Bab 4 Bertemu Kembali
Pesawat mendarat di bandara Moskow pukul sepuluh malam.
Anthony tahu siapa yang menjemputnya di ujung tangga pesawat. Dia tersenyum lebar melihat yang menjemputnya merentangkan kedua tangannya.
"Selamat datang di Moskow, Si Harimau Sumatera." Maxim berseru hangat_ di tengah dinginnya udara malam Moskow, butiran salju turun.
"Maxim!" Anthony balas berseru. Memeluknya.
Siapa Maxim? Dalam struktur organisasi Organizatsya, dia adalah Two Spies. Mata-mata. Penting sekali posisinya di sana. Tugas utama Maxim adalah memastikan semua anggota persaudaraan setia, tidak ada pengkhianat. Dia juga sekaligus sebagai penyelesai konflik tingkat tinggi_ sama seperti posisi Anthony dulu sebelum Tuan Besar meninggal. Anthony mengenal Maxim sejak kuliah Magister di Amerika, bedebah ini pernah berkelahi dengannya di belakang perpustakaan kampus. Pertarungan tinju satu lawan satu. Tanpa penonton. Satu jam jual beli tinju, wajah lebam, berdarah, hasilnya draw, seri. Mereka sama-sama masih tetap berdiri. Saat kuliah dulu, Anthony tahu dia adalah anggota Organizatsya dan dia tahu Anthony dari mafia Nine Dragons.
"Apa kabarmu, Anthony. Ah, tetunya baik, percuma bertanya kabar kepada seorang calon mempelai laki-laki. Dia jelas sedang berbahagia." Maxim bergurau.
Di belakang, James tertawa pelan.
"Terima kasih. Tapi kita lupakan sejenak basa-basi, Maxim. Aku kedinginan dan lapar. Bisakah kau mencarikan makanan hangat, heh?"
"Tentu saja, Tuan James. Apapun untuk penembak pistol hebat seperti Tuan." Maxim mengangguk sopan. Dua anak buahnya membantu membawakan koper-koper dari Bata, menaikkannya ke bagasi mobil sedan.
"Siapa anak itu?" Maxim menunjuk.
"Murid menembak James." Anthony menjawab pendek.
Maxim mengangguk_ tidak bertanya lagi.
James segera masuk ke dalam mobil.
Maxim masih berdiri. Sepertinya dia tidak langsung bergerak.
"Kenapa kalian masih berdiri di sana, heh? Segera jalan Maxim. Sebelum aku membeku." Kepala James muncul di balik jendela mobil yang diturunkan.
"Eh, kita masih menunggu satu-dua menit lagi, Tuan James. Aku minta maaf."
Sebuah pesawat jet pribadi lain terlihat sedang menuju parkiran. Pesawat itu mendarat hanya berselisih beberapa menit dengan pesawat jet pribadi milik Anthony. Dan sepertinya juga menuju landasan parkir tempat Maxim menunggu.
"Jadwal kedatangan kalian nyaris sama. Tidak ada salahnya kalian satu rombongan menuju lokasi acara. Aku minta maaf membuat kalian sedikit menunggu, Si Harimau Sumatera."
Anthony mengangguk. Tidak masalah. Hanya beberapa menit.
James mengomel, tapi dia segera menaikkan lagi kaca jedela mobil, membuat nyaman dirinya.
"Siapa yang datang?" Anthony bertanya.
"Acara ini dihadiri undangan. Tuan Alexander mengundang beberapa."
"Apakah itu mafia penguasa Underworld yang lain?" Anthony bertanya lagi, Butiran salju mengenai wajahnya.
"Bukan, Tuan Alexander tidak mengundang mafia penguasa Underworld lainnya. Melainkan kerabat dan kenalan dekat. Kau akan suka bertemu dengannya, kalian berasal dari satu negara. Akan baik jika kalian satu rombongan menuju lokasi." Maxim menatap pintu pesawat yang mulai terbuka perlahan.
Dahi Anthony terlipat, 'Siapa?' Jika Alexander mengundangnya, itu berarti penting. Dan Alexander juga menyuruh Maxim menjemputnya?
Seseorang turun dari anak tangga. Akhirnya. Di tengah butiran salju. Seseorang laki-laki, kurang-lebih dua-tiga tahun lebih muda dari Anthony. Dengan setelan pakaian yang baik. Jas mahal, sepatu mengilap, rambutnya disisir rapi. Terlihat gagah. Melangkah turun. Anthony seperti pernah mengenalnya. Hei, dia pernah bertemu saat pernikahan di keluarga Inagawa-Kai. Tidak salah lagi.
"Selamat malam, Tuan Besar." Pemuda itu menyapa Anthony lebih dulu. Tersenyum lebar.
"Jerry?"
"Terima kasih telah mengingat namaku, Tuan Besar."
Tangannya terasa kokoh saat menjabat tangan Anthony.
"Sebuah kehormatan diundang dalam acara pertunangan ini. Aku ikut bahagia. Meskipun aku datang karena kebetulan, setelah acara kalian, aku ada janji dengan Tuan Alexander membahas beberapa rekayasa keuangan mutakhir di bisnisnya. Yeah, itulah pekerjaanku. Jasa konsultan keuangan."
Anthony antara mengangguk dan menggeleng. Mengangguk untuk penjelasannya soal pekerjaan. Anak muda satu ini sepertinya memang konsultan keuangan yang hebat. Jika Inagawa-Kai dan Alexander meminta bantuan, dia jelas memang lihai. Mafia penguasa Underworld tidak akan sembarangan membuka isi perut bisnisnya ke orang luar. Anthony ingat, Jerry bisa menebak di mana lokasi bom Victor Pavlovna, saat pernikahan di Tokyo. Dia jelas seorang petarung yang baik.
Menggeleng untuk komentarnya tentang pertunangan tersebut. Itu tidak membuat semua orang bahagia.
"Selamat malam, Tuan Jerry." Maxim menyalami Jerry.
"Malam, Maxim." Mereka berjabat tangan erat.
"Hei, Maxim. Berapa lama lagi, hah?" Kepala James kembali muncul dari jendela mobil, berseru.
"Ayo, mari segera naik mobil. Sebelum Tuan James ngomel panjang."
Anthony, Jerry, James dan Maxim satu mobil. Maxim yang menyetir di balik kemudi. Bata dan tukang pukul Organizatsya ada di mobil belakang.
Dua mobil segera meluncur melintasi jalanan kota Moskow. Malam hari, lampu-lampu menyala terang, jalanan sepi, tidak banyak penduduk kota yang mau menghabiskan suasana dengan udara dingin menusuk tulang, dua mobil bisa melaju cepat. Anthony menatap bangunan-bangunan eksotis kota, sisa-sisa kejayaan Tsar di masa lalu, bercampur dengan gedung-gedung modern. Rute ini tidak menuju ke tempat biasanya.....
"Kita tidak menuju ke pabrik Almaz Chernyy?" Jerry bertanya lebih dulu.
Maxim menggeleng, "Tuan Alexander memindahkan lokasi acara ke tempat yang lebih romantis."
"Dipindahkan?"
"Pabrik senjata itu tidak cocok untuk acara pertunangan, bukan?" Maxim bertanya balik.
Jerry mengangguk-ngangguk, "Benar juga. Tidak ada sisi romantisnya pabrik senjata. Kita membutuhkan pemandangan danau, laut, atau apalah, dengan angsa dan burung-burung terbang. Bukan dengan tumpukan peluru asmara dan granat cinta."
James tertawa pelan.
Anthony memilih diam. Tidak menanggapi.
Mereka sedang membicarakan pabrik Almaz Chernyy, sebuah pabrik persenjataan terbesar yang dimiliki oleh Organizatsya. Pabrik itu dulu didirikan oleh Tsar Peter I, atau Peter the Great, untuk memproduksi puluhan ribu senjata api, pistol, juga puluhan ribu pedang dan pisau yang digunakan untuk perang saat itu. Juga saat Perang Dunia l, Perang Dunia ll, pabrik itu terus memproduksi senjata mematikan. Hari ini, dibawah kendali Organizatsya, kawasan seluas seratus hektare yang termasuk apartemen, perumahan karyawan untuk 5000 orang, mall, sekolah, dan sebagainya, memproduksi Kalashnikov_senjata paling terkenal dari Rusia, mulai dari varian AK-47, AK-15, AK-12.
"Dipindahkan ke mana lokasi acara, Maxim?" Jerry bertanya lagi.
"Saint Petersburg."
"Bukan Main. Saint Petersburg alias Leningrad. Kota terbesar kedua di Rusia, pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia, Paling eksotis, memiliki sejarah panjang. Berada di muara Sungai Neva, menghadap Teluk Finlandia menuju Laut Baltik. Itu pilihan yang jitu sekali untuk acara pertunangan. Aku baru tahu Alexander mempunyai selera yang baik."
"Bukan Tuan Alexander yang memilihnya, Natalia yang memilihnya. Itu kota kelahirannya sebelum mereka pindah ke Moskow."
"Nah, nama calon mempelai wanita sudah disebut, kawan. Natalia Alexander." Jerry berseru takzim_sambil melirik Anthony.
Maxim tertawa kecil. Apalagi James_terkekeh.
Anthony memutuskan diam. Tidak menanggapi. 'Biarkan sajalah.'
"Tapi kenapa kita tidak naik pesawat menuju Saint Petersburg? Lebih cepat?"
"Cuaca buruk, Jerry. Rusia sedang dikepung badai musim salju, beberapa rute penerbangan sudah ditutup otoritas bandara. Beruntung pesawat kalian masih bisa mendarat. Kita akan menggunakan jalur darat. Kalian akan suka."
Jalanan semakin lengang, Maxim menginjak pedal gas semakin dalam.
Dua sedan itu terus meluncur membelah jalanan kota Moskow.
