Ringkasan
VANYA MARTINEZ gadis idiot berwajah jelek memiliki bakat terpendam, dan mati di tangan keluarganya yang bekerja sebagai kepercayaan RAJA BRITANIA RAYA. Dia terpaksa menikahi Pria tua atas keinginan Keluarganya tiri Ayahnya yang begitu membencinya. Dia di jadikan sebagai tersangka telah membunuh Suaminya dan juga Anaknya, sampai hukuman pancung itu tiba, dia justru terlahir kembali di usia yang masih remaja. Akankah dia bisa merubah takdir hidupnya menjadi lebih baik? Akan-kah dia dapat bersatu dengan Keluarganya lagi, dan bersatu dengan teman kecilnya, yang ternyata sangat begitu mencintainya?
BAB 1 - Heartbreak
Revenge of rebirth
Vanya Martinez gadis idiot terpaksa menikahi adik Raja yang sudah berumur 50 tahun. Vanya yang masih berumur 18 tahun mendapatkan titah dari Raja Beritania, untuk menikahi Adiknya yang telah lama menduda.
Vanya gadis idiot yang mencintai Putra Mahkota Devan Philip tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima titah dari Raja.
Yang Vanya tau bahwa Raja Britania telah di hasut oleh Adik Tiri Ayahnya, yang tak lain Paman keduanya sendiri.
Vanya yang menikah mendapatkan satu Putra dari pernikahannya. Hingga 3 tahun lamanya Vanya menikah, semua Keluarganya habis di hukum pancung secara bersamaan.
Hati Vanya begitu hancur mengatahui Kelurganya di hukum mati tidaklah secara terhormat, dimana Raja begitu tega membiarkan semua Keluarganya dihukum pancung di hadapan semua Rakyat Britania Raya.
Tak hanya itu, Raja bahkan membiarkan Rakyat mengolok-olok Keluarganya, menghina Keluarganya, dan melempar batu di wajah mereka di saat menjelang Eksekusi Kematian.
Vanya bahkan berulang kali memohon kepada Suaminya, untuk menolong Keluarganya, tapi Suaminya yang begitu baik kepadanya, tidak bisa berbuat apa- apa untuknya.
Jika itu adalah keinginan dari Raja Philip itu sendiri, maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Kecuali Devan Putra Mahkota yang begitu di sayangi Raja bisa membantunya.
Tapi siapa Devan untuk Vanya, Devan bahkan begitu jijik dan benci terhadapnya. Yang Vanya tau bahwa Devan hanya berpihak terhadap Keluarga Pamannya, dan juga Cinta Devan yang tak lain Riska sepupu Vanya itu sendiri.
Vanya yang sudah menjadi seorang Ibu satu Anak, hanya bisa meratapi semua nasib Keluarganya. Dia bahkan tidak berani melihat keluarganya di saat mejelang Kematiannya, yaitu Ayahnya sendiri, kakak laki-lakinya, nenek, dan kakek dari orang tua Ibunya.
Di saat hari itu Keluarganya di hukum mati, disaat itu juga Keluarga Tiri Ayahnya begitu bahagia. Karna Putra Mahkota telah menikahi Kakak Sepupunya di waktu bersamaan.
Bisa dikatakan, bahwa kebahagian
Keluarga Tirinya itu berjalan di atas penderitaan Keluarganya di waktu dan hari yang sama, menjelang kematiannya.
Vanya yang melihat senyum kebahagiaan Devan Philip dan juga Sepupunya, seketika hatinya menjadi sakit dan hancur. Ia yang sudah menikah tetaplah begitu Mencintai Devan di masa kecilnya dulu, hingga sekarang.
Vanya berlari menuju kediamannya, lalu memeluk anaknya yang tertidur di kamar. Ia menangis terseduh- seduh memeluk erat anaknya yang masih berumur 6 tahun.
Vanya yang hatinya terluka hancur dan sakit, hanya bisa pasrah akan Cintanya dan juga Keluarganya, sungguh dadanya terasa sesak, ia terus-menerus memeluk Putra kesayanganya.
"Ibu kenapa kau menangis, apa Ayah memukul mu?" tanya anaknya.
"Anakku, maafkan Ibumu. Ibu tidak bisa menolong Nenek, Kakek, dan juga Pamanmu. Kau tau, Ayah mu bahkan sudah Menikah Nak!"
"Ibu jika Ayahku menikah itu tidaklah apa-apa, dia bukanlah Ayah kandungku yang baik untuk kita kan?" Rafael anak Vanya mengecup pipi Vanya.
"Jika saja dia mengatahui dirimu ini, kamu pasti dapat perlindungan dari Ayahmu Nak," jelas Vanya, air matanya terus mengalir memabasahi pipinya.
"Tidak Ibu, jangan lakukan itu! Jika Raja tau siapa diriku, maka Ibu akan ditandai sebagai penghinat di sini. Karna Ibu sudah membohongi semua Orang. Dan disaat itu juga Ibu pasti akan di bunuh oleh Ayah Biologisku dan juga Raja, mereka tidak akan menerima ketanyaan ini bu. Jangan lakukan ini ibu. Aku tidak ingin kehilangan dirimu, belum tentu Ayah Biologis ku akan menerimaku. Cepat atau lambat dia akan datang membunuhku. Tolong..." Rafael berwajah pilu, menggelengkan kepalanya momohon kepada Ibunya.
"Rafael seandainya saja Ibumu tidak Idiot, dan cantik. Pasti Devan Ayah Biologismu, akan menikahi Ibu ini."
Rafael memeluk ibunya. "Ibu aku sangat bahagia dengan suami Ibu sekarang. Suami Ibu sangat baik, dia menyayangi ibu, dan juga aku, bahkan Suami ibu tidak perna memaksa. Aku sangat bahagia bersama kalian... itu sudah cukup bagiku." Rafael anak Devan tersenyum bersamaan raut wajah sedihnya.
"Rafael wajahmu ini begitu mirip Ayahmu, Kalian seperti kembar," Vanya mengakui.
Rafael memeluk ibunya dan tersenyum kecut, lalu mengusap punggung ibunya sayang. Di saat Ibu dan Anak itu berbicara, mereka tidak tau bahwa sedari tadi seseorang sudah mendengar pembicaraan mereka di kamar.
Hingga waktu menunjukkan pukul tengah malam tiba, Vanya tidak bisa tertidur. Entah kenapa pikirannya begitu terganggu, hatinya gelisah dan sakit. Dia terus-menerus memikirkan malam pertama Devan dan juga Riska sepupunya.
Vanya diam-diam meninggalkan kediamannya dan pergi kerumah Devan seperti penyusup, Vanya memanjat tembok, dan kini berada di balkon teras kamar Devan.
Vanya yang sedari tadi berdiri disana, hanya bisa menangis diam- diam sambil menyentuh hatinya yang begitu sakit. Dimana ia mendengar suara desahan intim malam pertama antara Devan dan juga Riska.
Bahkan suara kedua orang di dalam kamar itu, terdengar begitu sensual di telinganya, jujur Vanya saat ini ingin terjun kedasar bawah tanah saja. Dia ingin bunuh diri saat itu juga.
Tapi mengingat anaknya Rafael, dia mengubah niatnya itu dan pergi dari sana dengan raut wajah bencinya.
Ia terus-menerus melontarkan sumpah sarapah didalam hatinya, bahwa mulai saat ini juga, dia akan berusaha membuang perasaan cinta konyolnya itu.
Setibanya ia di kediaman miliknya, entah kenapa suasana rumahnya menjadi gelap gulita bahkan tidak ada suara pelayan dan pengawal yang bergerak di sekitar rumahnya.
Vanya terus-menerus berteriak memanggil orang-orang di rumahnya, dan juga memanggil suami dan anaknya, disaat ia melangkah memasuki rumahnya yang begitu gelap.
Vanya tersandung jatuh ia seperti menginjak tubuh yang bergelipangan di bawah kakinya. Vanya lalu menyalakan layar ponselnya dan melihat sesuatu di bawah kakinya. Betapa terkejutnya ia melihat pelayan, dan juga pengawalnya sudah mati tergeletak di dasar lantai rumahnya.
Vanya berlari ke dalam kamar suaminya, lalu melihat Anaknya dan juga suaminya yang sudah bersimbah darah dikepala mereka, bahkan sebuah peluru sudah menembus di kepala anaknya, hingga darahnya mengotori lantai.
Tubuh Vanya bergetar, air matanya mengalir di pipinya sambil berteriak histeris memangku Anaknya, dan memeluk tubuh Anaknya.
Di saat bersamaan, tiba-tiba lampu menyala menerangi sisi ruangan itu, dimana semua Pengawal dari Istana Raja, datang mengepung Vanya yang duduk di lantai.
Vanya hanya pasrah, terdiam di tangkap, dan di bawah menuju penjara bawah tanah. Vanya sudah terlihat begitu Stres. Hingga satu minggu lamanya Vanya di penjarakan. Rambutnya yang berantakan, bajunya yang tidak perna di ganti, dan aroma busuk tercium di tubuhnya sampai di hinggapi Lalat.
Lalat itu bahkan menyerbu penjara bawah tanah yang di sebabkan Vanya yang berak dan kencin di satu ruangan yang sama. Penjaga yang menjaga ruangan itu saja, tidak ingin lewat di koridor itu.
Tak lama suara langkah sepatu terdengar nyaring di koridor. Vanya hanya duduk terdiam mendengar suara yang begitu dia kenali. Dia Riska, Ayah dan Ibunya.
"Kau sudah gila rupanya," ucap Ayah Riska.
Vanya hanya menatap Paman keduanya dingin. Pria setengah paru baya itu hanya berdiri di pembatas jeruji besi.
Ibu Riska menunjuk-nunjuk wajah Vanya benci. "Beraninya kau memiliki Anak dari Putra Mahkota, aku sangat penasaran bagaimana bisa kau memiliki Anak dari Putra Mahkota Devan!" marah Ibu Riska.
Vanya berdiri, wajahnya tidak lagi takut. "Apa kalian takut jika Anakku ini mengambil pewaris Putra Mahkota? Dan yah, aku tidak menyangka mata-mata suruhan mu itu menjadi pelayan di rumahku. sungguh trik kotormu ini begitu kampungan!" Vanya perlihatkan wajah sangarnya.
Riska tertawa nyaring, "Yah betul katamu itu, kami semualah yang menjebak seluruh keluargamu agar jatuh kelubang yang sama, seperti ibu mu dulu. Tadinya kami akan menjerumuskan dirimu bersama Keluargamu. Tapi Devan terus-menerus mencari alasan di hadapan Raja agar kau tidak terjerumus dengan Keluargamu itu. Ia berkata, bahwa idiot sepertimu tidak akan terlibat dengan trik berbahaya yang di lakukan Keluargamu."
Vanya tersenyum smirk. "Apakah dia sudah tau bahwa Rafael adalah anaknya? Jika dia tau itu, maka kau dan juga keluargamu itu, pasti akan mati dengan cara yang sama seperti Keluargaku kan?! Kasian sekali dirimu, belum lama ini kau menikah kau harus mati juga rupanya hahaha." Vanya tertawa terbahak- bahak sampai perutnya sakit.
Riska menatapnya dingin, dan menunggu Vanya diam dari tawanya itu. "Sudah berhenti tertawa!" bentak Riska pada Vanya.
Riska melanjutkan bicaranya,
"Saat menjelang Kematianmu saja... kau terlalu banyak bicara Idiot. Dengarkan baik-baik!" Riska memukul jeruji besi dengan tangannya. "Kau pikir Devan akan membunuhku setelah mengatahui semuanya, tidak! Dia tidak akan membunuhku. Dia sangat begitu Mencintaiku, bahkan sebelum dia menikahiku dia sudah lebih dulu menghamiliku. Dan lagi, aku sedang mengandung darah dagingnya selama 3 bulan di perutku. Asal kau tau saja, Devan sendirilah yang membunuh Suamimu, dan juga Anak mu itu. Lalu membuatmu menjadi kambing hitam disini agar kau mati dengan cara yang sama di hadapan semua orang," jelas Riska yang begitu jahat.
Hati Vanya begitu sakit mendengarnya. Kenapa Devan begitu tega melakukan itu terhadapnya, salah apakah ia sebenarnya? Sekarang dia sudah pasrah. Ia hanya duduk kembali untuk menunggu Algojo menebas kepalanya.
Vanya yang sudah berdiri di tempat Eksekusi, kini kaki dan tangannya sudah di rantai, bahkan semua orang di bawah panggung Eksekusi memandang dirinya sedih.
"Hai... Lihat, kasihan sekali dia. Belum lama ini keluarganya mati, kini dialah yang di hukum mati," ucap semua orang yang menyaksikan dirinya.