Ringkasan
ZahSarana adalah seorang aktris remaja yang sedang naik daun. Sifatnya begitu cuek sehingga banyak lelaki yang tidak ingin mendekatinya diantara semua lelaki ada satu lagi yang tidak mengira dia adalah Eldi, bagaimana Eldi menaklukkan hati Zahra?
Prolog
Golden National School, sekolah terfavorite, elite dan ternama di Jakarta. Sekolah yang terkenal dengan fasilitas mewahnya, juga muridnya yang berasal dari kalangan menengah ke atas.
Di sebuah sekolah, pasti ada sebuah grup yang isinya anak-anak pentolan sekolah itu. Terdiri dari anak-anak yang paling menonjol, biasanya grup yang paling terkenal memiliki anggota yang wajahnya di atas standar.
Salah satunya adalah, The Girls. Grup cewek yang paling hitz di Golden National, beranggotakan lima orang cewek yang memiliki wajah di atas standar, kantong tebal, juga menjadi pentolan di bidangnya masing-masing.
Yang pertama, Tania. Cewek manis, dengan wajah blasteran Australia ini adalah Kapten p. Senyum manisnya mampu memikat siapa saja yang melihat. Dimana-mana, Kapten Cheers selalu di sandingkan dengan kapten Basket. Ya, Tania sudah memiliki pacar. Kapten Basket di Golden National.
Kedua, Lea. Si Cantik dengan lesung pipi di kedua pipinya ini, merupakan Ketua Palang Merah Remaja atau biasa di singkat PMR. Telaten dalam mengobati siswa Golden National saat berjatuhan melawan kerasnya Upacara Hari Senin.
Tiga, Diandra. Dari semua anggota The Girls, Diandra adalah yang paling aktif. Ia juga anggota Cheerleaders, sekaligus menjadi wakil Tania. Mata coklatnya, menjadi ciri khas gadis itu.
Keempat, Chatrine. Berbanding terbalik dengan Diandra, Chatrine adalah anggota yang paling pemalu! Itu yang membuat para cowok gemas, karena Chatrine suka salah tingkah jika di perhatikan lama-lama.
Terakhir dan yang paling spesial. Zahra, nama lengkapnya Zahrana Beauty Alexis. Sesuai nama tengahnya, cewek ini cantik, paling kalem, dan yang paling netral. Hampir semua cowok di Golden National, menyukai Zahra. Gadis ini tidak pecicilan, cuek, bahkan sangat sulit untuk di sentuh!
Wajah Zahra manis, seperti gula. Juga terkadang galak, kayak gorila. Tapi, itu yang menjadikannya primadona sekaligus Queen Golden untuk 2 tahun berturut-turut. Bukan hanya paras cantik, tapi postur tubuhnya bak model terkenal semakin menambah nilai plus dalam dirinya.
Menurut berita yang beredar, Zahra adalah model termuda dengan bayaran termahal se-Indonesia. Walaupun ia seorang model, hoby yang Zahra lakoni sangat berbanding terbalik dengan profesi yang ia jalani. Ya, Zahra menyukai karate.
Kelima gadis itu selalu menjadi incaran para cowok Golden. Walaupun sudah jelas ada yang memiliki pacar, namun mereka tetap gencar untuk mengejar. Katanya sih, selama janur kuning belum melengkung, penghulu belum mengucap SAH, masih bisa di ubah.
Saat ini, Zahra baru selesai memarkirkan mobil kesayangannya. Walau peraturan di sekolah ini, murid di larang keras membawa mobil pribadi, tetap saja itu tidak berlaku untuk Zahra yang notebene nya adalah cicit dari pemilik sekolah ini.
Zahra menyampirkan ranselnya ke bahu, dan mengunci mobilnya. Setelah itu, ia berjalan santai menuju kelasnya yang terletak di lantai dua. Gadis itu mengunyah permen karet strawberry kesukaannya, sembari sesekali meniup permet karet itu hingga menjadi balon kecil dan akhirnya pecah.
Baru saja Zahra melangkah untuk menaikki lift, gadis itu menghentikkan langkah lebarnya karena seseorang menyerukan namanya dengan begitu lantang.
Gadis itu memutar bola matanya malas, pasti orang itu. Ya, siapa lagi orang yang berani menghentikan seorang Zahrana Beauty Alexis selain dia?
"Nggak bosen ya, dateng telat?" tanya orang itu begitu ia sampai di samping Zahra.
Zahra memutar bola matanya malas. "Nggak," sahutnya ketus.
"Idih, galak banget sih." cowok itu terkekeh. "Syukur tambah cakep."
Lagi-lagi Zahra memutar bola matanya jengah, sejujurnya, Zahra lebih bosan setiap pagi ia harus di hentikkan oleh cowok kurang kerjaan ini. Selalu menanyakan hal yang sama, walaupun ia sudah tau jawabannya. Yang semakin membuat kesal, adalah gombalan recehnya yang hampir setiap hari ia lontarkan.
Tanpa minat meladeni cowok itu, Zahra menekan tombol lift agar turun ke bawah dan bisa segera ia masuki. Menuju lantai dua, tempat kelasnya berada, menjauh dari makhluk di sampingnya ini.
"Eits, mau cabut, nih?" tanya cowok itu. "Mau gue anterin, nggak?" katanya menggoda.
Seperti biasa, Zahra hanya mendiamkan. Nanti juga dia akan bosan sendiri, dan akhirnya pergi. Entah sudah berapa lama Zahra tidak menghiraukan cowok itu, dari awal, Zahra memang tidak menaruh minat pada cowok yang katanya cassanova Golden National itu. Bahkan, Zahra tidak pernah menaruh minat pada cowok manapun.
Fokus Zahra hanya pada apa yang ia jalani sekarang. Karate, dan modeling. Ia tidak ingin, hari sempurnanya yang ia sudah tata dengan apik setiap harinya, harus hancur karena makhluk yang di sebut Lelaki. Zahra tidak ingin, menangisi seseorang seperti teman-temannya menangisi kekasih mereka.
Bagi Zahra, di umurnya yang masih muda ini, bukan saatnya untuk membagi fokusnya. Nanti, saatnya akan tiba, saat dimana hatinya akan berhasil di luluhkan oleh seseorang, seseorang yang berhasil menaklukan es lilin di hati Zahra. Entah siapa dan kapan, pastinya bukan dia dan sekarang.
"Lu cuek aja gua sayang, apa lagi perhatian dikittt aja. Pasti gua sayang banget." Eldy, cowok yang dari tadi, bahkan dari duluu sekali mengejar Zahra, terkekeh pelan.
"Gue nggak butuh sayang Lo." ucap Zahra datar sebelum dirinya menghilang di telan kotak ajaib, lift.
Ya, memang ini yang harus Zahra lakukan. Menolak semua lelaki yang mencoba mendekati dirinya, bukan tanpa alasan. Ia tetap teguh pada prinsipnya, bahwa sukses mengundang cinta yang berkelas. Zahra tidak ingin waktu mudanya terbuang sia-sia dengan cinta monyet, sakit hati dan kerasnya kehidupan dalam Cinta.
Selama ini, Zahra hanya hidup di dalam dua dunia. Dunia nyatanya, sebuah Dunia kecil Zahra yang hanya berisikan ia, The Girls, serta keluarganya. Dan, dunia kedua yaitu Dunia bersama Tuhan.
Saat ini Zahra memang sudah menentukan sendiri takdirnya. Namun, sekeras apapun ia mencoba mengatur hidupnya, tetaplah sutradar sebenarnya adalah Tuhan. Zahra tidak pernah tahu, apakah prinsipnya akan bertahan sampai ia benar-benar sukses, atau di masa SMA yang katanya indah ini, ada seseorang yang akan berhasil mengetuk hatinya?
Tanpa Zahra tau, Eldy sudah mempersiapkan semuanya.