Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Ingin Mengakhiri

Bab 9 Ingin Mengakhiri

Rumah Larasati masih diselimuti duka. Banyak para pelayat yang berdatangan, baik masyarakat lokal, famili jauh hingga para pejabat dan tentu saja, kalangan ningrat.

Semua keluarga besar berkumpul menyambut tamu. Kecuali satu. Keanu tak ada di antara mereka. Bukan sebuah rahasia lagi jika keberadaan Keanu memang disembunyikan. Sejak Larasati hamil, ia dibelikan rumah oleh Suryo. Tinggal di rumah tersebut hanya ditemani pembantu. Jauh dari sanak saudara.

Dari Lahir sampai dewasa keberadaan Keanu tak pernah diberitahukan. Sampai hari raya kemarin. Untuk pertama kalinya Larasati membawanya bertemu dengan keluarganya. Itu pun hanya keluarga inti. Dan semua sepakat cukup mereka yang tahu jika Keanu adalah keluarga Hadiningrat.

Rencananya hari ini jenazah Suryo akan dibawa ke jawa dan akan dikebumikan di sana. Tepat di samping makam istrinya. Dan tentu saja makam tersebut di area pemakaman khusus keluarga Hadiningrat. Semua orang sibuk menyiapkan hal tersebut. Termasuk Keanu.

Jingga yang tak melihat Keanu hendak mencarinya ke kamarnya. Namun Bagus yang kebetulan melihatnya langsung melarangnya. Tak seorang pun boleh berbicara, membicarakan dan menemui Keanu. Sedangkan Laras, tidak diijinkan bertemu Keanu, jika ingin mengantarkan Suryo ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Hal tersebut membuat Laras dilema. Sejak kemarin ia tak pernah bicara dan melihat keadaan Keanu. Namun jika ia menemui anaknya itu, Laras tidak akan diijinkan mengantar jenazah oleh semua saudaranya. Akhirnya Laras menelpon Boy untuk ke rumahnya. Agar ia menemani Keanu dan memberinya makan, setelah semua orang berangkat nanti.

Tepat jam 9 pagi semua persiapan telah usai dan mobil yang membawa jenazah beserta pelayat yang akan mengantar telah berjalan. Keanu mengintip iringan mobil jenazah itu dari jendela kamarnya. Dari tempatnya berdiri, dengan jelas ia bisa melihat gurat kesedihan di wajah ibunya saat akan menaiki mobil. Mungkin, Jika Keanu tak pernah lahir ke dunia ini, ibunya tidak akan menderita sampai saat ini.

Keadaan menjadi sepi seketika. Tidak ada seorang pun di rumah. Keanu membuka pintu. Ia melangkah dengan pikiran kosong dan hampa. Pandangannya menatap seluruh bagian rumah. Mengingat saat bahagia bersama ibunya. Saat ia kecil merengek meminta mainan. Saat ia suka menggoda ibunya dengan menakutinya. Saat ibunya membacakan cerita untuknya. Saat pertama kali ibunya memberitahukan keberadaan ayahnya dan mempertemukan mereka secara diam-diam.

Selama ini Keanu dilimpahkan kasih sayang yang lebih dari ibunya. Dan di balik semua itu Laras menyimpan dukanya sendiri.

Air mata Keanu menetes. Hatinya sedemikian sakit. Ia berteriak dan terduduk di ruangan tengah yang sepi. Tak ada seorang pun di dunia ini yang ingin lahir tanpa seorang ayah. Tidak ada anak di dunia ini yang ingin lahir ke dunia ini dari hasil hubungan yang tidak sah. Lalu hidup hanya untuk menjadi bukti aib kedua orang tuanya. Dan hidup hanya untuk menyandang status anak haram.

Keanu menyusut kedua matanya. Ia berjalan cepat penuh amarah dan keputus asaan. Meninggalkan rumah tempat ia lahir dan tumbuh. Ia turuti saja kemana kakinya melangkah. Hingga berhenti di sebuah jembatan dengan air sungai keruh di bawahnya.

Apakah kematian adalah jalan yang tepat untuk membebaskan ibunya dari kemelaratan?

Dulu, Keanu sering tak mengerti mengapa orang dengan mudah mengakhiri hidupnya. Ia pikir itu perbuatan bodoh dan dangkal. Namun kini, saat dirinya sendiri menginginkan hal yang sama. Barulah Keanu mengerti. Kadang bunuh diri adalah pilihan yang diambil sebagai bentuk pengorbanan. Untuk membebaskan orang yang disayanginya dari penderitaan, yang diakibatkan oleh keberadaan dirinya di dunia ini.

Keanu menatap sungai keruh di bawah sana. Mungkin jika jatuh rasa sakit yang pertama dirasakannya adalah perih. Kedua, ketika air memenuhi lambung dan tenggorokannya adalah sesak. Ketiga, ketika berada diambang kematian, rasa sakit yang paling ditakuti siapa pun adalah kenyataan, bahwa kau tak berguna hidup di dunia ini. Layaknya sampah.

Keanu memejamkan mata. Direntangkan kedua tangannya. Kakinya yang telah berdiri di atas pagar jembatan siap melompat kapan saja. Bayangan senyum ibunya memenuhi angan Keanu. Ia tersenyum.

"Demi Ibu," desisnya.

Kaki dan tubuhnya condong ke depan. Siap memasuki lubang neraka dan sebagai gantinya memberikan surga untuk ibunya. Setidaknya hal itulah yang terbersit dipikirannya. Ia tidak menyadari jika pikiran kalutnya telah membutakan pikiran dan mata hatinya.

***

Boy memarkirkan motor bututnya di halaman rumah Keanu. Tak nampak kendaraan satu pun di sana. Mungkin iringan jenazah sudah berangkat. Dibukanya pintu depan yang sedikit terbuka.

"Ken!" teriaknya.

"Keanu! " teriaknya lagi. Tidak ada sahutan.

Boy langsung menuju lantai dua. Begitu dibuka tak nampak seorang pun di sana. Akhirnya Boy turun lagi mencari Keanu di dapur dan di seluruh ruangan. Nihil. Tak ada seorang pun di sana. Boy juga mencari ke taman. Keanu juga tidak ada. Entah mengapa Boy merasakan firasat buruk akan hal itu.

Ia segera menghubungi handphone Keanu. Tersambung. Nada deringnya terdengar. Boy segera mencari arah asal suara handphone sahabatnya itu. Dan menemukannya di kamar Keanu sendiri. Di atas meja. Di atas sebuah kertas yang dilipat rapi. Karena penasaran Boy membukanya.

Teruntuk Ibundaku tercinta.

Keanu sangat menyayangi ibu. Hanya itu yang terpikirkan di pikiranku saat ini. Senyummu, kebahagiaanmu adalah tujuanku untuk terlahir di dunia ini. Namun aneh rasanya ketika melihat kenyataan. Kehadiranku justru menjadi malapetaka bagimu.

Ibu, ingatlah, aku sangat menyayangimu. Aku harap ketiadaanku ini bisa membebaskanmu dari derita yang harus kau tanggung semenjak diriku serupa sel.

Maafkan segala salahku.

Park Keanu Hadiningrat

Tangan Boy bergetar membaca surat itu. Ia menaruhnya kembali dan berlari memeriksa tiap ruangan demi tuangan tanpa terkecuali. Ia berteriak memanggil nama Keanu. Di Taman. Di dalam kolam. Di dalam bak mandi. Di seluruh ruangan. Sampai halaman dan jalanan rumah. Hingga tetangga melihatnya dan memberitahu jika anak yang tinggal di rumah tersebut se jam yang lalu berjalan tanpa alas kaki ke arah utara.

Boy segera mengambil motornya dan menyusuri jalan. Sampai di sebuah jembatan. Ia melihat banyak kerumunan orang. Boy segera turun dan bertanya apakah mereka melihat remaja berkulit putih pucat. Mata sipit. Tinggi sekitar 4575px.

"Kami tidak melihatnya, kalau tidak salah ia melompat ke bawah," ucap salah seorang ibu.

Mendengar hal tersebut jantung Boy seolah terhenti.

"Iya benar, ia berdiri di sini. Tak lama kemudian sosoknya sudah tidak ada, " timpal seorang abang becak.

Boy segera mengeluarkan hapenya dan menunjukkan foto Keanu.

"Apakah pemuda itu seperti ini? " tanyanya.

Keduanya memperhatikan dengan serius.

"Ia benar, dia tampan sekali. Sayang, kenapa bunuh diri. Kalau cuma urusan cewek kan bisa cari yang lain," ucap salah satunya.

"Setuju. Aku juga mau menjadikannya menantu. "

Boy shock. Ia bingung, panik dan tak tahu harus apa. Berulang kali ia menghubungi Laras, namun tak tersambung. Apa yang harus dilakukannya. Akhirnya masyarakat yang peduli memutuskan turun ke bawah. Mereka menyisir sungai sekitar tempat Keanu jatuh. Namun mereka tidak menemukan jasad Keanu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel