisinya.
Danya berbisik, "Ayah, Raja bahkan tidak memikirkan ini terlebih dahulu sebelum membuat keputusan..."
Jendral sandi tidak bisa berkata apa apa lagi, ia hanya menunggu keputusan dari Putrinya sendiri.
Vanya masih berlutut lalu berbicara, "Maaf Yang Mulia, bukannya hamba menolak, tidak mungkin hamba memiliki 2 Suami sekaligus."
'Wow...' Suara terkejut semua orang terdengat nyaring.
"Apa kau kata, bahwa kau sudah menikah?" tanya Raja mulai serius.
"Betul Yang Mulia, saya sudah lama menjadi Istri orang lain lain," sahut Vanya.
Raja dan adiknya kini merasa malu.
Bagaimana bisa ia langsung mengumumkan pernikahan tanpa mencari tahu terlebih dahulu, bukan kah, ini bisa di bilang bahwa Raja sudah menurunkan martabatnya, sebagai orang nomor 1 di Negaranya.
Semua Orang menahan tawanya, Raja benar-benar dijadikan sebagai lolucon hiburan di hari Anniversary.
"Oh begitu! Jika seperti itu, kenapa Jendral tidak mengundang kami?" Raja tidak terima.
Vanya yang masih berlutut berkata, "Bagaimana Ayah ku mau mengudang, jika dia saja selalu bertarung di medan perang. Ayahku bahkan tidak perna pulang kerumah Yang Mulia."
Devan yang masih berdiri dan mengamati semua Orang, ia diam-diam menyimpan dendam, ia yang mulai menyukai Vanya hatinya tiba-tiba sakit, ia ingin tau siapa Pria yang berani menikahi idiot itu.
Raja yang sudah malu, hanya bisa mengalihkan topik pembicaraan dan pada akhirnya pengumuman pernikahan di gantikan oleh pernikahan, (Devan Philip bersama Riska Martinez)
Semua orang bertepuk tangan, atas pengemuman itu, senyum bahagia keluarga Martinez kini diganti bersujud di hadapan Raja Philip.
Vanya yang mendengar titah itu, tidak perduli lagi. Ia yang merasa di abaikan memilih pergi dari sana dengan wajah datarnya, Devan yang merasa hatinya hancur memilih mengejar Vanya yang keluar dari ruang aula.
Tiba di halaman Istana, Devan menahan tangan Vanya. "Aku tidak perduli kau menikah dengan siapa, asal kau tau saja, kau itu tetap akan menjadi milikku seterusnya dan selamanya." Devan membuat sumpah.
Vanya yang hanya mengingat kematian Anaknya, menatap benci devan. "Jika kau berani, aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Camkan itu!" Vanya mengancam lalu menghempas kasar tangan Devan, dan pergi dari sana.
Devan mematung terheran. 'Berani sekali idiot ini, tapi tenaganya itu...'
~~~
Ruang rapat pemerintahan.
Samsim sebagai Aristokrasi memegang kendali Kerajaan, kini punya hak untuk berkuasa di bidangnya.
Semua keluarga Martinez berkumpul.
"Aku tidak percaya ini... bagaimana idiot bisa lebih dulu menikah, apa dia sudah tau rencana kita sejak dulu?!" emosi ibu dari Riska bernama Diana.
Samsum yang sedang menghisap rokoknya menyipitkan matanya istrinya. "Kenapa kau marah, justru ini berita yang sangat bagus."
"Apa maksud Ayah?" Riska masih bingung.
Semua keluarganya yang mendengarkan ingin tau.
"Idiot tetaplah idiot, dia salah mengambil jalan, dia sudah menikahi pria rendahan. Pria yang tidak memiliki keterikatan dengan Istana, justru mempermudahkan kita untuk menghancurkan Sandi dan juga Danya Apa lagi," sahut Samsum.
Samsim tau jalan pikiran Samsum. "Aku setuju dengan pendapat Kakak ke dua. Idiot yang sudah menikah, pasti sudah lepas keterikatan dengan Sandi, walaupun idiot itu mati. Sandi tidak akan ikut campur dengan kematiannya. Sebaliknya yang di salahkan itu, suaminya yang tidak menjaganya."
Mereka semua tertawa nyaring mendengarkan
Sara tersenyum mengangkat dagu lancipnya. "Jadi siapa dulu yang kita singkirkan, Sandi, Danya, Idiot itu, atau Mertua Sandi?"
Samsum menumpuk kakinya menjadi satu. "Aku dengar Danya sebentar lagi akan naik jabatan... bagaimana jika mulai dari dia dulu?"
Semuanya tersenyum jahat.
*
*
*
Vanya berada di meja monitor, mengamati semua cctv yang terdeteksi, dia baru saja mendengar obrolan keluarga tiri Ayahnya.
Sasa yang bersandar santai di tembok, bertanya, "Dengan cara apa mereka menyingkirkan Danya?"
Vanya yang mengetik keyboard laptop, tersenyum licik. "Apa kau ingin mendengar rahasia Samsim yang berkerja sebagai penghianat."
Sasa yang begitu serius, kini menarik kursi untuk duduk di samping Vanya.
Vanya mulai cerita, "Samsim bekerja sama dengan para Teroris... untuk membuat ledakan di halaman istana. Setelah itu, mereka akan menjadikan Danya sebagai dalangnya."
Sasa begitu terkejut, ia sungguh syok mendengarnya. Bagaiman bisa keluarga Martinez melakukan hal diluar dugaan. Sasa yang jantungnya berdetak kencang, kini meremas jemari Vanya. "Vanya kau tau ini dari mana?"
Jemari Vanya mulai mengetuk di meja. "Tentu saja aku tau, dengan kemapuanku, aku pasti akan memantau siapa itu musuhku!" Vanya menekan kata-katanya.
Vanya tersenyum sampai matanya tenggelam, sungguh wajahnya sangat mengerikan. Ia terlihat bukan Vanya, tapi seperti orang lain.
Sasa yang begitu mengenali Vanya lama, tau bahwa Vanya tidak punya otak setajam ini, ia sangat tau Vanya itu adalah gadis lugu dan penakut, bahkan jika terjadi pertumpahan darah saja, ia akan memilih tidak tau.
Meski itu adalah Ayahnya, atau Kakak laki lakinya, dia tidak ingin tau seperti apa aksi saling membunuh mereka di peperangan. Bahkan ibunya yang pernah di hukum pancung, Vanya tidak perna menangisi ibunya.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu terdengar nyaring.
Sasa melangkah membuka pintu kamar. "Siapa sih?!"
Saat Sasa sudah membuka kunci pintu, tiba-tiba pintu terdorong kasar, hingga membuat Sasa terjatuh. Danya yang berwajah sangar dan memerah menyuruh Sasa keluar.
Danya yang memiliki sifat kasar, dan brutal meneriaki Vanya, "Kau sudah gila yah! Kenapa kau menikah tanpa memberitahu kami."
Vanya tetap bersikap lembut mengusap dada Kakaknya. "Kakak ini sudah berlalu beberapa hari, kita terakhir bertemu dua hari yang lalu di Istana, tapi kenapa kau tanyakan ini sekarang?"
"Aku menanyakan pernikahan mu, bukan pertemuan kita di istana!" emosi Danya.
Vanya tertawa seperti Orang gila. "Kakak pernikahan ku ini terjadi sudah satu tahun yang lalu... kau tidak perna bertemu dengannya, karna ia jarang berada di Negara ini." Vanya berbohong.
Danya tersenyum hambar. "Kau berbohong Vanya! Kau tau, Devan malah menyuruhku untuk pergi Kecatatan Sipil memeriksa kebenaran pernikahan mu itu. Dan itu bukanlah satu tahun yang lalu, tapi satu hari yang lalu! Kau tau Vanya, aku yang sebagai Kakak kandungmu harus ikut berbohong untuk membelamu... aku berbohong pada Devan, bahwa pernikahanmu ini sudah terjadi 1 tahun yang lalu. Dan apa kau tau, wajah Devan tiba-tiba menjadi senduh dan pilu mendengarnya."
Vanya tertawa mendengarnya, sampai memegang perutnya sakit. Kakaknya yang hanya melihatnya, ikut terheran.
Danya membentak, "Apa yang lucu sialan?!"
