Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Es Coklat

"Lama banget di ruangan Pak Harun, ngapain aja lo, San?" Laras yang muncul tiba-tiba dibelakang Santi membuatnya terkejut. Santi mau tak mau menepis perasaannya tadi.

"Umm, itu, gue.... " Bingung juga Santi menjelaskan, apalagi tatapan Laras sudah mengintimidasi dirinya.

"Ice chocolate satu!" Seorang pelanggan menyelamatkan Santi. Santi segera ke depan mesin kasir untuk menemui pelanggan tadi. Laras sudah geram lebih dulu saat melihat Santi mengacuhkannya.

'Lihat aja, gue nggak akan biarin lo dekat-dekat lagi dengan pak Harun. Gue pastikan lo menyesal karena tadi pagi lo udah ngeliat kegiatan kami.' ancam Laras dihati.

Laras berusaha mengendalikan dirinya yang kesal setengah mati terhadap Santi. Dia merasa Santi sudah merebut lapaknya.

"Ada lagi, Mas?" Ucap Santi.

"Itu dulu, Mbak, nanti tolong diantar keatas ya sama Mbak-nya ya! Saya sekalian pesan privat room satu diatas" Pinta pelanggan tadi yang tak berkedip melihat dua gundukan gunung Santi yang lupa dia kancing. Keliatan banget tuh pengunjung untuk menelan air liurnya dan mupeng saat ngeliat gundukan gunung milik Santi.

"Iya, Mas, nanti saya antarkan!" Jawab Santi biasa, setelah menerima pembayarannya.

Toko kue Santi terdiri dari dua lantai. Lantai bawah untuk ngopi atau duduk biasa. Lantai dua dua ruangan privat, ini kena charge biaya berbeda kalo mau memakai ruangan tersebut. Biasanya digunakan untuk meeting dadakan yang nggak mau keganggu oleh pelanggan lain.

Ruangannya terdiri dari meja dan sofa panjang, karena memang lebih mahal jadi biaya untuk sewanya pun mahal dan dihitung awalnya perjam, jika lebih dari saat dia masuk karena ada jam masuk seperti kita menggunakan komputer warnet, maka kelebihan jam akan dibayar setelah pelanggan selesai menggunakan ruangan tersebut.

"Ras, gue titip kasir lagi ya. Mau antar minuman dan sekalian ngecek ruangan atas juga, soalnya belum seperti dicek juga tadi!" Santi bersiap dengan tray berisi ice chocolate dan pelengkap lain seperti tisu dan lainnya.

"Iya, lo aja yang bersihin, gue lagi males dan nggak mood!" Laras emang paling malas kalo disuruh bersih-bersih. Jadi, dia sering banget ngelimpahin tugas bersih-bersih pada Santi, meski saat ini Santi sedang pegang kasir. Kalo pun dia yang pegang kasir, Laras akan pura-pura mencari alasan biar Santi yang ngejain semua juga.

Laras malas bersih-bersih, dia nggak mau kukunya yang sudah di cat kotor saat dia bersih-bersih. Untungnya selama ini Santi nggak merasa direpotkan. Santi biasa mengerjakan semua sendiri dan nggak pernah perhitungan sama teman.

Tok... Tok... Tok...

Santi mengetuk pintu dan tak lama pintu ruangan di buka. Terlihat pelanggan tadi terus menatap Santi tanpa berkedip.

"Mas, ini minumnya ditaruh dimana?" Santi mencoba membuyarkan pelanggan tadi.

"Eh, iya, masuk Mbak!" Pelanggan tadi membuka pintu dan memutar pintu kearah terkunci.

Dia terus memandangi tubuh Santi yang bohay. Paha putih mulusnya sudah keliatan menggoda, apalagi saat dia menaruh minuman, seraya nungguin dan hampir memperlihatkan celana dalam milik Santi.

Dukk! Santi kaget saat berbalik badan dan menabrak pelanggan tadi.

"Mbak, payudaranya gede dan kenceng banget sih, itu menantang banget, rasanya pengen remes dan hisap!" Santi kaget karena pelanggan tadi tiba-tiba memajukan wajahnya dan berbisik di telinganya.

"Eh!" Santi yang spontan baru sadar kacing kemejanya terbuka tiga jadi membuat payudaranya keliatan. Tadi dia lupa mengancingkan sampai atas karena pintu diketuk saat di ruangan Pak Harun.

"Udah Mbak, nggak usah di tutup dulu, mendingan Mbak temenin saya dulu ya, sampai teman saya datang!" Ucap si mas pelanggan dan tau-tau sudah menarik Santi duduk disofa. Makin terangkat paha mulus Santi.

Santi kikuk dan canggung. Dia nggak pernah diminta untuk menemani orang selama ini. Kalau nggak gara-gara kancing bajunya yang lupa di kancingnya tadi.

"Tapi, Mas, saya masih ada kerjaan, mau beresin ruangan di sebelah!" Santi mencari alasan, dia nggak mau dibilang yang aneh-aneh kalo ketauan yang lain.

"Nggak apa-apa, Mbak, sebentar aja kok. Nggak lama. Nanti kalo Mbak ditegur saya yang maju, dan bilang minta ruangan saya dibersihkan sama Mbak!" Si mas-mas tadi ngomong, tapi tatapannya liar dan tangannya sudah bergerak ke salah satu gundukan gunung milik Santi.

"Ah... Ummm... " Tanpa sadar Santi mendesah saat mas mas tadi mengeluarkan satu payudaranya dan memilin puting susu Santi.

"Mbak, susunya gede banget sih... saya jadi penasaran pengen remas dan hisap boleh ya?" Santi terkejut nggak nyangka dia bakal merasakan sensasi dihisap payudaranya setelah tadi lembah kenikmatannya dihisap oleh Pak Harun.

"Tapi, Mas, saya...." Santi serba salah. Dia takut ada yang lewat.

Tiba-tiba mas mas tadi menarik tubuh mungil Santi dan memangkunya.

"Duh, Mbak, tubuh mungil kamu mungil banget sih, tapi susu kamu dan bokong kamu aduhai banget sih...!" Mas mas tadi sudah menyandarkan tubuhnya di sofa dan membiarkan matanya memandangi gundukan gunung Santi yang besar.

"Uhm, saya juga nggak tau Mas, emang dari lahir saya sudah begini!" Malu-malu Santi berkata sambil menundukkan wajahnya.

"Gemes deh saya, bibir Mbak mungil banget, saya boleh cium ya?" Kembali Mas Mas tadi minta izin Santi dan tangan satu bermain dibibir Santi, tangan satunya sudah meremas pelan satu payudara milik Santi.

"Ahh... Ummm... Enakkk banget mas... " Santi yang benar-benar ketagihan di sentuh tangan laki-laki. Lalu perlahan kepala mas mas tadi mulai mendekati bibir Santi, menyapu perlahan, masuk ke mulut Santi, lidahnya yang hangat sudah bermain di dalam mulut Santi yang belum pernah merasakan ciuman melayang kebawa suasana. Hingga tanpa sadar Santi bergerak tak tenang di atas pengkuan mas mas tadi.

Mas mas tadi menarik bibirnya keluar setelah memberikan lumatan hangat di dalam bibirnya, lalu dia memutar tubuh Santi ke sofa dan merebahkan perlahan tubuhnya di sana.

"Mbak, saya gemes banget sama kamu ... Kamu bikin saya horni!" Setelah berbisik, mas mas tadi turun ke payudara Santi meremas perlahan satu miliknya lalu satu lagi dia mulai menghisap dan melumat dalam dalam payudara milik Santi itu.

"Ahh... Mas... Ee... Nakk... Banget... Lagi mass.... " Rancu Santi yang mengeliat dan makin menegang saat putingnya dihisap dan digigit oleh mas mas tadi.

Mas tadi mengangkat wajahnya dia benar-benar puas melihat saat wanita yang disentuhnya merancu dan mengeluarkan desahan yang membangkitkan geloranya. Lalu dia sangat yakin kalau tubuh Santi yang dibawah pasti lebih enak lagi kalau di pandang.

Mas tadi menaikan rok Santi sampai pinggang dan melihat celana dalam Santi basah saat disentuh.

"Mbakk, udah basah, saya jilat yaa, nanti mbak kulum punya saya yahh... " Santi yang mengangkat kepalanya kaget roknya udah berada di pinggang dan kedua pahanya sudah di buka lebar sama mas mas tadi, dan tangannya masih terus memberikan gesekan deg deg serr ke tubuh Santi.

"Ummm... Yaa... Udah mass... Cepetan yaa... Saya takut ketauan... " Santi yang menahan tapi tetap menginginkan karena tadi saja rasanya sudah sangat enak.

"Iyaa... Mbakk, saya hisap yaa... Mbak remes aja susu mbak, nanti tambah enak deh... " Memberitahu dan Santi pun memang sudah memainkan dua payudaranya, memilin memutar dan meremas dan saat itu mas mas tadi mulai menghisap lagi lembah kenikmatan milik Santi.

"Ahhh.... Masss..... Enakkk... Bangettt... Disituuu mass.... " Rancu Santi yang candu di hisap dan diobok-obok makin menggila.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel