Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Kamu Menikmatinya

"Hmm ... apakah aku terlihat tidak pantas untuk menjadi seorang anak sulung dari keluarga Vincent?" tanya Nada dengan pandangan seperti seekor anak anjing.

Nada harus menyangkal pertanyaan Ethan yang menanyakan apakah statusnya benar sebagai anak pertama di keluarga Vincent.

"Ahahaha ..., bukan begitu, hanya saja aku benar-benar penasaran," seloroh Ethan sambil mencubit pipi wanita yang telah sah menjadi istrinya hari itu. Gesturnya ini ditujukan untuk mengalihkan kecurigaan Nada padanya yang terlampau bernada menginterogasi tadi.

Nada kemudian melanjutkan untuk memberi Ethan ceramah panjang tentang bagaimana dia dibesarkan dan apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tuanya, tetapi itu tidak berhasil.

Ethan tahu bahwa ini bukan dia, jadi setelah debat singkat dengan Nada tentang sejarah keluarganya, Nada berhenti berbicara sama sekali, membiarkan Ethan memutuskan sendiri bahwa dia benar-benar seorang putri sulung yang bertanggung jawab.

"Hmm ... apakah aku sebaiknya mempercayai hal ini sementara? Agar aku tidak terlihat terlalu menginterogasinya?" batin Ethan.

Ethan sebelumnya telah mengirim seseorang untuk menyelidiki identitas putri sulung keluarga Vincent, jadi dia menyamar sebagai seorang pria yang tidak berkualitas dan pemalas agar merangsang Nada untuk menceraikan Ethan dengan sengaja.

"Aku cukup terkejut pernikahan kita tadi berjalan dengan lancar," ujar Ethan seraya menepuk permukaan sofa sebelahnya, untuk menawari Nada duduk di sebelahnya.

Perempuan itu pun segera duduk di sebelahnya dan menyahut, "Kenapa memangnya?" tanyanya dengan nada setengah cuek, setengah ingin tau.

"Yah ... barangkali kamu yang menyerah duluan karena aku datang terlambat. Maafkan aku, ya," jawab Ethan sembari meraih tangan Nada dan mengecup punggung tangannya.

Nada kaget dengan tindakan spontan Ethan, tetapi ia menenangkan dirinya sendiri dengan mengingat-ingat bahwa hal ini wajar, sebab mereka sudah menikah. Ia menjawab pelan, agar tidak terdengar gugupnya, "Well, aku tidak masalah menunggu mempelaiku. Di Hari-H, sudah pasti akan ada satu dan lain hal yang di luar dugaan, bukan?"

Hal inilah yang mengejutkan Ethan karena justru Nada dengan tenang menerima karakter Ethan yang seperti itu. Dan otomatis hal itu yang menjadikan pria itu penasaran dengan Nada sekarang.

Ethan berpikir, 'Pasti ada yang salah dengannya, karena dia tidak menunjukkan tanda-tanda protes. Perempuan ini terlalu kalem.'

"Ehem ...!" Nada berdehem, yang serta merta mengejutkan Ethan.

"Eh!"

"Kok, eh?" tanya Nada dengan tatapan lembut. Ia juga melanjutkan, "Kamu belum membalas pertanyaanku."

"O-oh, ya? Soal apa?" Ethan jadi gelagapan. 'Shit, kenapa aku seperti ini!' umpatnya dalam hati.

"Ahaha ... kamu sedang memikirkan pernikahan tadi, ya? Apa tidak capek? Aku tadi bilang, aku sabar saja menunggumu karena bagiku sangat wajar jika di hari pernikahan ada beberapa hal tak terduga. Bukankah begitu?" papar Nada mengulangi beberapa katanya sendiri.

Ethan hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Dia hampir saja terkesima sepenuhnya, tetapi ia bisa mengatasi perasaannya. Secara keseluruhan, pria yang sekarang menjadi versi terburuk dari identitasnya itu, tidak peduli jika Nada adalah putri tertua dari keluarga Vincent

Ethan tidak perduli, apakah Nada adalah putri sulung atau putri bungsu keluarga Vincent. Tujuannya bukan mencari yang sulung atau bungsu, tapi tujuannya hanya satu, Ethan hanya ingin memenuhi permintaan terakhir dari mendiang ibunya agar dia menikahi putri dari keluarga Vincent. Dengan begitu, Ethan tidak akan dikatakan sebagai anak durhaka karena dia telah memenuhi kewajiban dan janjinya pada mendiang ibunya.

Ethan pikir, dia hanya tinggal menunggu waktu hingga Nada jengah dan bosan menjalani kehidupan rumah tangga dengannya. Sesuai rumor yang dia dengar tentang putri sulung Vincent, dia yakin, kehidupan sembrono dan pemalas yang dijalaninya akan membuat Nada dengan sendirinya melayangkan gugatan cerai padanya.

Ethan tersenyum dalam hati, hingga tidak sadar bila dia telah terdiam dan melamun dalam beberapa waktu.

Melihat lawan bicaranya itu hanya terdiam saja, Nada mulai merasa bosan. Terlebih karena serangkaian acara hari itu membuat harinya terasa panjang, dia pun memutar-mutarkan lehernya yang terasa kaku.

Ethan peka terhadap hal itu. Ia pun bertanya, "Apakah kamu sudah lelah?" Pria itu merasa lumayan ada selingan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ah? I-iya, sih ... hmm ... apa kamu tidak ingin tidur?" tanya Nada yang kemudian langsung menyesali kalimat yang barusan terlontar dari mulutnya itu.

Bagaimana tidak? Hanya ada satu tempat tidur di rumah itu. Nada khawatir, jika dia perlu tidur di sofa.

"Well ...." Ethan menjeda jawabannya dengan meregangkan pinggangnya, lalu melanjutkan, "Sebenarnya aku sudah lelah juga, sih. Tidurlah kalau kamu ingin duluan! Kamu juga bisa menggunakan tempat tidur itu jika kamu mau?"

"Tapi-" refleks Nada yang terkejut

"Kenapa? Aku lebih suka tidur di sofa, kok," tukas Ethan enteng.

Sejujurnya, Nada sangat senang di dalam hatinya, "Yessss! Ya, ampun, terima kasih, Tuhan! Bahkan pria ini bisa membaca keresahan dalam hatiku dan Kau langsung mengabulkannya. Sungguh aku rasanya ingin segera menghempaskan diriku di atas tempat tidur."

Nada rasanya ingin segera melenggang ke dalam kamar dan merayakan kemenangannya, tetapi dia pura-pura perhatian pada suaminya itu dengan bertanya kepada Ethan, "Mmm ...."

"Apa lagi?" tanya Ethan yang kini memutar tubuhnya yang duduk di sofa sehingga berhadapan dengan perempuan yang duduk di sebelahnya tersebut.

Ethan refleks menyibakkan anak rambut yang jatuh di sekitar pelipis Nada. Perempuan itu sedikit terlonjak, tetapi penguasaan emosinya sangat luar biasa sehingga dia tidak menampakkan keterkejutannya. Dia bahkan tidak terlihat canggung dengan interaksi sedekat ini.

Ethan jadi menyalahkan diri sendiri, kenapa dia bermain api? Dia kini melihat perempuan itu tampak cantik sekali dan menarik.

Bagaimana pun juga Ethan adalah pria sehat dan orientasinya sebagai lelaki itu sangat normal. Apalagi ini adalah malam pengantin mereka. Rasanya justru tidak normal, jika dia tidak merasakan godaan apapun. Ethan membatin dalam hati, berusaha meyakinkan kejantanannya.

Nada yang sempat terdiam, kemudian menjawab dan membuyarkan lamunan Ethan, "Mmm ... itu ... apa tidak apa-apa kalau kamu tidur di sofa? Apakah itu cocok denganmu? Sedangkan ini rumahmu." Nada merasa tidak enak hati.

Ethan dengan penuh perhatian, tiba-tiba memeluk Nada. Pria itu bertanya dengan nada menggoda, "Lalu, kamu maunya bagaimana?"

Nada membulatkan bola matanya mendapat serangan mendadak seperti ini. Namun, dia tidak bisa menggerakkan badannya. Justru tiap jengkal tubuhnya seolah ingin mengistirahatkan diri di dekapan Ethan.

Ethan jadi berbisik lirih di telinga Nada. Nafas hangatnya membelai daun telinga dan tengkuk perempuan itu. "Aku ... ingin ... kita ... menjadi pasangan sejati," lirih Ethan mendayu syahdu.

Nada seolah terjebak dalam kehangatan yang Ethan tawarkan ini. Bisikan suaminya itu seolah menghipnotisnya dan secara refleks. Dia pun menyandarkan diri di bahu pria yang pesonanya hampir meluluhlantakkan pertahanannya seharian itu.

Ethan diam-diam menyeringai. Dia jadi semakin erat mendekap wanita yang sudah jadi hak miliknya itu dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya mulai sibuk menjelajah.

Pria itu membelai kepala Nada, memainkan ujung jemarinya di sepanjang lehernya yang jenjang, melewati tulang selangka, lalu meluncur perlahan melewati lengan. Ethan mengaitkan tangannya secara erat pada tangan Nada.

Perempuan itu malah memejamkan mata merasakan sentuhan dari pria ini. Nada seolah tersihir. Ia sudah tidak peduli lagi apakah dirinya sudah termakan jebakan pria ini atau tidak.

"Kamu menikmatinya, Nada," bisik Ethan tepat di telinga Nada dan langsung membuat rambut-rambut halusnya berdiri dengan darah mendesir.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel