7. Tokyo... Aku Datang!
***
Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.
Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang.
"Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."
Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."
Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke pelukan perempuan lain, perempuan yang katanya lebih dewasa dan enak diajak ngobrol, bukan seperti dirinya yang manja dan kolokan
"Gadis manja sama Mas kan mumpung dia belum nikah, Bu. Kalau nanti nikah, ya Gadis harus tahu batasan dong, enggak mungkin buat cemburu istrinya mas Elang," jawab Gadis.
"Nanti istrinya Mas harus ngerti, kalau kamu itu masih harus dimanja sama Mas," timpal Elang.
"Eh, enggak boleh gitu! Perempuan itu mudah cemburu dan mudah sensitif. Enggak mau diduain perhatiannya!" tukas Gadis.
"Makanya nanti Mas cari yang enggak mudah cemburuan dan ngertiin kondisi ini," ujar Elang.
"Ada sih yang cocok! Gadis tahu siapa dia!"
"Siapa?" tanya Putri antusias.
"Eva." Senyum Gadis terasa berbeda di mata Elang.
"Oh, sekarang Eva sama kamu, Mas? Alhamdulillah, Ibu senang akhirnya kamu mempunyai calon istri," ucap Putri lega.
"Belum, Bu. Omongan Gadis masa dipercaya," balas Elang membantah.
"Kalau Eva memang jodohmu, Ayah juga setuju. Kami sudah kenal sosok Eva dan keluarganya. Kalau kamu yakin sama Eva dan punya niat baik, ya lebih baik cepat melamar. Jangan ditunda, enggak baik," ucap Hadi.
"Ya Allah. Ayah percaya juga sama omongan Gadis. Mas saat ini lagi fokus sama karir Mas di militer dan Ayah juga tahu kalau Mas menikah sekarang, nanti kasihan istri harus ditinggal pergi lama. Mas enggak mau seperti itu!"
"Kan lebih baik cepat mengikat dengan akad. Daripada nanti menyesal kalau perempuan yang diincar malah sudah nemu jodohnya," goda Gadis dengan sengaja.
Elang tak menjawabnya lagi, ia lebih memilih diam daripada Gadis terus saja menggodanya.
***
Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Akhirnya Gadis tiba di bandara Haneda. Gadis menikmati bandara yang sangat indah di matanya. Gadis merasa ia pasti akan menemukan kebahagiaan baru di negara ini.
Gadis mencari seseorang yang ia kenal dan temannya itu berjanji akan menjemputnya di bandara. Saat Gadis tak melihat sekelilingnya, tak sengaja ia menabrak seseorang sampai terjatuh dan buku yang dibawa orang itu pun berserakan.
Gadis langsung merapihkannya dan memberikan buku-buku itu pada pemiliknya.
"I'm so sorry..." Gadis mengembalikan bukunya sambil meminta maaf, tapi tidak ada jawaban apapun dari lelaki itu."Is there anything I could do to help?" tanyanya meminta maaf lagi dan menawarkan bantuan. Di saat Gadis akan membantu lelaki itu berdiri, lelaki itu menepis tangannya dan membuat ia terkejut. "It’s okay, I got it." Lelaki itu menjawabnya dengan datar, tanpa melihat ke arahnya sama sekali.
Lelaki itu pergi begitu saja membuat Gadis diam mematung karena ia tidak menyangka bahwa hari pertama ia menginjakkan kaki di Tokyo itu malah membuat harinya menyebalkan. "Dasar cowok sok jual mahal! Memangnya wajahku seseram kuntilanak apa, sampai enggak mau lihat wajahku dan bersikap ramah. Apa ruginya tersenyum! Awas ya! Kalau nanti kita ketemu lagi, kalau aku nabrak kamu lagi. Aku enggak akan bantuin lagi!" gerutunya sebal.
***
"Gimana suka apartemennya?" tanya Mesya.
"Iya, suka. Sesuai dengan apa yang dijelaskan sama kamu dan di internet," jawab Gadis.
Gadis menyewa apartemen di Petit Grande Homes. Apartemen yang terletak di daerah Asakusa. Daerah yang terkenal akan Nakamise Street-nya ini banyak dijadikan tujuan siswa internasional karena keramaiannya dan kemudahan untuk menemukan jajanan street food yang lezat hingga restoran halal yang selalu dicari para siswa muslim. Petit Grande memiliki staf yang dapat berbahasa Inggris yang dapat mempermudah komunikasi bagi mahasiswa asing seperti Gadis. Selain itu ada juga fasilitas menarik seperti laundry, free Wifi, keamanan selama 24 jam, serta fasilitas menarik lainnya. Hal ini lah yang membuat Gadis memutuskan untuk menyewa di apartemen ini, tentunya ada Mesya yang juga sudah lama menjadi penghuni apartemen ini.
"Kenapa kamu enggak cari apartemen di sekitar kampus saja? Malah di sini, harus pergi ke stasiun dan lumayan juga jaraknya," ucap Mesya.
"Aku mau jalan-jalan dulu, kan. Kuliahku di mulai juga beberapa bulan lagi. Apalagi di sini banyak makanan halal buat mahasiswa muslim seperti aku. Aku harus hati-hati juga, Ayahku cerewet banget masalah makanan."
"Alhamdulillah, ayahmu perhatian. Nanti aku kenalkan sama mahasiswa muslim lainnya. Banyak juga mahasiswa dari Indonesia. Apalagi kita mau puasa, biasanya buka puasa pertama selalu bersama. Nanti kamu wajib ikut, banyak juga para mualaf yang ikut acara yang kita adakan. Siapa tahu kamu berjodoh dengan mereka," celetuk Mesya.
"Kamu sama Eva sama saja! Doain aku dapat jodoh di sini. Aku ini 'janda' kalau mereka tahu faktanya, langsung kabur."
"Enggak lah. Mereka itu enggak pernah lihat orang dari masa lalunya. Nanti ada seorang profesor muda, dia juga seorang mualaf. Namanya Kento Yamazaki, dia asli dari Kyoto. Dan dia sering banget ikut acara yang kita adakan. Yamazaki San sangat ramah dan juga dia jadi incaran para perempuan asing lho," ucap Mesya.
"Syukur kalau dia ramah. Asal kamu tahu saja, tadi di bandara Haneda, aku enggak sengaja menabrak lelaki asing dan aku yakin dia warga negara Jepang. Aku sudah meminta maaf dan dengan ramah menawar bantuan. Eh, dia malah menepis tanganku dan menjawabnya dengan ketus. Dia pergi begitu saja, tanpa melihatku sama sekali. Apa wajahku itu di bawah standar negara ini? Sampai dia tak mau menatapku."
Mesya tertawa. "Kalau kamu di bawah standar, lalu aku di bawah ketiak? Kamu itu cantik, mungkin dia grogi melihat kamu yang sangat cantik. Sampai lelaki itu enggak sanggup menatapmu."
"Mana ada! Wajahnya itu lho! Persis seperti wajahnya dikerubuti semut!"
"Berarti manis dong lelaki itu," goda Mesya.
"Mana ada! Yang ada dia pahit!"
"Awas, ah! Nanti jodoh dan akhirnya sering ketemu dia."
"Enggak! Sudah sekali dan terakhir di bandara saja!" Aku bisa jadi patung kalau berjodoh sama lelaki ketus seperti dia!
Tanpa Gadis tahu bahwa pertemuannya di bandara Haneda dan kebenciannya pada lelaki itu justru awal dari cerita manisnya di Tokyo. Kisah di mana ia akan menemukan cinta Sang Pencipta dan makhluk-Nya.
***