06. Shopping
Bab 06. Shopping
“Kamu jangan malu-malu, kalau mau mendesah, mendesah saja.” Ujar Pak Heru sambil terus mengelus-elus vaginanya Bu Erna.
Mendengar itu Bu Erna merasa sangat malu, karena Pak Heru tetap mengetahuinya.
“Pak to_long hentikan Pak.” Dengan susah payah Bu Erna mengatakannya karena tubuhnya sudah mulai terangsang saat lubang intimnya dielus-elus oleh majikannya.
Beberapa saat kemudian, Pak Heru sudah hampir sampai di depan Mall. Pak Heru langsung menarik tangannya, kemudian memarkirkan mobilnya di parkiran.
“Ayo Erna kita keluar.” Ajak Pak Heru sambil melepaskan sabuk pengamannya.
“Saya tunggu disini saja Pak.” Ujar Bu Erna merasa malu, karena ia hanya mengenakan Daster lusuh saja, dan Bu Erna juga tidak mau membuat Pak Heru merasa malu saat berjalan bersamanya.
“Loh kenapa? Kan kita kesini mau beli pakaian untuk kamu.” Tanya Pak Heru merasa heran.
“Maaf Pak pakaian saya seperti ini, saya takut mempermalukan Bapak.” Jawab Bu Erna sambil menunduk.
“Kamu jangan punya pikiran seperti itu, saya sama sekali tidak malu kok, ya udah yuk kita kesana sekarang.” Kata Pak Heru.
Dengan terpaksa Bu Erna pun keluar dari mobilnya, setelah itu mengikuti majikannya dari belakang.
Sesampainya di depan Mall, Pak Heru langsung mengajak Bu Erna masuk kedalam, untuk mencari pakaian dan perlengkapan lainnya.
“Erna ayo cepetan sedikit jalannya.” Ujar Pak Heru sambil melihat kebelakang karena jarak Bu Erna lumayan cukup jauh dengan jarak Pak Heru.
Bu Erna tidak berani terlalu dekat dengan Pak Heru, karena disini tempat Umum, Bu Erna tidak mau mempermalukan Majikannya.
Tak lama Pak Heru melihat Toko yang menjual banyak sekali pakaian wanita.
Pak Heru langsung mengajak Bu Erna masuk untuk mencari beberapa pakaian yang lebih bagus.
Sesampainya di dalam toko, Pak Heru mempersilahkan Bu Erna untuk mencari pakaian yang dia sukai.
“Kamu silahkan pilih pakaian yang kamu suka, sekalian pilihkan buat Yanti juga.” Kata Pak Heru lalu menatap Bu Erna yang terlihat seperti kebingungan.
“Pak kita pulang aja yuk.” Ujar Bu Erna merasa tidak nyaman.
“Loh baru juga sampai kenapa minta pulang, kamu pilih aja dulu pakaiannya, setelah mendapatkan pakaian, baru kita pulang.” Kata Pak Heru.
“Pakaian disini pastinya mahal-mahal Pak, dan saya merasa sangat tidak pantas untuk memakainya.” Kata Bu Erna, karena Bu Erna belum pernah memakai pakaian sebagus itu. Pakaian yang sering Bu Erna pakai hanya Daster saja.
“Kamu jangan bilang seperti itu, ya udah yuk jangan buang-buang waktu, soalnya sebentar lagi mau sore.” Kata Pak Heru.
Tak lama kemudian Pelayan toko datang lalu menghampiri Pak Heru dan Bu Erna.
“Selamat siang Tuan, ada yang bisa saya bantu.” Kata pelayan toko ramah.
“Tolong carikan pakaian yang bagus untuknya.” Jawab Pak Heru lalu menoleh ke Bu Erna.
“Baik Tuan.” Ujar pelayan kemudian mengajak Bu Erna untuk mencoba beberapa pakaian yang memang cocok untuknya.
Sementara Pak Heru duduk diruang tunggu sambil memainkan ponselnya.
15 menit kemudian, Pelayan pun kembali datang sambil menggandeng tangannya Bu Erna yang saat ini sudah memakai gaun yang sangat indah.
“Gimana menurut Tuan?” Tanya seorang pelayan pada Pak Heru yang saat ini sedang duduk disofa.
Pak Heru sangat terkejut ketika melihat Bu Erna mengenakan gaun yang sangat indah.
Pak Heru sangat tidak menyangka, kalau Bu Erna bisa secantik ini dengan gaun berwarna coklat muda, yang dipadukan dengan warna keemasan.
Pak Heru merasa, kecantikan Bu Erna bisa mengalahkan kecantikan istrinya.
Karena Bu Erna memiliki tubuh lebih tinggi dari pada istrinya. Kulit Bu Erna pun tak kalah putih dengan kulit istrinya.
Bu Erna juga memiliki paras yang cantik, hidungnya pun terlihat mancung, bibirnya pun tipis.
“Kamu cantik sekali Erna.” Ujar Pak Heru sambil menatap wajah cantiknya Bu Erna.
Mendengar Pak Heru mengatakan itu, Bu Erna langsung tersipu malu, bahkan wajahnya sudah mulai memerah.
“Tuan suka dengan gaun ini?” Tanya seorang pelayan ramah.
“Saya suka sekali, gaun ini sangat cocok untuknya.” Jawab Pak Heru tanpa ragu.
“Baik kalau begitu mari mbak kita bungkus dulu gaunnya.” Kata pelayan.
Belum sempat pelayan itu pergi, Pak Heru kembali bicara.
“Mbak ada ukuran untuk anak perempuan usia 15 tahun?” Tanya Pak Heru.
“Ada Tuan, disini hampir komplit kok.” Jawab Pelayan.
“Kalau begitu tolong sekalian carikan.” Kata Pak Heru.
“Baik Tuan.” Ucap pelayan sopan.
Bu Erna lalu mengikuti pelayan itu, untuk membungkus pakaiannya, setelah itu dia mencari pakaian untuk anaknya.
Sementara Pak Heru kembali menunggu diruang tunggu.
Beberapa saat kemudian, Bu Erna dan Pelayan datang dengan membawakan pakaian yang akan diberikan untuk Yanti.
“Menurut Bapak, baju ini bagus tidak untuk Yanti?” Tanya Bu Erna sambil menunjukan gaunnya kepada Pak Heru.
“Itu juga bagus.” Jawab Pak Heru sambil melihat gaunnya.
“Ya sudah kalau begitu saya bungkus dulu ya bajunya.” Ujar Pelayan.
Setelah itu Pak Heru langsung pergi ke kasir untuk membayar pakaiannya.
Setelah membayarnya, Pak Heru langsung mengajak Bu Erna ke toko pakaian yang akan ia kenakan untuk sehari-hari.
“Kita kesana dulu ya, kita cari pakaian yang akan kamu pakai untuk sehari-hari.” Kata Pak Heru sambil menunjuk ke salah satu toko yang menjual pakaian wanita.
“Ia Pak.” Jawab Bu Erna sambil mengikuti Pak Heru dari belakang.
Saat ini Bu Erna sudah sangat tidak nyaman, karena dia tidak suka keramaian, tapi Bu Erna tidak punya pilihan lain selain menuruti majikannya.
Sesampainya di depan Toko, Pak Heru langsung mengajak Bu Erna masuk kedalam untuk mencari pakaian yang akan dia pakai sehari-hari, dan sekalian membelikan untuk anaknya.
Pak Heru sengaja membelikan banyak sekali pakaian ganti untuk Bu Erna dan Yanti, karena Pak Heru baru sadar, kalau mereka berdua tidak banyak memiliki pakaian ganti.
Setelah selesai membeli pakaian, Pak Heru langsung mencari Toko sandal yang bagus untuk Bu Erna dan anaknya.
“Kita mau kemana lagi Pak?” Tanya Bu Erna sambil terus mengikuti Pak Heru.
“Kita cari sandal dulu Er.” Jawab Pak Heru sambil melihat ke arah Toko yang menjual berbagai macam sandal perempuan.
Mendengar itu, Bu Erna ingin sekali menolaknya, namun Bu Erna tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menuruti keinginan majikannya.
Sesampainya di toko sandal, Bu Erna langsung mencari sandal yang pas untuknya dan anaknya.
Setelah mendapatkan sandal. Pak Heru langsung membelikan beberapa alat Make Up, agar Bu Erna bisa lebih terlihat cantik.
“Kita mau kemana lagi Pak?” Tanya Bu Erna yang mulai kelelahan, karena dari tadi dia terus berputar-putar di dalam Mall.
“Kita cari alat Make Up dulu.” Jawab Pak Heru sambil terus berjalan menuju ke salah satu Toko yang menjual alat Make Up.
Sesampainya di depan Toko yang menjual peralatan Make Up, Pak Heru langsung masuk ke dalam toko tersebut. Kemudian meminta Pelayan untuk mencarikan peralatan Make Up yang lebih komplit.
“Tolong carikan alat Make Up yang paling lengkap untuknya.” Ujar Pak Heru saat mengobrol dengan pelayan toko.
“Baik Tuan.” Jawab Sang Pelayan ramah.
Setelah itu pelayan Toko pun langsung mencarikan alat Make Up yang sangat lengkap untuk Bu Erna.
Beberapa saat kemudian, Pelayan itu kembali sambil membawa alat Make up nya.
“Ini alat Make Up paling lengkap Tuan.” Kata sang pelayan ramah.
“Kalau begitu saya ambil 2.” Kata Pak Heru.
“Baik Tuan.” Jawab Pelayan kemudian ia langsung membungkuskan 2 alat Make Up yang diminta Pak Heru.
Setelah itu Pak Heru langsung pergi ke kasir untuk menyelesaikan pembayarannya.
Setelah semuanya selesai. Pak Heru langsung pulang karena waktu sudah mulai sore.
“Sini saya bantu.” Ujar Pak Heru.
“Nggak papa Pak, saya bisa bawa sendiri kok.” Sahut Bu Erna.
“Udah nggak papa saya bantu sini.” Pak Heru langsung mengambil plastik yang berisikan pakaiannya Bu Erna dan Yanti.
Setelah tiba di parkiran, Pak Heru dan Bu Erna langsung masuk kedalam mobil, setelah itu Pak Heru langsung meluncur pulang ke rumahnya.
“Kamu cantik sekali pakai gaun yang tadi Er.” Ujar Pak Heru sambil mengemudikan mobilnya.
Mendengar itu wajah Bu Erna langsung memerah. Karena merasa malu Bu Erna langsung membuang pandangannya ke arah jendela mobil, agar Pak Heru tidak bisa melihat wajahnya.
Tak lama Pak Heru langsung menyentuh tangannya Bu Erna, lalu menggenggamnya dengan sangat erat.
“Pak tolong lepaskan tangan saya.” Ujar Bu Erna karena merasa tidak nyaman, saat tangannya digenggam oleh Pak Heru.