Bab. 2 Lu Fei Merinding
Lu Fei harus mencari monster untuk dia makan. Dia harus masuk ke sedikit ke dalam hutan, tetapi hanya dipinggirnya saja. Lu Fei tidak berani untuk masuk lebih dalam. Setelah mendapatkan makanan, dia kembali ke tepi dan membuat api. Barulah dia makan dan kembali berkultivasi. Lu Fei ingin menggunakan teknik pernapasan dari kitab Iblis, tetapi ingatanya seolah hilang tentang itu. Lu Fei kehilangan banyak ingatan tentang apa saja yang ada di dalam kitab Iblis, tetapi beberapa dasar ingat. Teknik Perubahan Iblis sudah menyatuh dengan jiwa dirinya karena itu bisa keluar sendiri. Itu keluar sendiri tanpa diminta. Untuk melakukan itu sekali lagi, Lu Fei tidak bisa melakukan itu.
"Aku harus mengingat semuanya agar aku bisa semakin kuat. Kalau tidak, ini akan menjadi hidup yang sulit. Tubuh ini tidak bisa diandalkan," keluh Lu Fei.
Sudah dua hari di sana dan berkultivasi, tetapi baru menerobos ke tahap forging qi ke 9, masih satu kali lagi menerobos. Ini termasuk cepat, bisa menerobos dua kali dalam dua hari. Itu cepat, tetapi tidak sesuai apa yang Lu Fei harapkan. Dia merasa ini masih kurang karena menurut ingatan tubuh itu, seharusnya dirinya sekarang sudah berumur 17 tahun. Sangat jauh dari kata cukup dengan tingkat kultivasi begitu.
Lu Fei menatap ke atas. "Besok aku harus bisa naik. Aku harus mencari tahu siapa yang membunuh tubuh ini dan lagi aku harus tahu di mana sebenarnya aku berada," ucap Lu Fei.
Lu Fei pun kembali berkultivasi. Kegiatan dia selama di sana hanya makan, berkultivasi dan beberakali kali membunuh monster lemah. Tidak ada hal lain yang dia lakukan selain itu. Tidak lama kemudian Lu Fei berharil menerobos. Dia pun mendongak ke atas. Lu Fei ingin langsung memanjat, tetapi dia merasa harus beristirahat lebih dulu. Dia pun membaringkan tubuhnya ke belakang. Hanya bermodalkan penerangan cahaya api yang dia buat. Lu Fei melirik ke sekitar. Dia harus tetap waspada. Setelah merasa aman, Lu Fei pun langsung menutup matanya. Hampir saja Lu Fei tertidur, tetapi sesuatu terjadi. Lu Fei langsung bangun. Dia bahkan langsung memadamkan api yang dia buat. Dengan cepat Lu Fei langsung berlari. Tujuannya adalah bagian pinggir jurang, dengan cepat dia langsung memanjat.
Aura mengerikan muncul dari arah hutan dan itu bergerak ke arah dirinya karena itu dia langsung bergegas naik ke atas. Lu Fei masih belum pulih sepenuhnya, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dia harus segera naik atau dia akan mati.
"Sial, monster itu bergerak," keluh Lu Fei.
Dengan tenaga yang tersisa, Lu Fei memanjat dengan cepat. Setelah setengah, dia menoleh dan terlihat dua buah bola mata menatap ke arah dirinya. Saat itulah Lu Fei langsung merinding. Dia bahkan hampir terjatuh karena tangannya yang gemetar karena takut. Untungnya dia cepat beradaptasi. Dia pun bergegas dan akhirnya dia berhasil naik tiga perempat. Lu Fei tidak berani menoleh ke bawah lagi. Dia pun berhasil naik ke atas setelah memanjat satu jam setengah. Dia merasa dikejar karena itu dia bisa memanjat lebih cepat. Lu Fei menoleh ke bawah dan dua bola mata itu sudah tidak ada. Hanya saja Lu Fei merasa ada yang familiar.
Mata Lu Fei langsung membesar. "Ini adalah Jurang Neraka," ucap Lu Fei.
Dia sangat lega karena bisa berhasil selamat dari Jurang Neraka yang seharusnya mengerikan. Mungkin Lu Fei adalah satu-satunya manusia yang berhasil kembali dengan selamat setelah masuk ke dalam Jurang Neraka. Lu Fei masih menatap ke bawah. Setelah itu dia melihat sekeliling dan dia yakin kalau dia mati juga di daerah dekat sana. Lu Fei berjalan menelusuri pinggir jurang dan akhirnya dia menemukan tempat dia dipojokan. Lu Fei menatap ke bawah, dia yakin kalau kitab Iblis dan jasad dirinya ada di bawah sana, tetapi Lu Fei menggeleng.
"Ini bukan saat yang tepat untuk turun ke bawah. Itu sama saja dengan bunuh diri. Tunggu sampai aku lebih kuat," ucap Lu Fei.
Setelah itu dia pergi dari sana. Lu Fei mencoba mengingat jalan pulang. Bukan jalan pulang ke rumah dia yang sebelumnya, tetapi pulang ke rumah tubuh yang dia masuki sekarang. Lu Fei tahu kalau dia dibunuh dan dibuang oleh seseorang. Itulah yang membuat Lu Fei yakin untuk kembali. Dia ingin tahu siapa yang membunuh pemilik tubuh yang dia tempati sekarang.
"Balaskan dendamku."
Itu kata yang terdengar di kepala lu Fei. Tentu saja dia akan melakukan itu sebagai hadiah karena dirinya sudah diberikan tubuh yang baru. Entah bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam tubuhnya yang baru ini. Lu Fei ingin tahu apa yang terjadi juga karena itu dia akan pulang lebih dulu.
"Kalau tidak salah, aku adalah anak seorang patriarch sekte menengah," ucap Lu Fei.
***
"Kau yakin kalau anak itu sudah berhasil kalian bunuh?" tanya Cao Li.
Dia adalah istri kedua dari partarich sekte Bintang Berpijar. Dia yang memberikan perintah kepada pelayan di depannya menyewa Pembunuh Bayaran untuk membunuh Lu Fei. Tentu saja pelayan itu mengangguk karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Lu Fei dibuang ke Jurang Neraka. Tidak mungkin Lu Fei masih hidup. Apalagi dengan keadaan tubuh yang terluka sangat parah. Denyut nadi Lu Fei bahkan tidak bergerak lagi. Harusnya sudah dipastikan mati.
Cao Li yang mendengar itu, dia sangat senang karena dia berhasil membunuh penghalang untuk anaknya yaitu Lu Jiang untuk menjadi penerus jabatan Patriarch menggantikan ayahnya yaitu Lu Qiye. Cao Li tersenyum lebar karena rencananya berjalan dengan sangat lancar.
"Rencana selanjutnya adalah membunuh pria tua itu. Dia harus segera disingkirkan karena kalau tidak, maka anakku akan lama untuk menjabat. Yang aku khawatirkan kalau dia memberikan jabatan Patriarch kepada orang lain. Dari gelagat pak tua itu, sepertinya dia tidak terlalu menyukai anakku. Gawat kalau terlambat," ucap Cao Li.
"Tapi nyonya itu sangat sulit. Tuan Qiye sangat kuat, tentu saja dia tidak akan mudah dibunuh. Meski, kita ini adalah sekte menengah, tetapi sekte kita dihormati karena adanya beliau. Hampir mustahil untuk membunuhnya," ucap Pelayan itu.
Cao Li tersenyum licik. "Aku tidak sebodoh itu. Tentu saja aku punya cara untuk membunuhnya. Kau tunggu saja! Kita lihat saja nanti."
Pelayan itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi seseorang keburu datang. Cao Li dan pelayan itu mengerutkan keningnya saat melihat wajah orang yang datang itu. Wajahnya terlihat seperti orang yang habis melihat hantu.
"Apa? Katakanlah!"
"Lu Fei masih hidup," ucap orang itu.