Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4 Membantu Stella

Nathan baru kaget saat dia mendengar suara deheman di belakang tubuhnya.

Nathan balikkan tubuhnya cepat-cepat dan melihat seorang wanita bertubuh sintal berumur 30 tahunan yang hanya mengenakan kaos ketat yang memperlihatkan buah dada sekal-nya.

Wanita ini hanya mengenakan celana pendek sehingga paha mulusnya terlihat jelas seperti dipamerkan.

"Tante Mila mana? Dan kamu siapanya Tante Mila?" tanya wanita itu.

"Eh oh eh. Namaku Nathan. Aku ponakannya Tante Mila. Tante Mila-nya baru pergi tuh, ke arisan."

"Terlambat dong aku. Waduh, gimana ya?" Wanita ini pura-pura cemas padahal sebelumnya dia sudah melihat sosok Mila yang melewati apartemannya untuk menuju ke arah lift.

Tapi tentu saja dia memang tidak perlu kepada Mila tapi dia perlu kepada pemuda yang baru dia lihat pertama kalinya saat keluar dari kamar apartemennya Eva sebelumnya itu.

"Emang ada apa, Mbak?" tanya Nathan.

"Gini, namaku Stella. Aku tinggal di apartemen sebelah sana, depan apartemennya Eva."

Mendengar nama Eva disebut, Nathan kembali teringat akan serabi legit milik Eva dan juga semangka besar milik Eva yang sangat menggoda Nathan itu.

"Begini ... aku kan tetangganya tantemu. Terus, tante kamu pernah minjem majalahku dan sekarang aku lagi perlu sekali majalah itu. Ada yang mau aku lihat di majalah itu."

"Oh, kalau begitu, biar aku cari ke kamarnya Tante Mila, ya."

"Bukan bukan. Biasanya Tante Mila itu menaruh majalah-majalah di kamar tamu."

"Kamar tamu? Berarti itu sekarang jadi kamarku, dong, karena di tempat ini hanya ada dua kamar tidur."

"Oke berarti di kamarmu. Aku ikut bantu ya supaya cepat." Tanpa persetujuan dari Nathan, wanita bernama Stella ini langsung menutup dan mengunci pintu apartemen.

Kemudian Stella mengikuti Nathan untuk masuk ke kamarnya Nathan.

"Kamu jangan khawatir. Aku tidak akan mengutil atau apapun. Tante Mila sudah sangat percaya sama aku. Biasanya aku main-main di sini, kok."

"Iya, Mbak. Aku percaya padamu. Lagian barang-barang aku kan murahan, nggak mungkin lah dikutil."

"Bagus." Stella mulai menelan ludahnya saat dia melihat tubuh besar Nathan itu.

Nathan sempat terdiam karena kata-kata Stella itu. Kenapa barang-barangnya yang murahan dibilang bagus tapi akhirnya Nathan tetap berjalan menuju ke kamarnya.

Stella menelan saliva-nya. Sebenarnya yang dia bilang bagus itu, bukanlah barang-barang milik Nathan ini tetapi tubuh Nathan yang dia bilang bagus.

Rasa-rasanya Stella ingin langsung menubruk tubuh Nathan dan memegang batang milik Nathan yang Stella perkirakan, ukurannya pasti sangat besar itu.

Sesampainya di kamarnya, Nathan langsung mencari di kolong meja tempat di mana ada banyak majalah di tempat itu.

Stella yang memang sudah beberapa kali datang ke tempat ini, memang tahu kalau tempat Mila meletakkan majalah adalah di kamar tamu ini. Karena itulah dia yang sudah menduga kalau Nathan ditempatkan di kamar ini, langsung pura-pura bercerita soal majalah supaya dia dapat kesempatan masuk ke kamar ini.

"Majalahnya, majalah apa sih, Mbak?"

"Majalah kesehatan, gitu."

"Ok." Nathan mulai mencari majalah yang dibilang oleh Stella itu.

Stella sendiri sejak tadi sudah terus menatap Nathan. Dia sedang mereka-reka cara untuk dia bisa mendekati Nathan atau dengan kata lain, memanfaatkan Nathan.

Akhirnya Stella memilih untuk mengambil majalah sembarangan, membacanya dan berkata, "inilah majalah yang aku cari-cari."

"Oh, gitu ya, mbak? Baguslah kalau sudah ketemu."

"Tapi, aku butuh bantuan, nih."

"Bantuan? Bantuan apa?"

"Aku ingin mengikuti nasehat dari majalah ini." Stella menuju ke arah majalah yang dia pegang yang artikelnya tidak dia perlihatkan kepada Nathan karena memang apa yang dia katakan cuma bohongan belaka.

"Dan aku perlu bantuanmu," Lanjut Stella.

"Iya, Mbak. Aku bisa membantu. Gimana caranya?"

"Bagus. Sekarang kita naik ke ranjang kamu dulu." Stella bergegas naik ke atas ranjang. Nafasnya memburu karena ada nafsu yang tidak tertahankan di dalam dirinya.

Stella langsung naik di tengah ranjang. Dia menatap Nathan yang sudah duduk di pinggir ranjang.

"Kamu betul-betul ingin membantu aku, kan?"

"Iya, mbak. Kalau aku bisa, aku akan membantumu."

"Bagus. Begini, aku ingin mengikuti saran dari majalah ini untuk memperbaiki dan makin mengencangkan buah dadaku."

"Buah dada? Aku tidak mengerti, bagaimana cara aku membantumu, mbak?"

"Begini caranya." Stella mulai membuka kaos ketat yang dia kenakan sehingga buah dada montok itu terlihat dengan sangat jelas oleh Nathan.

Nathan kembali teringat akan buah dada Eva. Tapi saat ini, dia tidak melengos. Dia terus memperhatikan buah dada di depannya ini karena buah dada wanita sudah langsung jadi obsesinya sejak beberapa saat yang lalu, saat dia melihat miliknya Eva.

Kini mata Nathan nampak melotot saat Stella mulai membuka kait pelindung buah dadanya.

Stella senyum-senyum melihat reaksi Nathan karena ini berarti, apa yang dia incar akan segera dia dapatkan.

"Aku ingin kamu memijat ini supaya buah dadaku ini makin kencang." Stella menatap manja ke arah Nathan.

"Apa itu harus?"

"Iya harus. Itu kan dijelaskan di majalah ini."

"Tapi kan, punya mbak ini sudah gede. Itu sudah besar banget, loh."

"Aku ingin lebih gede lagi. Makanya kamu harus membantuku. Kamu harus pijat-pijat buah dadaku ini. Kamu mau, kan?"

"Iya, Mbak. Aku mau." Nathan kembali menelan salivanya. Kemudian Nathan mulai beringsut untuk mendekati Stella.

Dua tangannya sudah meremas-remas benda besar milik Stella ini hingga membuat Stella mulai mendesah.

"Remasnya kayak gini kan, Mbak

"Iya. Tonjolannya juga diisep, yang. Ahhhh ..."

Mendengar kalau dia diharuskan untuk menghisap membuat Nathan kebingungan.

Sebelumnya Nathan pikir, Stella memang ingin memperbaiki besar buah dada dengan cara dipijat tapi kalau dihisap kan tidak termasuk memijit.

Baru saja Nathan mulai bingung, tiba-tiba dia merasa ada sebuah tangan yang sedang menjamah celananya.

Punya Nathan yang dari tadi belum menegang, kini sudah menggeliat-geliat setelah tangan Stella mulai mengelus-elus kejantanan besar milik Nathan itu.

Nathan tidak habis pikir dengan apartemen ini. Baru saja dia datang semalam dan baru hari ini dia memulai hari di apartemen tempat tantenya tinggal ini.

Tapi sudah ada dua wanita yang memegang batang kejantanannya dan sudah ada dua wanita yang menyerahkan buah dadanya untuk dipegang Nathan dan ini membuat Nathan takjub.

Selama di Manado, Nathan tidak pernah mendapatkan tawaran gratis seperti ini. Walaupun memang harus dimaklumi karena Nathan cuma tinggal di rumah terus untuk membantu pekerjaan orang tuanya.

Kini Nathan mulai memilin tonjolan yang terlihat besar menggoda itu di buah dada montok nan menggairahkan yang membuat Nathan tidak tahan lagi untuk menghisap tonjolan di bagian kiri.

"Oh, begitu, Nathan. Isep, sayang. Oh ... aku sudah kepingin deh." Stella mulai membuka celana yang dikenakan Nathan dan dia menjadi sangat takjub saat melihat batang besar kebanggaan Nathan itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel