Bab 7. Menagih Janji
"Di mana ayah?" tanya Nada setelah masuk rumah dan tidak menemukan siapapun di sana kecuali pembantu rumah.
Bola matanya bergerak mencari sosok orang yang ingin ditemuinya saat ini. Bahkan mata itu terlempar ke atas di lantai dua di mana kamar orang tuanya berada. Kedatangannya sama persis dengan orang asing di sana. Tidak ada sambutan untuk seorang putri yang baru menikah dan meninggalkan rumah, lalu kembali. Ini memang bukan perlakuan yang aneh, Ashera telah menjalaninya selama ini.
"Tuan masih di dalam kamar, Non."
Nada tidak akan menyusul mereka ke sana karena dia yakin orang tua angkatnya itu akan segera keluar dan turun. Vincent harus bekerja, sedangkan kebiasaan istrinya adalah mengantar Vincent sampai pintu depan rumah, setelah itu, ibu tirinya akan bersantai sembari merawat diri atau malah pergi shoping dengan teman-teman sosialitanya.
Apa yang dipikirkan dan ditunggu Nada benar, setelah dia duduk dengan gelisah, akhirnya terdengar derap langkah sepatu menuruni anak tangga. Nada segera berdiri dan menghampiri mereka saat melihat Vicent dan Dolly menapaki anak tangga dengan tangan Dolly bergelayut di lengan Vincent.
Meski tidak bisa dikatakan masih muda, pasangan Vincent dan Dolly bisa dikatakan sebagai pasangan yang romantis, tetapi itu hanya terlihat dari luar saja. Terkadang mereka akan menjadi seperti Tom dan Jerry bila sedang berdebat dan tidak memiliki pendapat yang sama dan akhirnya, Vincen-lah yang harus mengalah demi kebaikan hubungan mereka.
"Nada, kamu datang ke sini?" Vincent kaget melihat Nada ada di rumahnya pagi ini, tapi dia merasa senang.
"Ayah, aku ingin menangih janji kalian." Nada tidak mau basa-basi.
Dipaksa menikahi pria yang tidak dia cintai membuat Nada bersikap dingin pada Vincent, terlebih Dolly yang memang tidak pernah peduli padanya. Karena putri mereka juga telah menorehkan luka dalam hatinya dengan berselingkuh bersama kekasihnya, Xavier. Ups, mantan kekasih.
"Oh, itu. Pasti-"
"Nada, kemarilah!"
Sebelum Vincent menyelesaikan perkataannya, Dolly melepaskan rangkulannya dari lengan Vincent dan menarik tangan Nada. Namun sebelumnya, gerakan tangan wanita itu tampak mencubit kecil kulit lengan Vincent sehingga perkataan pria itu benar-benar terhenti seperti kendaraan direm secara mendadak.
Dolly kini telah merangkul pundak Nada dan membawanya sedikit menjauh dari Vincent. Dia juga mendudukkan Nada di sofa tempat tadi Nada duduk.
Apa yang dilakukan oleh Dolly, jelas saja membuat Nada curiga dan merasakan adanya firasat yang tidak baik. Wanita yang kini duduk di sampingnya itu, selama ini tidak pernah bersikap baik padanya. Meski Dolly tidak secara langsung dan nyata menyakiti tubuhnya dengan kekerasan, tetapi acapkali berkata kasar dan menyudutkan Nada.
"Nada." Dolly menggenggam dan menepuk punggung tangan Nada dengan lembut.
Nada semakin merasakan firasat itu, hanya saja dia tidak tau hal buruk apa yang akan dia dapatkan. Apapun yang akan mereka katakan, Nada hanya berharap mereka tidak mengingkari janji yang pernah diberikan padanya karena uang itu sangat dia butuhkan.
"Nada, maafkan kami. Kami belum sempat mengatakan ini padamu sehingga pagi-pagi begini kamu datang untuk menagih janji kami," ucap Dolly dengan ekspresi sedih dan sedikit memelas. Matanya pun beralih dan melirik ke arah Vincent yang masih terdiam dengan wajah sedih memandangi Nada.
Melihat wajah Vincent, dugaan Nada semakin kuat. Laki-laki yang kini berstatus sebagai ayah angkatnya itu yang selama ini baik padanya, meski setiap kali berhadapan dengan Dolly, Vincet tidak dapat berbuat lebih untuk membela Nada.
Nada masih belum mengatakan apa-apa. Dia terdiam memperhatikan mimik Dolly dan menunggu apa yang akan dibicarakan oleh wanita itu. Bola matanya pun mengikuti arah perginya bola mata Dolly, hingga akhirnya kembali melihat Dolly saat wanita itu kembali berbicara padanya.
"Nada, keluarga kita sedang mengalami masalah sulit. Penjualan perusahaan mengalami penurunan dengan sangat dratis sehingga keuangan kami mengalami kesulitan," ucap Dolly. Kali ini Dolly menunjukkan wajah sedihnya pada Nada.
Seharusnya Nada kaget dan prihatin mendengar apa yang dikatakan oleh Dolly, ibu angkatnya, tapi nyatanya dia sama sekali tidak merasakan hal itu. Yang dirasakannya saat ini adalah kecurigaan atas kelicikan mereka yang menggunakan alasan merugi untuk tidak menepati janji.
Nada masih terdiam dengan sorot mata lekat pada Dolly. Dengan tatapan itu dia ingin mengatakan bila dia sama sekali tidak percaya dan telah mengetahui sandiwara mereka, hanya saja sepertinya wanita yang saat ini terus berbicara meyakinkan seolah dia sedang dirundung kerugian dan kesedihan besar itu tidak peka.
"Nada, sebenarnya kami ingin memberimu sejumlah uang itu, tapi kami sendiri sangat kesulitan. Bahkan untuk makan saja, saat ini kami harus melakukan pengiritan agar bisa menyuplai perusahaan," ucap Dolly kesekian kali selalu diulang.
"Tapi aku membutuhkan uang itu segera. Kalian tau, bukan, bagaimana kondisi Bethany? Dia butuh operasi dengan segera," ucap Nada tidak terpengaruh oleh kesedihan dan alasan yang diceritakan oleh Dolly.
"Kami tau, Nada. Hanya saja kami tidak memiliki uang sebanyak itu," jawab Dolly masih bertahan tidak ingin memberinya uang.
"Bukankah kalian telah berjanji? Kalau kalian tidak memberikannya padaku saat ini juga, bagaimana aku bisa membayar biaya rumah sakit?"
Nada sedih bukan hanya karena tidak mendapatkan uang itu, dia juga sedih karena apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Dolly dan Vincent. Mereka telah ingkar janji dan semakin membuatnya sulit.
"Nada." Vincent yang sejak tadi terdiam, kini membuka mulutnya dan berbicara. Dia juga berjalan mendekati Nada, lalu duduk di samping Nada dengan wajah sedih dan merasa bersalah.
Nada mengubah posisi duduknya, kini serong ke arah Vincent. Dia berharap ayah angkatnya itu mampu bersikap bijaksana dan memberi solusi juga menolongnya untuk menepati janji.
Vincent melepas arloji mahal di pergelangan tangannya, lalu meraih tangan Nada dan memberikan benda itu pada Nada.
"Bagaimana kalau kamu jual saja jam tangan ini? Meski tidak terlalu mahal, tetapi nilainya bisa mencapai setengah dari nominal uang yang aku janjikan padamu," ucap Vincent dengan wajah serius.
"Tidak ada yang boleh dijual dan diberikan padanya!" Tiba-tiba sebuah tangan merampas arloji itu dibarengi dengan suara keras menatang mengejutkan.
Danica dengan serakah dan wajah marah merampas arloji yang diberikan Vincent pada Nada. Dia tidak membiarkan ayahnya memberikan barang apapun pada Nada sebagai ganti janji mereka.
"Danica!" Vincent pun terkejut. Pria itu marah dan menatap Danica tajam.
"Ayah, dia sudah mempunyai suami. Seharusnya dia meminta uang pada suaminya, bukan pada ayah atau ibu lagi. Ayah jangan terlalu memanjakan dia!" seru Danica. "Lagi pula, seharusnya kalau dia kembali ke rumah ini diantar oleh suaminya, bukan datang sendiri."
Danica menujukkan wajah meledek dan mencibir kedatangan Nada tanpa ditemani oleh Ethan, pria pemalas yang telah menikah dengannya.
"Oh, aku lupa. Bukankah suamimu itu adalah pria pemalas? Mana mungkin jam segini pria pemalas dan miskin itu sudah bangun dan menemani istrinya pulang? Paling-paling pemalas itu sedang mendengkur di dalam selimut," ledek Danica. "Bukan begitu, Bu?" Danica mencari dukungan dari Dolly.
"Benar apa yang kamu katakan, Danica. Lagi pula Nada bukanlah keluarga inti kita, untuk apa kita membantunya? Dia bukan anggota keluarga Vincent," sahut Dolly setuju dan mendukung Danica.
Nada kaget setengah mati mendengar perkataan Dolly dan juga ledekan serta hinaan Danica. Sejatinya dia sangat marah karena mereka terang-terangan telah membuang dan mengusirnya setelah mereka tidak lagi membutuhkan dirinya.
Kemarahan Nada tertahan di dalam diri karena dia sadar, berdebat dengan Dolly dan Danica tidak akan ada gunanya. Bukan hanya menguras tenaga dan sia-sia saja, tetapi berdebat dengan mereka tidak akan pernah mendapatkan keuntungan malah ujung-ujungnya dia yang disalahkan.
"Sungguh tidak tau malu!" kesal Nada menahan kemarahnya.
Nada tidak tahan lagi, dia pun bangkit dan langsung berjalan pergi meninggalkan mereka dengan kemarahannya. Dengan kasar, ditarik dan dibuka pintu.
"Ethan?" Nada terkejut, saat membuka pintu, Ethan telah berdiri dihadapannya.