Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

Kakak perempuanku kembali melakukan percobaan bunuh diri.

Ketika dia tengah mendapatkan pertolongan di ruang operasi, forum sekolah dipenuhi dengan foto-foto telanjang miliknya.

Komentar di bawah foto-foto itu juga tidak pantas untuk dibaca.

"Ekspresinya cabul begitu, dia pasti sudah ditiduri sama banyak orang!"

"Bayar berapa sekali tidur?"

"Kudengar dia dimainkan sama ayah angkatnya, jadi punya pemikiran buat bunuh diri."

"Terus dia mati tidak? Kalau tidak, dia masih bisa ditiduri."

Pilihan pertama ibu dan ayah adalah lapor polisi.

Namun, ketika di depan polisi pun perundung masih menyangkal dan menolak bertanggung jawab.

"Benita yang mengambil foto ini sendiri dan mengunggahnya di internet. Apa hubungannya denganku?"

"Putri kalianlah yang tidak tahu malu di usia semuda itu. Sekarang, kalian memfitnah putriku?"

Aku berdiri di ruang pengawasan, menyaksikan ibu dan anak ini terus menjelek-jelekkan kakak perempuanku.

Kakak perempuanku yang kemarin dengan lembut membelai rambutku dan memintaku hidup dengan baik, saat ini dia tengah terbaring di ranjang bedah yang dingin.

Ratri Limawan adalah gadis yang menggertak kakakku dan memaksanya untuk mengambil foto-foto cabul. Saat ini, dia masih bisa tersenyum jijik.

"Mau bagaimana lagi, aku juga tidak bisa apa-apa saat jadi teman sekelas wanita jalang tidak tahu malu ini. Bukankah kalian harus memberiku biaya untuk konsultasi mentalku?"

Ibu Ratri menatap orang tuaku dari atas ke bawah, nadanya menjadi lebih menghina, "Tidak. Kita tidak perlu minta uang dari mereka. Mungkin uang itu hasil pemberian Benita, yang dia dapatkan dari laki-laki tua."

Ibuku tidak menangis dan tidak membuat masalah, hanya tersenyum tipis.

Wajah ayahku acuh, aku tidak bisa melihat ekspresi apa pun di wajahnya.

Namun, aku tahu bahwa ini menandakan kemarahan orang tuaku.

Karena foto-foto itu memang dikirim dari akun kakak. Ditambah dengan kurangnya bukti perundungan di sekolah dan fakta bahwa mereka adalah sekelompok anak di bawah umur, masalah ini berakhir tanpa penyelesaian.

Kakakku bahkan tidak mendapatkan permintaan maaf.

Satu-satunya hal yang perlu disyukuri adalah kakakku berhasil diselamatkan.

Di rumah, kakak mengunci diri di kamarnya.

Aku menatap ibu dan ayah, lalu berkata, "Mulai besok, aku akan pergi ke sekolah menggantikan kakak."

Ayah dan Ibu tidak banyak bicara. Mereka hanya mengangguk, menyetujui keputusanku.

Aku tahu bahwa itu adalah keputusan yang mereka inginkan juga.

Aku menatap ke arah cermin, menatap wajah yang tampak persis seperti wajah kakakku, aku pun tersenyum.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel