Bab 1
Ayu termenung memandang cermin didepannya. Berbagai pertanyaan muncul dibenak Ayu: apakah pantas dia menjadi seorang istri? Apakah dia mampu membahagiakan suaminya dengan banyak sekali kekurangan yang dimilikinya? Pekerjaan rumah saja ayu tidak bisa. (Air mata mengalir dipelupuk mata Ayu).
“Ayu, jangan menangis di hari pernikahan, kata orang air mata sebelum pernikahan pertanda buruk.” Kata Rini, Ibu kandung Ayu.
“Benarkah?” Ayu terkejut.
“Tapi percayalah tangismu bukanlah pertanda buruk. Saling mengalah, tenang menghadapi masalah, cinta, berani menghadapi resiko adalah kunci suksesnya sebuah rumah tangga. Ingatlah itu Ayu (Ayu menganggukkan kepala) sekarang rapikan make up kamu dan pergilah, semua menunggumu”.
“Terima kasih bu, Ayu akan mengingat pesan ibu”
(Pemberkatan Nikah)
16 Tahun Kemudian
Tak terasa waktu terus berganti, setiap detik membawa makna tersendiri dalam perjalanan rumah tangga mereka. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki tampan diberi nama Selkie yang sekarang sedang merayakan ulang tahunnya.
“Selamat ulang tahun anakku sayang. Tapi ayah heran sudah 14 tahun kamu sekarang, tapi tak pernah kamu merayakan ulang tahun di rumah ataupun restoran. Kamu selalu maunya merayakan ulang tahun di panti asuhan, seperti sekarang ini. Kamu senang ya hidup seperti ini? menjadi orang sederhana”.
“Bukankah ayah yang mengajarkan aku agar hidup sederhana. Kata ayah dunia menjanjikan harta tapi ketenangan jiwa menjanjikan kedamaian, dan aku merasa damai bila melihat mereka tertawa, aku bahagia melihat mereka bahagia”
“Dan keluarga adalah hal terindah yang kamu miliki” sambung ibunya dengan tersenyum.
(Keramaian pesta di Panti Asuhan itu membuat, Ayah, Ibu dan Anak itu berpelukan dan ibu mencium kening anak tunggalnya itu)
“Ayah, Ibu, aku kesana sebentar ya (mengangguk setuju)”
Selkie mendekati seorang gadis yang seumuran dengannya. Hai bolehkah aku duduk disini? (gadis itu mengangguk pelan) oh ya kenalkan namaku Selkie, mengulurkan tangan. Namamu siapa?
Aku Felia. Kamu kan yang ulang tahun? Selamat ya (bersalaman) jarang ada orang yang mau merayakan ulang tahun ditempat seperti ini. Banyak orang sukses yang merayakan ulang tahun disini tapi mereka hanya pamer supaya orang tahu kalau mereka itu darmawan dan lain-lain.
(Selkie tersenyum) ya aku tahu. Tapi kamu tidak berpikir kalau aku seperti itu kan?
Orang tuamu beruntung memiliki kamu, karena kamu bukanlah tipe suka pamer. Oh ya ngomong-ngomong terima kasih ya karena setiap bulan keluargamu rutin menyumbang di panti asuhan ini. Tuhan pasti akan membalas berkat bagi keluargamu.
Sebenarnya kamu siapa? Kok kamu tahu? (Selkie terkejut)
(Felia membalas keterkejutan Selkie dengan senyuman)
“Kamu sebenarnya siapa? Kamu sudah lama ya berada disini? Karena itu kamu tahu tentang keluargaku. Bolehkah aku tahu tentang kamu? Itu sich kalau kamu tidak keberatan.” Selkie menyerbu Felia dengan berbagai pertanyaan.
Ha…ha…ha… kamu lucu, tadi kan aku sudah perkenalkan namaku Felia. Tapi untuk semuanya tentang aku, maaf aku belum bisa. Kalau Tuhan mengijinkan pasti kamu juga akan tahu seiring berjalannya waktu. Oh ya aku tahu keluargamu menyumbang secara rutin di Panti Asuhan ini, itu karena aku yang membuat Laporan keuangan setiap bulan.
Wah….. hebat, kamu pasti cerdas (Selkie bertepuk tangan pelan sambil tersenyum bangga)
“Selkie, pulang yuk sudah malam, besok kan kamu sekolah” Ayah selkie melambaikan tangan kearah mereka.
“Sudah sana, kasihan orang tuamu sudah menunggu kamu” Felia mendorong selkie pelan.
“Felia aku pergi dulu ya (pergi meninggalkan Felia, tapi tiba-tiba berbalik menghadap Felia) oh ya kamu senang menyendiri ya? Soalnya aku sering melihatmu menyendiri ditempat ini.”
“Sudah sana, kasihan orang tuamu sudah menunggu tahu”
Tapi? Da…. (Selkie mengurunkan niatnya meminta jawaban karena Felia hanya tersenyum dan melambaikan tangan kearah Selkie).
“Siapa dia Selkie?” Tanya ayahnya
“Teman baru, namanya Felia. Ayah, mana ibu? (ayah selkie tak menjawab tapi pandangan matanya menjawab pertanyaan Selkie, karena ibunya sedang berjalan menuju mereka)”
(Dalam perjalanan pulang)
“Bu, anak kita sudah mulai naksir cewek lo?” Ayahnya menggoda Selkie.
“Yang benar? Siapa gadis itu ayah?” (mengedipkan sebelah matanya kearah Selki)
“Siapa yang naksir (cemberut) aku kan hanya berkenalan, sekedar menambah teman saja bu, ayah saja yang godain aku. Lagian aku hanya tahu namanya Felia, kapan dia ada di panti aku tidak tahu, aku tidak tahu apa-apa tentangnya, tapi aku rasa orangnya baik”
“Selkie jangan memandang cinta dari satu sudut, tapi pandanglah cinta dari sudut keberanian, kesetiaan dan pengorbanan. Tapi kamu tidak berpikir menikah diusia muda kan?”
“Astaga ayah, aku masih kecil sudah diajarkan tentang cinta, ditanya soal nikah lagi? Tapi kalau nikah usia dini sich selkie tidak terpikir, kalau Tuhan memberi umur panjang aku maunya menikah diusia 25 atau 27 tahun”
“Lebih baik menasehati dari sekarang dari pada nanti sudah terlambat. Buktinya banyak yang salah pergaulan karena banyak orang tua beranggapan anaknya masih terlalu muda untuk diberi nasehat soal pergaulan. Padahal pengetahuan bagaimana cara bergaul yang benar secara dini itu lebih baik supaya anak sudah mengerti resiko apa yang akan dihadapi nantinya kalau mereka salah bergaul.”
