Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#1

Hubungan nya dengan Dimas awal nya Icha rencanakan sekedar untuk mengisi penghujung masa sekolah nya. Kurang lebih agar semacam kisah klise cowok mapan yang dingin bertemu siswi brandal yang tengil.

Toh menurut Icha koleksi mantan nya sudah cukup banyak, boleh lah ditutup dengan memainkan perasaan sekaligus memanfaatkan kekayaan Profesor Dimas Cristian.

Saat semua ia mulai dengan upaya tanpa malu seperti,

"Jangan lupa dimakan ya bekel nya. Nggak dikasih racun kok, malah dikasih... sayang. Sampai ketemu lagi, Prof."

Sampai di titik yang sejujur nya bisa diduga, yaitu muncul nya kekacauan di luar perkiraan dengan campur tangan perasaan. Juga tuntutan kehidupan selepas sekolah, orang tua, sahabat, bahkan para mantan.

Akhir nya akankah rencana Icha disambut Dimas dengan 'Ayo kita menikah' atau malah 'Saat nya kita berpisah'?

Dengan rentang usia dua belas tahun jauh nya. Dengan perbedaan latar belakang sebegitu kontras nya. Cukup jelas kan yang mana jawaban nya?

***

#1

***

Jika perlu dihitung-hitung, sudah kesekian kali nya Jean menyikut sahabat nya yang malah tertidur di kegiatan pertemuan pertama expo kampus di sekolah mereka. Jika tau akan berjalan seperti ini lebih baik tidak ikut daripada diri nya yang menjadi korban tatapan tajam guru-guru.

"Eh, bebek! Lo jangan tidur, gw yang diliatin guru!"

"Hm?" gumam gadis yang dipanggil bebek itu karena belum sepenuhnya bangun.

Jean berdecak melihat sahabat nya yang masih belum sekedar berminat membuka mata nya. Seketika ide terlintas di benak nya untuk membangunkan kembaran beda rahim yang ditemukannya sembilan tahun lalu itu.

"Itu ada cogan, Cha!" Dan percaya tidak percaya, Icha langsung menegakan posisi duduk nya untuk mengedarkan pandangan.

"Mana?"

Tanggapan spontan itu memancing Jean menoyor sahabat nya gemas, "Dasar cabe-cabean. Dibilang cogan ae, langsung seger. Masih punya pacar padahal."

"Ya lagian expo kampus pake kata sambutan lama banget. Ngantuk gw, Jen. Langsung aja gitu kakak kuliahan nya suruh mejeng di sini. Kalo-"

"Selamat pagi." Suara bariton itu memotong ocehan searah Icha. Ia langsung menengok ke arah panggung dan manik coklat muda nya berbinar melihat siapa yang tengah menggenggam mic, menguasai podium.

"Nikmat apa yang kau dustakan, Jen..."

Jean yang biasa nya tak begitu mendewakan cowok dengan tampang di atas rata-rata, kali ini mengaku pantas lah perhatian nya tersedot seluruh nya pada pesona sang pembicara.

"Perkenalkan, saya Profesor Dimas Cristian. Rektor Forks Dimieve College."

"Dia itu anak pemilik yayasan FD, Cha! Penerus perusahaan," bisik Jean tak ingin peserta lain mendengar suara mereka dalam aula Forks Dimieve High school yang tentu nya lantas dikuasai keheningan setelah Dimas berbicara.

"Udah ganteng, pinter, tajir lagi."

Melupakan kantuk nya, Icha jadi begitu bersemangat memperhatikan kegiatan ini, walaupun tepat nya wajah sempurna seorang Dimas Cristian lah yang menjadi pusat perhatian nya. Coba saja selepas kegiatan, tanyakan apa saja pembahasan nya. Pasti tidak ada satu pun yang tercantol di otak cetek seorang Icha.

*

Icha menghela napas setelah acara ditutup, dan sang rektor FD kembali ke backstage. "Akhir nya kelar. Ayo temenin gw ke backstage, Jen! Gw pen kenalan sama Dimas!"

"Kak Dimas! Atau kalau perlu malah Pak Dimas! Dia udah tiga puluh tahun, tolol! Mau lo gebet juga, hah?"

"Masa sih tiga puluh? Nggak kelihatan segitu. Gak apa-apa deh, sebulan - dua bulan, numpang famous dikit."

Jean menggeleng tak percaya mendengar ucapan Icha. Mata nya teralih pada tangan Icha yang menggenggam ponsel, berbeda jauh dengan sebagian besar siswa yang keluar dari aula dengan catatan kecil. "Lo dari tadi gak nyatet apa-apa? Lo gak mau kuliah apa gimana?"

"Udah tercatat rinci di otak gw, Jen. Ayolah, kuliah masih tiga bulan lagi, cogan dulu!"

Yang ditarik akhirnya hanya bisa pasrah menurut sembari menghindari menabrak deretan kursi karena tarikan rusuh sahabat nya. Icha yang bertugas sebagai penarik pun benar-benar serius dengan ambisi tak tau malu nya. Jean bahkan memilih mundur, kalau bisa menghilang dari peradaban kala Icha mendekati Dimas yang baru akan meninggalkan backstage.

"Kak Dimas, aku Isabella Swan, Kak. Nggak ngerti juga sih, mungkin orang tua aku suka film Twilight makanya dikasih nama begitu. Tapi bisa dipanggil Icha, Kak." cerocos Icha langsung. Tebal muka menghadapi beberapa dewan guru dan asisten di sekitar sang tokoh utama.

Jean tambah sibuk berupaya menutupi wajah nya. Tak percaya dengan kelakukan kelewat nekat kembaran beda rahim nya. Harapan nya hanya sekadar agar Icha tak sampai harus digotong pihak keamanan menjauh dari lelaki itu.

Sedangkan Dimas menyamarkan keterkejutan dengan senyum sekena nya, bahkan tanpa bersusah-susah menyambut ajakan berjabat dari Icha. Dimas lanjut melangkah menuju tujuan awal nya.

"Boleh minta nomor telepon nya gak, kak?" cecar Icha frontal. Api ambisi nya mendapatkan gelar pacar Dimas samasekali tak surut walaupun tatapan saja tak rela dijatuhkan Dimas padanya.

"Maaf saya masih ada pekerjaan, saya permisi." pamit Dimas tentu bukan meminta persetujuan, tepat nya sebagai peringatan agar gadis ini tau batasan.

Jelas Icha mengerti maksud Dimas melangkah begitu saja mengabaikan nya. Ia tak begitu kecewa sih, otak nya masih bekerja cukup baik untuk sekedar sadar satu pertanyaan tadi kelewat frontal. Tapi ya bagi Icha ini adalah ajang mencari peruntungan, jadi mencebur saja sekalian. Siapa tau, Dimas berbaik hati memberikan kartu nama nya kan.

Icha kembali mendekati Jean dengan senyum mengembang. "Dasar bebek, belom apa-apa udah minta nomor telepon."

Icha terkekeh. "Kesempatan kan harus dimanfaatkan. Tapi gapapa lah, seenggaknya Dimas udah sadar."

"Hah? Maksudnya?" tanya Jean jelas tidak mengerti arah celetukan konyol Icha.

"Sadar kalau ini toh wajah jodohnya yang sesungguhnya. Dicari ke sana-sini, ternyata nyelip di FD High school."

"Asal banget kalo ngomong lo, bek. Cabe-cabean, ganti gandengan tiap minggu, masih berharap dilirik anak pengusaha gitu lo?"

"Gandengan..." Mata Icha membelalak seketika. "Owh iya! Reino kan kuliah di FD! Minggu depan juga ada prom nite, siapa tau Dimas dateng."

Jean menatap mahluk tak tau diri di samping nya, nanar. Yang mengejutkan Icha ternyata kenyataan bahwa ia berkesempatan bertemu Dimas di FD College. Bukan karena ia harusnya tidak mendekati cowok lain saat berstatus pacar orang.

Jean tak begitu terkejut sih. Apalagi dia yang sejak masuk SMA menemani Icha ke sana-kemari mencari kenalan baru tiap minggu.

Tapi bagi nya bodoh sekali untuk menjadikan Dimas incaran. Kemungkinannya satu dari nol. Kemungkinan yang dalam soal matematika jika ditemukan maka lebih baik ditinggalkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel